Liputan6.com, Jakarta - Dan, penantian panjang selama 17 tahun itu pun berakhir. Minggu (9/12/2018) malam, tanpa dikomandoi, ratusan The Jakmania, pendukung fanatik Persija Jakarta, menceburkan diri mereka ke kolam di Bundaran HI. Sementara ribuan rekannya meramaikan suasana dengan menari-nari, bernyanyi meneriakkan yel-yel kemenangan.
The Jakmania memang tengah bersuka-cita, bergembira dalam euforia. Mereka berpesta merayakan sukses tim kesayangan mereka menjadi juara Liga 1 2018, setelah terakhir jadi yang terbaik di sepak bola Indonesia pada 2001.
Pesta Persija pun semakin lengkap. Pasalnya, playmaker mereka, Rohit Chand dinobatkan sebagai Pemain Terbaik Liga 1 2018.
Advertisement
Ini merupkan pesta lanjutan The Jakmania. Sebelumnya, mereka merayakannya di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), usai Persija mengalahkan Mitra Kukar 2-1 di laga terakhir Liga 1 2018. Tentu, jumlahnya lebih banyak lagi.
Baca Juga
Lebih dari 68 ribu The Jakmania berada di dalam SUGBK menyaksikan dua gol Marko Simic menghunjam gawang Mitra Kukar yang dikawal Yoo Jae Hoon. Jumlah itu belum termasuk massa berlimpah ruah yang menyebar di sekitar stadion.
Walau tak bisa masuk mereka tetap menyaksikan pertandingan dengan layar raksasa yang disiapkan panpel Persija, sebagai antisipasi stadion tak bisa menampung semua pendukung. Layar raksasa dipasang di sekitar area parkir timur.
Ritual seperti ini bukan pertama kalinya dilakukan The Jakmania. Sekitar 17 tahun yang lalu, di tempat yang sama, mereka juga melakukan hal yang sama, menceburkan diri ke kolam Bundaran HI, usai Persija jadi juara di ajang Liga Indonesia 2001. Ketika itu, di final Persija mengalahkan PSM Makassar 3-2.
"Champione, champione," dari dalam kolam Bundaran HI, The Jakmania berteriak sambil membentangkan bendera Macan Kemayoran lebar-lebar.
Tujuh belas tahun memang bukan waktu yang sebentar. Persija dan The Jakmania sudah cukup bersabar menungu selama ini. Dan, musim ini, saat kerinduan itu terbayar, wajar mereka berpesta sedemikian rupa.
Pesta Persija sendiri belum akan berakhir. Pasalnya, mereka masih akan menggelar pawai juara. Hanya memang tanggalnya memang belum ditentukan, karena saat ini Persija masih harus fokus ke ajang Piala Indonesia.
"Kita semua bangga atas prestasi Persija dan atas dukungan keras dari The Jakmania. Dua-duanya menunjukkan sebuah semangat yang tinggi," ujar Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, yang ikut jadi saksi keperkasaan Persija menghajar Mitra Kukar di GBK.
Â
Perjuangan Melelahkan
Kemenangan 2-1 atas Mitra Kukar memang menobatkan Persija jadi yang terbaik di ajang Liga 1 2018. Di klasemen akhir, Tim Macan Kemayoran mantap di pucak klasemen, dengan 62 poin, unggul satu poin dari PSM Makassar, pesaing terdekat mereka, yang juga rival utama Persija di Liga Indonesia 2001.
Pelatih Persija, Stefano Cugurra, membuka rahasia sukses Tim Macan Kemayoran. "Pemain Persija sangat kuat, kompak dan saling respek. Kita kerja sangat bagus. Tapi persija tetap konsisten sampai laga terakhir," ujar pria yang akrab disapa Teco ini.
Tak lupa, Teco juga memuji The Jakmania yang tak pernah berhenti mendukung mereka di setiap pertandingan, kandang bahkan tandang. "The Jakmania membawa semangat di stadion," dia menambahkan.
Namun, kesempatan berpesta tak mudah didapatkan Persija. Butuh perjuangan panjang dan melelahkan bagi Tim Macan Kemayoran sebelum mempersembahan trofi bergengsi ini kepada The Jakmania. Dan, dengan perfoma yang konsisten, mereka akhirnya mampu menuntaskan penantian 17 tahun itu.
Â
Advertisement
Terus Menekan
Sejak sejak awal, mereka sempat terus berada di bawah bayang-bayang Persib dan PSM. Bahkan, setelah Persib merosot prestasinya karena sanksi, Persija masih harus menunggu terpelesetnya PSM, karena Tim Juku Eka yang ketika itu menyalipnya.
"Di sinilah kesabaran Persija diuji. Ternyata mereka mampu terus memberi tekanan pada PSM. Dan pekan ke-33 tekanan itu membuat PSM terpeleset. Dengan sisa satu pertandingan, Persija di atas kertas sudah juara," kata Freddy Muli, yang sempat melatih beberapa klub elite Indonesia.
Pekan ke-33 memang menjadi kunci. Saat itu, PSM Makassar hanya mampu bermain 0-0 lawan Bhayangkara FC. Sementara Persija menang 2-1 atas Bali United.
Sehingga mereka mampu menyalip dan merebut singgasana klasemen Liga 1 2018. Namun, sebelumnya, Persija terlebih dahulu menahan PSM 2-2 saat jadi tamu Tim Juku Eja di Makassar.
"Ini semua kerja keras selama setahun. Saya pikir ini melelahkan. Ini puncak keinginan saya sebagai pemain bola. Ini tidak lepas dari dukungan The Jakmania," ujar kapten Persija, Ismed Sofyan.
Â
Tanpa Kandang Tetap
Tak hanya itu, perjuangan Persija makin berat lantaran sepanjang musim 2018, mereka tak memiliki kandang yang tetap. Selain GBK, sepanjang Liga 1 2018, Persija sempat menggunakan empat stadion berbeda.
Sebut saja Patriot di Bekasi, Wibawa Mukti (Cikarang), Sultan Agung (Bantul), serta PTIK di Jakarta. Namun, sekali lagi, mereka mampu mengenyampingkan ini semua untuk terus memberikan tekanan kepada para rival dan membuktikan diri sebagai yang terbaik di akhir musim.
"Memang tidak mudah buat Persija karena tidak ada kandang, tapi pemain punya mental yang bagus bermain di luar kandang kita. Ini kerja keras yang luar biasa. Kita fokus dan konsentrasi, harus bisa memenangkan setiap pertandingan," Ismed, 39 tahun, menambahkan.
Â
Sukses Persija jadi juara pun akhirnya membuka mata pemerintah daerah. Sang Gubernur pun berjanji akan segera merealisasikan rencana pembangunan Stadion Bersih, Manusiawi, Berwibawa, untuk Persija. "Insya Allah dalam awal tahun bisa ground breaking dan mulai pembangunan," ujar Anies.
Advertisement