Jakarta - Kontingen China masih jadi unggulan dalam perhelatan Asian Para Games 2018. Tantangan berat pun akan dihadapi para peserta termasuk Indonesia.
Belum lagi, kekuatan China di Asian Para Games kali ini disebut beberapa pelatih Indoneia sulit terdeteksi. Pelatih tenis meja Indonesia, Rima Ferdianto, mengaku buta kekuatan sang lawan mengingat selama ini jarang mengikuti kejuaraan.
Baca Juga
Masih dalam Tahap Coba-coba dan Lakukan Eksperimen, Pendekatan Shin Tae-yong di Piala AFF 2024 Jadi Sorotan
Timnas Indonesia Pastikan Menjamu Bahrain di SUGBK Pada Ronde 3 Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia
Legenda Persebaya Ungkap Cara Timnas Indonesia lolos Piala Dunia 2026: Kemenangan atas Bahrain dan China Jadi Poin Penting
"Selama ini China memang jarang ikut di berbagai kejuaraan untuk pemanasan menuju APG. Ini menjadi tantangan bagi kami karena sejatinya ingin melihat kekuatan mereka," ungkap Rima kepada Bola.com.
Advertisement
Menurutnya, hanya beberapa negara saja yang sudah dipelajari kekuatan para atlet. Diantaranya Malaysia, Thailand, Korea Selatan, Jepang, Hongkong, dan negara-negara dari Timur Tengah maupun pecahan Uni Soviet.
"Karena dengan mempelajari kekuatan lawan lebih awal, kami bisa menentukan strategi apa yang akan dilakukan. Mungkin memang ini menjadi strategi mereka agar tidak diketahui lawan," ujar dia.
Pelatih renang Indonesia, Dinda Yuskar Taji, cukup menyayangkan absennya China diberbagai kejuaraan tingkat Asia maupun dunia. Padahal kekuatan China menjadi patokan atlet Indonesia.
"Kalau memang ikut biasanya hanya atlet lapis kedua. Mereka memang punya banyak atlet dengan berbagai lapis dan bisa memposisikan, atlet A berangkat di kejuaraan ini sedangkan atlet B di kejuaraan lain," tegas Dinda.
Hal senada juga diungkapkan pelatih bulu tangkis Indonesia, Nurrachman. Ia memprediksi China sengaja menyembunyikan kekuatan terbaik untuk menghadapi Asian Para Games 2018.
"Saya terakhir melihat China ikut kejuaraan itu bulan November tahun lalu. Tapi yang ikut itu masih standar kemampuannya tidak ada yang menonjol masih seimbang dengan negara lain. Setelah itu tidak pernah lagi ikut. Namun itu bukan masalah dan kami siap bertemu mereka," kata Nurrachman.