Liputan6.com, London - Jose Mourinho masih mengingat prestasi yang diraihnya bersama Manchester United (MU). Meski sudah dipecat pada pertengahan Desember lalu, Mourinho tetap merasa sudah melakukan yang terbaik dengan Setan Merah.
Musim lalu, Jose Mourinho menjadi dalang kesuksesan MU menjadi runner-up Premier League musim lalu. Pencapaian tersebut dianggapnya sebagai salah satu pencapaian terbaik dalam kariernya sebagai pelatih.
Advertisement
Baca Juga
Dua musim pertama Mourinho bersama MU berakhir manis, meskipun ada grafik penurunan. Misal di musim debutnya, ia sukses mengantar The Red Devils meraih gelar Liga Europa serta Carabao Cup.
Sedangkan pada musim kedua, pelatih asal Portugal itu gagal mempersembahkan trofi satupun. Meskipun begitu, menjadi runner-up di dua kompetisi berbeda, yakni Premier League dan FA Cup, bukanlah prestasi yang buruk.
Mengapa Jose Mourinho merasa seperti demikian di MU?
Pencapaian Terbaik Mourinho
Gelar juara yang telah diterima Mourinho tidak hanya di Manchester United saja. Begitu banyak klub besar yang menggunakan jasanya telah merasakan dampak besar dari tangan dingin Mourinho. Total 25 gelar yang telah ia raih di sepanjang karirnya.
Namun anehnya, ia justru menganggap finis dengan status runner-up di Premier League sebagai salah satu pencapaian terbaiknya. Pria berumur 55 tahun itu lalu menjelaskan alasan dibalik pernyataannya tersebut kepada beIN Sports.
"Saya berpikir bahwa terkadang kami memikirkan apa yang terlihat, tapi kami tak tahu apa yang terjadi di balik layar. Itu berpengaruh terhadap apa yang kami lihat," ujar Mourinho.
"Saya pikir itu adalah hal yang fundamental. Sebagai contoh, saya melihat salah satu pencapaian terbaik saya adalah finis di peringkat dua dengan Manchester United di Premier League," lanjutnya.
"Anda berkata 'orang ini gila. Dia memenangkan 25 gelar dan berujar bahwa posisi kedua adalah posisi terbaiknya di sepak bola'. Saya terus berkata seperti ini karena orang tidak tahu apa yang terjadi di balik layar," tambahnya.
Advertisement
Permainan Defensif
Sayangnya, kini ia sudah tidak lagi menjabat sebagai pelatih MU. Per bulan Desember 2018 lalu, ia didepak dari kursi kepelatihan lantaran dianggap sebagai biang keterpurukan The Red Devils pada musim 2018-2019 ini.
Namun sebenarnya, tuntutan untuk Mourinho mundur sudah terdengar sejak musim sebelumnya. Ia dikenal sebagai pelatih dengan strategi pragmatis yang mengincar kemenangan dengan permainan bertahan.
"Sangat mudah untuk bermain baik dan tidak menang. Sangat mudah menjadi dalang ide dari sepak bola tertentu tanpa memberi hasil. Dari orang-orang yang menang secara konsisten - karena anda menang secara terisolir lalu menghilang - orang yang menang secara konsisten punya pendapat yang berbeda soal itu," sambungnya.
"Bila anda berbicara soal Guardiola, Ancelotti - tentang mereka yang setara dengan saya - dengan karir kemenagnan yang panjang. Di mana mereka yang muda dengan dampak nyata dari segi hasil? Di mana mereka?" tutupnya.
Sumber: Bola.net