Liputan6.com, Milan - George Weah memulai karier sepak bolanya di Tanah Afrika pada 1985. Empat klub pernah ia bela yaitu Migthy Barolle (Liberia), Invicible Eleven (Liberia), Africa Sports (Pantai Gading), dan Tonnerre Yaounde (Kamerun).
Petualangan pertamanya di Eropa terjadi saat membela AS Monaco pada 1988-1992. Tampil pada 103 pertandingan, Weah mampu membukukan 47 gol.
Advertisement
Baca Juga
Keganasan Weah di kotak penalti lawan mengundang ketertarikan Paris Saint-Germain (PSG). Tiga musim memperkuat PSG, Weah berhasil mengoleksi 32 gol dari 96 partai.
Weah mengukir tinta emas kala berbaju AC Milan pada 1995-2000. Banyak kenangan terjadi di San Siro. Mulai dari Ballon d’Or, hingga dianugerahi pemain terbaik dunia versi FIFA.
Weah memboyong dua gelar itu secara bersamaan di musim pertamanya bersama AC Milan. Di tahun yang sama, Weah juga membantu tim berjukuk Rossoneri itu meraih scudetto Liga Italia.
Prestasi Weah
Kesuksesan Weah bersama AC Milan membantunya ke puncak keemasan karier. Meraih dua predikat pemain terbaik sekaligus. Weah juga menjadi satu-satunya pemain Afrika yang mengoleksi trofi itu.
Masih di tahun yang sama, Weah juga disematkan sebagai pemain terbaik Afrika. Gelar ini merupakan yang ketiga sekaligus yang terakhir untuknya. Sebelumnya, Weah meraihnya pada 1989 dan 1994.
Berkaca dari statistik, jumlah gol Weah bersama AC Milan hanya menyentuh angka 46 dari 114 pertandingan. Masa kejayaannya bersama Rossoneri mulai pudar ketika dipinjamkan ke Chelsea pada musim 2000.
Tidak lama di Chelsea, Weah kemudian pindah ke Manchester City dan Marseille. Penyerang kelahiran Liberia ini menutup karier di klub Uni Emirat Arab, Al Jazira pada 2003 lalu.
Sepanjang kariernya sebagai pesepakbola, Weah mengoleksi 411 pertandingan selama 18 tahun. Total, 193 gol mampu Weah ciptakan untuk menyematkannya sebagai raja Afrika di Eropa.
Advertisement
Jadi Presiden Liberia
Setelah Perang Saudara Liberia II berakhir pada 1999, minat Weah untuk banting stir ke dunia politik mulai meningkat. Weah pernah mencalonkan diri untuk maju pada pemilihan presiden (pilpres) Liberia pada 2005, namun berujung kegagalan.
Seolah tidak kapok, Weah kembali maju pada pilpres Liberia pada 2011. Kali ini, Weah dicalonkan sebagai wakil presiden. Lagi-lagi, Weah kalah.
Mimpi Weah untuk menjadi orang nomor satu di Liberia akhirnya kesampaian pada 2017 lalu. Kini, persiapan Weah untuk maju sebagai capres pada waktu itu semakin matang. Weah telah mempersiapkan diri selama setahun sebelumnya.