Liputan6.com, Jakarta Sudah sekian lama Juventus tak pernah meraih gelar juara Liga Champions lagi. Kali terakhir Juventus mengangkat si kuping gajah pada tahun 1996. Berbicara trofi Liga Champions, sosok Fabrizio Ravanelli takkan dilupakan fans Juve.
Ya, si rambut putih merupakan salah satu pahlawan keberhasilan Juventus menjuarai Liga Champions 1996. Ketika itu Juve menjadi juara usai mengalahkan Ajax Amsterdam lewat adu penalti.Â
Baca Juga
Advertisement
Bertanding di Stadion Olimpico, Roma, Ravanelli membawa Juventus unggul lebih dulu ketika laga baru berjalan 12 menit. Ajax bisa menyamakan skor melalui Jari Litmanen di menit 41. Juventus akhirnya keluar sebagai juara melalui adu penalti dengan skor 4-2.
Gol ke gawang Ajax tersebut dianggap Ravanelli sebagai gol terpenting dalam kariernya sebagai pesepakbola profesional. Wajar saja karena hingga tahun 2018 ini, Juventus tak pernah bisa juara Liga Champions lagi.
Sejak juara tahun 1996, I Bianconeri seperti tak dinaungi keberuntungan di final Liga Champions. Mereka telah lima kali beruntun gagal pada partai puncak Liga Champions, yakni musim 1997, 1998, 2003, 2015, dan 2017.
Beragam Gelar
Karier Ravanelli di Juventus terbilang singkat. Dia cuma empat musim di Turin. Namun Ravanelli mampu meninggalkan warisan yang sangat berarti bagi Juventus.
Ravanelli menyumbang 68 gol dari 160 pertandingan. Yang spesial adalah gelar juara yang berhasil disumbang Ravanelli untuk Juventus.
Total hanya lima gelar yang diberikan Ravanelli. Tapi gelar juara yang diperolehnya terbilang lengkap dan beraneka ragam. Mulai dari Scudetto, Liga Champions, Piala UEFA (sekarang Liga Europa), Coppa Italia dan Piala Super Italia.
Kesuksesan Ravanelli di Juventus terbilang luar biasa. Saat Juventus merekrutnya tahun 1992 dari Reggiana, pria yang kini berusia 49 tahun itu harus terlibat persaingan sengit untuk menjadi starter.
Kala itu Juventus punya barisan pemain depan top. Ada Roberto Baggio, Gianluca Vialli, Paolo Di Canio, Pierluigi Casiraghi, Andreas Moller, hingga Alessandro Del Piero.
Walau saingannya sangat berat, Ravanelli perlahan mampu mendapat kepercayaan dari Giovanni Trapttoni dan Marcello Lippi. Ravanelli membuat Di Canio dan Casiraghi terdepak dari Juventus.
Advertisement
Gonta Ganti Klub
Setelah sukses membawa Juventus juara Eropa, Ravanelli memilih mencoba tantangan baru. Dia pindah ke Liga Inggris guna bergabung bersama Middlesbrough.
Di tanah Inggris, Ravanelli cuma sukses di musim perdana dengan membuat 16 gol dari 33 laga. Karena tak hamornis dengan timnya, Ravanelli memilih pergi ke Prancis guna membela Olympique Marseille.
Ravanelli bertahan dua musim setengah di Marseille. Dia kemudian balik ke Italia bersama Lazio. Tahun 2001, Ravanelli sekali lagi mencoba petualangan di Inggris bersama Derby County.
Hampir sama dengan di Middlesbrough, Ravanelli gagal menyelamatkan Derby dari jeratan degradasi. Ravanelli kemudian menjajal Liga Skotlandia bersama Dundee sebelum pensiun di Perugia pada tahun 2005.
Total ada empat negara yang pernah dijelajah Ravanelli sepanjang aktif bermain. Ravanelli tergolong pemain bosanan. Dia tak pernah lebih dari empat musim membela sebuah klub.
Praktis Juventus menjadi klub terlama yang pernah diperkuatnya, selama empat musim. Ravanelli berganti klub hingga 10 kali.
Gagal Sebagai Pelatih
Usai gantung sepatu, Ravanelli mencoba menjadi pelatih. Dia pernah memoles tim junior Juventus hingga menjadi staf kepelatihan I Bianconeri dari 2011 sampai 2013.
Ravanelli kemudian dipercaya jadi pelatih klub Ligue 1 Prancis AC Ajaccio pada Juni 2013. Tapi karier kepelatihannya hanya seumur jagung. Selang lima bulan kemudian, Ravanelli dipecat.
Pengalaman pahit bersama Ajaccio membuat Ravanelli belum mau kembali melatih hingga saat ini. Dia sempat bekerja sebagai pengamat sepak bola untuk beberapa stasiun televisi.
Advertisement