Sukses

3 Pemain yang Meredup di Tangan Arsene Wenger

Arsene Wenger dikenal jeli dalam mencari bibit pemain tapi bukan berarti tidak pernah membunuh karier pemain hebat.

Liputan6.com, Jakarta Arsene Wenger punya reputasi yang baik sebagai penemu bakat pemain dan mengembangkan kemampuan terbaik para pemainnya. Kesuksesannya di Arsenal sebagian besar dibangun dengan menyulap pemain murah menjadi seorang superstar.

Terlepas dari semua keberhasilannya di bidang ini, Arsene Wenger kadang-kadang juga salah dalam membeli pemain dan membunuh karier mereka.

Mereka adalah pemain dengan talenta yang hebat, tetapi setelah Arsene Wenger selesai dengan mereka, dan dicadangkan atau tidak dimainkan dalam posisi aslinya, nasib para pemain ini tidak berakhir dengan baik. Karier malah rusak selamanya.

Berikut tiga pemain Arsenal yang tidak memenuhi harapan tinggi Arsene Wenger seperti dilansir Sportskeeda.

2 dari 4 halaman

Gervinho

Kemampuan Gervinho sudah tidak diragukan lagi. Dia bersinar di panggung Internasional bersama Pantai Gading dan dia menikmati karier yang produktif di Roma setelah dijual oleh Arsenal. Eden Hazard bahkan menyebut Gervinho sebagai pemain terbaik yang pernah bermain bersamanya.

Ketika direkrut Arsene Wenger pada usia 24 tahun, Gervinho diyakini akan menjadi superstar Arsenal terbaru. Biaya 10 juta pounds terlihat murah, sementara kecepatan dan kekuatannya membuat pertahanan klub-klub Premier League takut padanya. Setelah memainkan pertandingan pertamanya, Gervinho langsung menegaskan dirinya di tim dan mengakhiri musim debutnya dengan 37 penampilan.

Gervinho dicoba sebagai striker setelah kepergian Robin Van Persie pada 2012 dan dengan cepat mulai mencetak gol secara rutin. Meskipun demikian, Olivier Giroud kemudian menjadi striker utama di Emirates dan ini membuat kepercayaan dirinya menurun dan berdampak pada performanya. Pada akhir musim 2012/13, Wenger mengakui bahwa Arsenal menghambat perkembangannya dan sangat dijual ke Roma dengan kerugian 3 juta pounds.

3 dari 4 halaman

Lukas Podolski

Podolski bergabung dengan Arsenal pada 2012 dengan nilai transfer 10 juta pounds. Mendatangkan pemain Jerman berusia 27 tahun dengan hampir 100 caps bersama timnas sepertinya menjadi pembelian besar bagi tim London.

Musim debutnya menjanjikan dengan 16 gol meski bermain sebagai sayap. Musim keduanya terganggu cedera, tetapi masih punya rata-rata lebih dari satu gol setiap tiga pertandingan. Podolski juga meraih trofi pertamanya bersama The Gunners setelah bermain 60 menit di final FA Cup 2014 melawan Hull City.

Musim ketiganya menurun secara perlahan karena Wenger kesulitan mencari peran yang tepat untuk pemain Jerman itu di skuatnya. Kurangnya kesadaran bertahan dan masalah kebugaran membuat Podolski tersisih dari tim utama dan kemudian dipinjamkan ke Inter Milan.

Setelah tidak masuk dalam rencana Wenger, Podolski memilih bergabung dengan Galatasaray pada musim panas 2015. Bakat Podolski akhirnya terbuang sia-sia di London karena Wenger tidak mampu mengakomodasinya ke dalam sistem pemainan menyerangnya.

4 dari 4 halaman

Andrey Arshavin

Arshavin bergabung dengan Arsenal pada tahun 2009 dengan biaya yang memecahkan rekor klub saat itu sebesar 15 juta pounds. Biaya tinggi yang dikombinasikan dengan penampilan menakjubkan di Euro 2008 membuat penggemar Arsenal berpikir mereka membeli salah satu penyerang terbaik dunia. Setelah penampilan yang mengesankan selama 18 bulan pertama di London, banyak penggemar berasumsi bahwa dia akan berakhir sebagai legenda Arsenal.

Namun, penampilan Arshavin tiba-tiba menurun selama musim 2010/11. Kebugaran dan sikap Arshavin dipertanyakan oleh para kritikus yang bertanya-tanya mengapa pemain berkualitas seperti dia bisa secara tiba-tiba menurun drastis. Meski Arsene Wenger tetap percaya dengan sang pemain di sisa musim, Gervinho langsung didatangkan untuk menggantikannya. Ini akhir dari keyakinan Wenger pada seorang pemain yang punya potensi bagus.

Meski Wenger mendapat yang terbaik dari pemain asal Rusia itu selama 18 bulan, dia patut dipersalahkan karena tidak memberikan Arshavin posisi di tengah. Pada awal musim 2011/12, Arshavin baru berusia 30 tahun dan kreativitasnya tetap mumpuni. Dia bisa berpotensi unggul dengan perubahan posisi yang mirip dengan Santi Cazorla beberapa tahun kemudian.

Arshavin tidak berbuat banyak di Arsenal selama dua tahun terakhir dari kontraknya. Dia sempat mendapat perhatian lagi ketika bermain di tengah bersama tim nasional Rusia di Euro 2012. Dia kembali ke Zenit dengan status bebas transfer pada 2013 dan fans Arsenal kembali dibuat kecewa dengan tidak maksimalnya sang pemain di klub.

Saksikan juga video menarik di bawah ini:

Â