Liputan6.com, Jakarta - Aksi Dheva Anrimusthi mencuri perhatian di cabor bulu tangkis Asian Para Games 2018. Dari enam medali emas yang didapat tim bulu tangkis Indonesia, tiga di antaranya adalah berkat sumbangsih Dheva.
Sumbangan emas pertama Dheva dari cabor bulu tangkis Asian Para Games 2018 adalah di nomor beregu putra. Selain Dheva, empat pemain yang ikut berjuang di nomor itu adalah Fredy Setiawan, Hafizh Briliansyah/Hary Susanto, dan Suryo Nugroho.
Advertisement
Baca Juga
Selanjutnya, sumbangan emas kedua Dheva didapat dari nomor tunggal putra SU5 Asian Para Games 2018. Kebetulan, pada final yang dimainkan di Istora Senayan, Sabtu (13/10/2018), ia bertemu dengan sesama atlet Indonesia, yakni Suryo.
Tak sampai 30 menit setelah melawan Suryo, ia pun harus memainkan laga final ganda putra SU5 berpasangan dengan Hafizh. Dheva/Hafizh bertemu dengan sesama wakil Indonesia, Suryo/Oddie Kurnia Dwi dan menang dua gim langsung, 21-9, 21-9.
Tentu saja, kehebatan pemain berusia 19 tahun itu jadi kejutan tersendiri sekaligus angin segar bagi National Paralympic Committee (NPC) Indonesia. Pelatih Kepala Bulu Tangkis NPC Indonesia, Muhammad Nurachman pun akan mengandalkan Dheva bersama Suryo di Paralimpiade 2020.
"Di Paralimpiade, tidak semua nomor yang dipertandingkan. Double tak begitu banyak, tapi single. Tidak semua kita berangkatkan, kita pilih yang tertinggi dan yang punya peluang juara. Siapa yang diprioritaskan? Suryo dan Dheva, karena setiap event mereka masuk semifinal dan final," ujar Nurachman, saat dijumpai di Istora Senayan, Jakarta, beberapa hari lalu.
Â
Kumpulkan Poin
Di sisi lain, bulu tangkis Indonesia tak memiliki reputasi bagus di ajang Paralimpiade. Belum sekalipun ada para atlet bulu tangkis Indonesia yang menyumbang medali di Paralimpiade. Dan dalam dua edisi terakhir, medali Indonesia hanya didapat dari tenis meja (perunggu) dan angkat berat (perunggu).
Namun, dengan melejitnya prestasi di Asian Para Games 2018, kepercayaan tim bulu tangkis Indonesia pun meningkat. Sebelum itu, Indonesia harus berjuang terlebih dulu dalam mengumpulkan poin mulai 2019 agar bisa tampil di Paralimpiade 2020.
"Ranking dunia sudah berjalan, tapi poin dunia belum. Jadi mulai 2019 hitung poin. Kita akan mengikuti tiga turnamen terbaik plus Kejuaraan Dunia. Kita harus memilih karena terbatas pada anggaran," jelas Nurachman.
Advertisement