Liputan6.com, Jakarta - Piala Dunia 2018 di Rusia tidak hanya membangkitkan antusiasme masyarakat lokal pada sepak bola, tetapi juga pada aplikasi kencan.
Dilansir The Moscow Times, Jumat (22/6/2018), operator-operator seluler di Rusia menemukan naiknya penggunaan aplikasi Tinder selama perhelatan Piala Dunia.
Advertisement
Baca Juga
Salah satu dari empat operator seluler terbesar Rusia, MTS, melaporkan setidaknya ada 11 kali lipat peningkatan pemakaian Tinder di wilayah stadium dan zona fans di Moscow, St. Petersburg, dan Saransk.
Operator lain seperti Tele2 dan MegaFon juga mengklaim peningkatan pemakaian Tinder.
Melihat hal ini, politikus Rusia sampai memberi himbauan kontroversial agar para wanita Rusia agar tidak berhubungan seksual dengan pendatang dari ras berbeda.
Fenomena naiknya pemakaian Tinder saat ada ajang internasional bukanlah hal baru. Pasalnya, setiap adanya ajang olahraga internasional, maka otomatis akan banyak orang asing di satu negara.
Tak pelak bila penduduk suatu negara, turis, bahkan atlet, sama-sama berusaha mendapat jodoh atau sekadar teman kencan.
Contohnya, pada ajang Olimpiade Musim Dingin di Korea Selatan, pemakaian Tinder juga tercatat meningkat 350 persen.
Begitu pun ketika Olimpiade Musim Panas di Brazil, ketika kalangan atlet ikut-ikutan memakai aplikasi itu.
Wanita Rusia Dilarang Berhubungan Seks dengan Suporter Piala Dunia
Baru-baru ini, perempuan Rusia dilarang untuk berhubungan seks dengan turis asing yang melancong ke Negeri Beruang Merah sepanjang gelaran Piala Dunia 2018.
Pendapat yang diutarakan oleh Juru Bicara Kepresidenan Dmitry Peskov, tampak ditujukan untuk membantah imbauan dari Anggota Senat Rusia Bidang Urusan Keluarga, Perempuan dan Anak-Anak, Tamara Pletnyova.
Pletnyova sebelumnya mengimbau agar perempuan Rusia "tidak seharusnya berhubungan seks dengan penonton sepak bola dari negara lain sepanjang di Piala Dunia, karena Anda akan 'menderita' sebagai orang tua tunggal nantinya".
Ia juga khawatir, seks bebas dengan turis asing akan mengakibatkan para perempuan Rusia melahirkan dan membesarkan anak ras campuran nantinya.
Menurut Pletnyova, anak ras campuran di Rusia "telah menderita sejak era Uni Soviet", ujarnya menggambarkan diskriminasi sosial yang dialami mereka.
Komentar Pletnyova yang memperingatkan bahwa "perempuan Rusia bisa berakhir membesarkan anak-anak ras campuran" mengacu pada istilah 'Anak-Anak Olimpiade Moskow 1980'.
Istilah itu digunakan selama era Uni Soviet untuk mengkategorikan anak-anak non-Kaukasian yang dikandung oleh perempuan Rusia usai berhubungan seks dengan turis mancanegara dari Afrika, Amerika Latin, atau Asia. Menurut beberapa laporan, banyak di antara anak-anak ras campuran itu menghadapi diskriminasi sosial di Soviet, bahkan, di Rusia Abad ke-21.
Sementara itu, Pletnyova juga memperingatkan bahwa anak-anak ras campuran itu dapat 'direbut oleh orang-orang Barat'. Dan oleh karenanya, ia mendesak agar perempuan Rusia berhubungan seks dengan, dan mengandung anak dari pria Rusia sendiri.
Advertisement
Respons Kremlin
Dalam sebuah komentar terpisah yang tampak ditujukan untuk merespons imbauan tersebut, juru bicara Putin, Dmitry Peskov mengutarakan pernyataan yang menepis kekhawatiran Pletnyova.
Mengawali komentarnya, Peskov mengatakan, "Semua negara menuduh negara lain atas sikap rasisme dan homofobia."
"Semua itu tidak ada hubungannya dengan Piala Dunia. Sedangkan untuk para perempuan Rusia, mereka bisa mengatasi semua hal dengan sendirinya," lanjut Peskov seperti dikutip dari Evening Standard.
(Tom/Jek)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini