Jakarta - AS Roma tampil mengejutkan pada perhelatan Liga Champions 2017-2018. Wakil Liga Italia Serie A tersebut meruntuhkan 'dominasi' Barcelona. Efeknya, AS Roma berada di antara jajaran elit semifinalis Liga Champions musim ini.
Terlepas dari pertemuan kontra Liverpool pada fase empat besar, pesona AS Roma memantik atensi publik. Corak permainan 'biasa-biasa saja', terutama jika dilihat dari penampilan di Serie A, memberi rasa penasaran.
Tak heran jika sepak terjang armada Eusebio Di Francesco menjadi sesuatu yang ditunggu. Sebelum menyaksikan sajian kala bersua Liverpool, AS Roma memiliki pengalaman minim berlaga di fase semifinal Liga Champions.
Advertisement
Kali terakhir AS Roma merasakan zona semifinal di pentas Liga / Piala Champions, terjadi pada musim 1983-1984. Saat itu, mereka mendapatkan performa luar biasa, sehingga mendapat ganjaran lolos ke final.
Pada babak empat besar, AS Roma menyingkirkan raksasa Skotlandia, Dundee United dengan skor agregat 3-2. Keberhasilan melangkah ke final menjadi peristiwa menawan tersendiri dalam sejarah AS Roma.
Bagaimana tidak, akun resmi twitter AS Roma, Jumat (13/4/2018) mengunggah, tujuh dari sebelas pemain yang berlaga di semifinal Piala Champions 1983-1984, mendapat penghargaan luar biasa. Tujuh pemain tersebut mendapat ganjaran masuk sebagai anggota Hall of Fame AS Roma.
Â
Memori
Kala menundukkan Dundee United di fase semifinal Piala Champions 1983-1984, AS Roma memiliki skuat yang dianggap satu di antara terbaik sepanjang sejarah mereka. Pada posisi kiper, Pelatih Nils Liedholm memercayakan pada Franco Tancredi. Bek tengah berisi duet tangguh, Dario Bonetti dan Ubaldo Righetti, plus bek kanan Sebastiano Nela dan bek kiri, Aldo Maldera.
Liedholm mengaplikasikan pola 4-3-3. Tiga pemain di sektor tengah berisi para pekerja keras kreatif seperti Paulo Roberto Falcao, Toninho Cerezo dan si pemilik nomor punggung 10, Agostino Di Bartolomei.
Sementara tiga pemain lincah yang memiliki daya gempur tinggi antara lain Roberto Pruzzo, Bruno Conti dan Francesco Graziani. Komposisi tersebut membuat Nils Liedholm memiliki kekuatan merata, sesuatu yang musim ini dimiliki Eusebio Di Francesco.
Sayang, pada waktu itu ambisi menjadi juara di rumah sendiri, Stadion Olimpico, Roma, tak berujung manis. Pada babak final, AS Roma kalah dari Liverpool melalui adu penalti, dengan skor 4-2. Saat waktu normal, kedua tim berbagi skor 1-1.
Kini, AS Roma sedang menapaki ambisi yang sama seperti lebih dari tiga dekade lalu. Namun, mereka harus bekerja keras, karena sang lawan adalah tim yang dulu mengubur mimpi Il Lupi menjadi jawara Eropa di rumah sendiri.
Sumber:Â Bola.com
Saksikan cuplikan pertandingan dari Liga Inggris, La Liga, Liga Champions, dan Liga Europa, dengan kualitas HD di sini
Advertisement