Jakarta - Luka Modric terpilih sebagai The Best FIFA Men's Player 2018 atau bisa dibilang pemain terbaik dunia 2018 versi FIFA, pada Senin (24/9/2018). Keberhasilan itu bisa meningkatkan semangat para pemain muda, khususnya yang berposisi sebagai playmaker, untuk terus berkreasi di lapangan.
Dalam beberapa tahun terakhir, gelar pemain terbaik selalu jatuh ke tangan striker. Ya, Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo mendominasi penghargaan tersebut dengan saling berganti memenanginya sejak 2008.
Padahal, satu tahun sebelum Cristiano Ronaldo meraih gelar tersebut pada 2008, Kaka mampu mewakili seorang gelandang ataupun playmaker yang meraih gelar bergengsi individu itu. Melompat jauh ke belakang, Ronaldinho dan Zinedine Zidane, yang berposisi sebagai gelandang juga pernah meraih penghargaan tersebut.
Advertisement
Peran seorang gelandang memang cukup krusial dalam sebuah tim. Para gelandang biasanya merupakan motor serangan tim untuk mencapai tujuan, yakni gol.
Pada sepak bola modern, gelandang memiliki peran terbanyak dibandingkan posisi lain. Menilik permainan simulasi manajer, Football Manager, saat ini ada 13 peran berbeda yang dimiliki gelandang.
Kini, Modric mampu mengembalikan pamor gelandang menjadi posisi yang paling krusial dalam permainan. Akan tetapi, Modric telah berusia di atas 30 tahun, yang kariernya sebentar lagi bakal berakhir.
Lantas, siapa gelandang yang bisa mengikuti kesuksesan Modric sebagai pemain terbaik dunia? Berikut ini adalah beberapa kandidat versi Bola.com.
Â
1. Kai Havertz (Bayer Leverkusen) - 19 tahun
Nama Kai Havertz sebenarnya sudah mencuat di Jerman pada 2016. Dia menjalani debut bersama Bayer Leverkusen pada usia 17 tahun 126 hari pada laga melawan Werder Bremen, 15 Oktober 2016.
Havertz tercatat sebagai pemain termuda yang tampil untuk tim senior Bayer Leverkusen di kompetisi resmi. Pada 2 April 2017, Havertz mencetak gol pertama yang menjadikannya pemain termuda Bayer Leverkusen yang menceploskan bola.
Tidak cukup rekor berhenti di situ. Pada 14 April 2018, Havertz menjadi pemain termuda sepanjang sejarah yang mampu melakoni 50 pertandingan Bundesliga, pada usia 18 tahun 307 hari. Pada musim lalu, Havertz menjalani 30 pertandingan bersama Die Werkself.
Dengan kepercayaan penuh yang diberikan timnya, Havertz memiliki masa depan cerah. Apalagi, pemain kelahiran Aachen itu sudah dipercaya membela timnas Jerman senior saat menghadapi Peru pada 9 September lalu.
Advertisement
2. Lucas Paqueta (Flamengo) - 21 tahun
Talenta pesepak bola asal Brasil memang tidak pernah habis. Dari tahun ke tahun, selalu ada pemain yang menjadi pembicaraan publik, khsusunya di Eropa.
Setelah Vinicius Junior menarik minat Real Madrid pada tahun lalu, kini rekan setimnya, Lucas Paqueta, yang mulai menjadi buah bibir. Pemain asli akademi Flamengo itu santer dikabarkan menjadi incaran banyak klub Eropa.
Tahun lalu, 2017, memang menjadi tahun menggembirakan bagi Lucas Paqueta. Dia dipercaya sebagai pemain utama Flamengo. Hingga saat ini, pemain kelahiran Rio de Janeiro itu sudah melakoni 80 pertandingan Flamengo di berbagai ajang.
Konsistensi permainan Lucas Paqueta menarik minat pelatih timnas Brasil, Tite. Lucas Paqueta mulai dipercaya menghuni skuad senior Selecao pada 17 Agustus 2018 melawan Amerika Serikat.
3. Donny van de Beek (Ajax) - 21 tahun
Ajax menjadi satu di antara tim Eropa yang terkenal memiliki akademi pemain bagus. Banyak pemain ternama yang lahir dari klub tersebut.
Saat ini, Ajax memiliki dua gelandang muda hebat dalam diri Donny van de Beek dan Frankie de Jong. Namun dari sisi kontribusi tim, Van de Beek layak menjadi yang terdepan ketimbang De Jong.
Pada usia baru 21 tahun, Van de Beek hampir menjalani pertandingan yang ke-100 bersama Ajax. Dia juga mampu beradaptasi di banyak posisi.
Pada musim 2016-2017, Van de Beek berperan sebagai gelandang bertahan. Akan tetapi, posisinya berubah menjadi gelandang menyerang pada musim berikutnya, 2017-2018.
Posisi gelandang serang rupanya menumbuhkan sisi ketajaman Van de Beek. Pada musim lalu, pemain yang sudah empat kali tampil untuk timnas Belanda itu mampu menorehkan 13 gol dari 39 pertandingan atau bila dirata-rata satu gol setiap tiga pertandingan.
Advertisement
4. Mickael Cuisance (Borussia Monchengladbach) - 19 tahun
Borussia Monchengladbach mendatangkan Mickael Cuisance dari Nancy II pada 2016. Tim asal Jerman itu percaya, Cuisance memiliki potensi sebagai gelandang hebat.
Karena itu, Cuisance sudah dipercaya masuk skuad utama pada usia 17 tahun. Pada musim lalu, Cuisance telah melakoni 26 pertandingan Borussia Monchengladbach di berbagai ajang.
Cuisance memiliki kelebihan dalam mengeksekusi tendangan bebas. Meski masih berusia muda, Cuisance sudah dipercaya menjadi eksekutor utama bola-bola mati bagi timnya.
Di level internasional, Cuisance memang belum merasakan debut bersama timnas Prancis senior. Akan tetapi, dia sudah tergabung ke dalam tim junior level U-16 hingga U-20 sejak 2014.
5. Joao Felix (Benfica) - 18 tahun
FC Porto mungkin menjadi klub yang paling menyesal melepas Joao Felix pada 2014. Saat itu, Joao Felix yang masih berusia 14 tahun dianggap kurus dan tidak layak menjadi pesepak bola.
Setahun kemudian, Joao Felix diterima akademi Benfica. Tidak perlu waktu lama baginya menunjukkan kualitas mengolah bola. Pada 2016, Joao Felix tercatat sebagai pemain termuda sepanjang sejarah yang membela Benfica B, pada usia 16 tahun.
Pesona permainan Joao Felix menarik minat timnas Portugal U-21 untuk memakai jasanya. Yang menarik, Joao Felix sudah membela timnas Portugal U-21 meski masih berusia 17 tahun pada 2017.
Pada musim ini, pemain kelahiran Viseu itu sudah masuk skuad utama Benfica. Joao Felix langsung menunjukkan kehebatannya dengan mencetak dua gol hanya dalam empat pertandingan Benfica di Liga Portugal.
Advertisement