Liputan6.com, Jakarta - Persija Jakarta harus melaui jalan panjang untuk mencapai babak utama Liga Champions Asia. Mereka mesti menyingkirkan Home United (Singapura), Chiangrai United (Thailand), dan Sanfrecce Hiroshima (Jepang).
Baca Juga
Advertisement
Bukan tugas mudah melewati tantangan ini. Kinerja dua wakil terakhir Indonesia pada ajang ini bisa jadi acuan Persija.
Setelah menyisihkan Tampines Rovers (Singapura), Bali United pada 2018 disingkirkan Chiangrai United pada penyisihan kedua. Persib Bandung juga terhenti di putaran tersebut karena dibungkam Ha Noi T&T pada edisi 2015.
"Semoga kita bisa lolos Liga Champions. Karena Indonesia jarang bisa tampil di ajang ini," kata kapten Persija, Ismed Sofyan.
Nilai Rendah
Jalan panjang tim Indonesia di Liga Champions Asia tidak lepas dari buruknya koefisien. Indonesia memiliki nilai rendah karena minim prestasi pada ajang antarklub.
Larangan berpartisipasi di pentas internasional akibat sanksi FIFA pada 2015-2016 juga membuat klub Indonesia tidak mendulang poin.
Untuk kompetisi 2019, Indonesia menempati posisi 11 Zona Timur, atau peringkat 24 secara keseluruhan. Dalam situasi ini, Indonesia diadu melawan penghuni tiga urutan terbawah lainnya yakni Filipina, Singapura, dan Myanmar.
Advertisement
Maksimal di Grup
Ketika posisi masih kuat, Indonesia tidak perlu melewati penyisihan atau play-off untuk masuk babak utama Liga Champions Asia. Indonesia sempat beberapa kali mengirim dua tim pada satu musim, tepatnya pada 2004 (PSM Makassar, Persik Kediri), 2005 (PSM Makassar, Persebaya Surabaya), dan 2007 (Persik Kediri, Arema).
Selain tiga tim itu, tim Indonesia lain yang berpartisipasi di Liga Champions Asia adalah Sriwijaya FC (2009) dan Persipura Jayapura (2010).
Di tiap kesempatan, wakil Indonesia langsung terhenti pada fase grup.