Liputan6.com, Zurich: Anggota Komite Eksekutif (Exco) FIFA yang sedang menjalani skorsing Mohamed Bin Hammam bertekad akan melawan tudingan penyuapan dan korupsi serta menegaskan tidak akan mundur dari jabatannya—sebagai anggota Exco maupun Presiden Konfederasi Sepakbola ASia (AFC)—seperti yang dilakukan rekannya Jack Warner.
Seperti diketahui, menjelang Kongres FIFA akhir Mei lalu, Bin Hammam dan Warner dituding telah melakukan tindak penyuapan dengan memberikan dana tunai sekitar satu juta dolar AS atau 620 ribu pound kepada 25 anggota Uni Sepakbola Karibia.
Jika Warner akhirnya memutuskan lengser dari jabatannya yang membuatnya terbebas dari proses investigas, Bin Hammam bertindak sebaliknya. “Ia berkeyakinan jika ia harus melawan semua tuduhan tersebut. Ia pun tampak nyaman dengan situasi yang terjadi,” ujar sumber.
Sebelumnya, terkait skandal penyuapan tersebut, mantan Sekretaris Jenderal AFC Peter Velappan menuntut Bin Hammam segera meletakkan jabatannya. “Dengan adanya tudingan itu, ia seharusnya lengser. Hal tersebut demi kebaikan sepakbola. Hal ini (isu penyuapan) telah berlangsung lama. Ia seyogyanya mengikuti jejak Warner, yaitu mengucapkan selamat tinggal,” tegas Velappan.
Akan tetapi, tuntutan Velappan tak didengar Bin Hammam, 62 tahun, yang meyakini jika dalam kasus tersebut, ia mendapat dukungan dari anggota Exco asal Thailand Worawi Makudi dan Manilal Fernando dari Sri Langka, dua sosok yang menyertai Bin Hammam berkunjung ke Trinidad pada 10-11 Mei lalu.
Sementara itu, Warner bersikukuh dirinya tidak mau bertemu dengan para penyelidik kasus penyuapan itu yang dipimpin mantan Direktur Utama FBI, Louis Freeh. “Saya lebih baik mati (ketimbang bertemu Freeh). Jika FIFA menginginkan bantuan, dengan senang hati saya akan melakukannya. Tapi, tidak dengan Freeh (Baca: MEG/ BBC)
Seperti diketahui, menjelang Kongres FIFA akhir Mei lalu, Bin Hammam dan Warner dituding telah melakukan tindak penyuapan dengan memberikan dana tunai sekitar satu juta dolar AS atau 620 ribu pound kepada 25 anggota Uni Sepakbola Karibia.
Jika Warner akhirnya memutuskan lengser dari jabatannya yang membuatnya terbebas dari proses investigas, Bin Hammam bertindak sebaliknya. “Ia berkeyakinan jika ia harus melawan semua tuduhan tersebut. Ia pun tampak nyaman dengan situasi yang terjadi,” ujar sumber.
Sebelumnya, terkait skandal penyuapan tersebut, mantan Sekretaris Jenderal AFC Peter Velappan menuntut Bin Hammam segera meletakkan jabatannya. “Dengan adanya tudingan itu, ia seharusnya lengser. Hal tersebut demi kebaikan sepakbola. Hal ini (isu penyuapan) telah berlangsung lama. Ia seyogyanya mengikuti jejak Warner, yaitu mengucapkan selamat tinggal,” tegas Velappan.
Akan tetapi, tuntutan Velappan tak didengar Bin Hammam, 62 tahun, yang meyakini jika dalam kasus tersebut, ia mendapat dukungan dari anggota Exco asal Thailand Worawi Makudi dan Manilal Fernando dari Sri Langka, dua sosok yang menyertai Bin Hammam berkunjung ke Trinidad pada 10-11 Mei lalu.
Sementara itu, Warner bersikukuh dirinya tidak mau bertemu dengan para penyelidik kasus penyuapan itu yang dipimpin mantan Direktur Utama FBI, Louis Freeh. “Saya lebih baik mati (ketimbang bertemu Freeh). Jika FIFA menginginkan bantuan, dengan senang hati saya akan melakukannya. Tapi, tidak dengan Freeh (Baca: MEG/ BBC)