Liputan6.com, Jakarta - Sebuah pemberitaan di salah satu media mengungkapkan bahwa Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Umum (PSSI), Joko Driyono merupakan pemilik sah Persija Jakarta. Lewat PT Jakarta Indonesia Hebat (JIH), pria asal Ngawi, Jawa Timur tersebut menguasai saham mayoritas sebesar 80 persen.
Kabar ini kemudian menjadi menjadi perbincangan hangat di berbagai lapisan masyarakat. Apa maksud pria yang karib dipanggil Jokdri itu mengambil alih Persija?
Advertisement
Baca Juga
Sudah menjadi rahasia umum kalau Persija akrab dengan sematan tim pesakitan dalam beberapa tahun belakangan. Untuk itu, Jokdri ingin mengubah kondisi tim berjuluk Macan Kemayoran ini secara perlahan.
Targetnya tidak main-main. Jokdri berharap, dalam kurun waktu lima tahun sejak akuisisi pada Maret 2017 lalu, Macan Kemayoran dapat menjelma sebagai klub raksasa di Asia.
“PSSI punya kepentingan memproteksi ini. Banyak di beberapa negara, misalnya Brisbane Roar (Australia), saat kolaps, FFA (Federasi Sepak Bola Australia) masuk untuk mencoba menjembatani sehingga transformasi itu terjadi. Ini yang kita lakukan. 100 persen secara legal harus dijamin, kalau tidak, ide, gagasan, networking kita tidak laku," ujar Jokdri saat ditemui di sela-sela konferensi pers kick off Liga 1 2018 di Hotel Sultan, Jakarta, Kamis (8/3/2018).
"Ini komitmen bersama bahwa Persija dalam 3-5 tahun saat homebase sudah punya, stadion sudah ada, kembali lagi di ibu kota, dengan fans yang besar, Persija akan menjadi klub yang bukan klub biasa,” ujarnya meyakinkan
Hanya Perantara
Jokdri mengakui, perannya di Persija hanya sementara. Dalam beberapa tahun ke depan, ia akan mengantarkan klub ibu kota untuk dimiliki beberapa investor, bukan lagi kepemilikan pribadi.
“Posisi PT JIH itu 100 persen benar, dan ada saya di sana. Tapi peran PT JIH membantu, menjamin, dan mengantarkan Persija melakukan proses transformasi. Ada dua hal, pertama restrukturisasi kepemilikan. Misinya adalah kepemilikan tunggal menjadi kepemilikan kolektif di sebuah klub. Proses ini butuh 3-5 tahun. Kami lakukan, memastikan Persija jangan sampai berpindah dari orang ke orang lagi, yang punya potensi merugikan klub,” papar Jokdri.
“Jadi sekali lagi, peran transformasi ini, setelah melihat fenomena Persija, melihat potensi besar tadi, pada beberapa tahun sebelumnya, mau dijual ke seseorang atau kelompok tapi tidak pernah jadi,” katanya menambahkan.
Advertisement
Awal Mula
Jokdri mengakui bahwa Persija memiliki potensi untuk dijual di masa depan. Sebagai klub yang pernah besar, mimpi buruk Macan Kemayoran seolah tiada berujung sebelum berganti kepemilikan.
“Menjelang kompetisi 2017, saya secara pribadi, mengamati Persija, dalam kapasitas PSSI. Kita ingin Persija ini bisa keluar dari kesulitan 3-5 tahun belakangan, sekaligus bertransformasi menjadi klub profesional yang kita harapkan semua,” Jokdri menambahkan.