Jakarta - Pembalap Repsol Honda, Marc Marquez, dan rider Ducati, Andrea Dovizioso, terlibat persaingan sengit hingga tikungan terakhir lap pamungkas pada MotoGP Thailand, di Sirkuit Internasional Chang, Buriram, Minggu (7/10/2018). Publik mulai menerka-nerka apakah rivalitas keduanya bisa menjadi klasik, bahkan dibandingkan dengan persaingan Wayne Rayne dan Kevin Schwantz pada 1980-an.Â
Baca Juga
- Belum Berniat Pensiun, Valentino Rossi Masih Betah Balapan di MotoGP
- Hasil Balapan MotoGP Thailand Memuaskan Bos Yamaha
- Rossi: Yamaha Harus Lebih Kompetitif untuk Saingi Honda dan Ducati
Advertisement
Ini bukan kali pertama Marquez dan Dovizioso bersaing ketat hingga lap terakhir. Momen serupa juga tersaji di MotoGP Austria 2017, MotoGP Jepang 2017, dan MotoGP Qatar 2018. Di Buriram, pertarungan dimenangi Marquez. Adapun tiga persaingan sebelumnya dimenangi Dovizioso.Â
Saat ditanya apakan persaingan mereka bisa menjadi klasik, Marquez memberikan penjelasan gamblang.Â
"Kami punya gaya membalap yang berbeda, motor yang berbeda, dan kemudian dia (Dovizioso) punya kekuatan, begitu pula saya. Itu artinya kami bisa saling menyalip," kata Marquez, seperti dilansir Speedweek, Kamis (11/10/2018).Â
"Di Buriram, kami mengubah gaya. Saya adalah Dovi dan dia adalah Marc. Dia menjadi sangat cepat, saya hanya menciptakan jarak yang sempit. Tapi, dia sangat dekat mendekati tujuannya, seperti menyalip sambil menghalangi. Saya bisa memperlambatnya pada beberapa meter terakhir, dan itu sama dengan manuver di Austria tahun lalu," sambung dia. Â
Baby Alien juga mengaku tertarik membalap sehalus Dovizioso. Gaya membalap Marquez dikenal lebih ugal-ugalan, sehingga kerap diprotes beberapa rivalnya, termasuk Jorge Lorenzo dan Valentino Rossi.Â
Saat ditanya, dirinya mirip siapa jika dibandingkan dengan duel Rainy Vs Schwantz, Marquez sedikit ragu memilih. "Saya tak tahu, mungkin Schwantz, karena saya lebih sering mengerem," ujar Marc Marquez.Â
Â