Sukses

5 Pemain Sepak Bola Top yang Jadi Legenda di Klub Kota Kelahiran

Pada sepak bola modern, hanya sedikit pemain yang tetap loyal membela klub kota kelahiran.

Jakarta - Loyalitas terhadap klub kota kelahiran menjadi barang langka dalam sepak bola modern. Uang, ketenaran, dan prestasi di tempat lain membuat mayoritas pemain sering melupakan asal mereka.

Namun, bukan berarti romantisme semacam itu hilang sama sekali. Dalam perjalanannya, terdapat beberapa pemain sepak bola yang lahir, tumbuh, dan berkembang bersama klub kota kelahiran masing-masing.

Para pemain ini menolak godaan uang dari klub lain yang lebih kaya dan besar demi mempersembahkan prestasi terbaik bagi klub tercinta. Hasilnya, mereka pun menjadi ikon dan legenda. 

Siapa saja pemain tenar sepak bola yang masuk kategori itu? Berikut pemaparannya.

2 dari 6 halaman

Francesco Totti

Sosok Francesco Totti boleh jadi hanya memenangkan satu gelar penting saja bersama AS Roma sepanjang kariernya kala membawa tim ibu kota Italia tersebut meraih ​Serie A 2000/01, namun, harus diakui bahwa dirinya akan selalu dikenang oleh publik Olimpico di Roma.

Pria kelahiran 27 September 1976 ini tumbuh dengan mengidolakan para pemain AS Roma di zamannya. Uniknya, dirinya hampir saja bergabung dengan dengan akademi Lazio kala masih berusia muda, sebelum pelatih tim yunior Roma kala itu, Gildo Giannini, meyakinkan orang tua Totti bahwa I Giallorossi adalah klub terbaik untuknya.

Keputusan itu pun ternyata sangat tepat. Sejak menjalani debutnya di tim utama pada tahun 1993, Totti berkembang menjadi legenda klub dengan tampil di total 785 laga bagi Roma, dengan torehan 307 gol dan 128 assist, membuatnya menjadi top skorer sepanjang masa raksasa Italia tersebut, sebelum pensiun pada tahun 2017 silam.

Kesuksesannya bersama Roma pun menular ke Timnas Italia, kala dirinya membawa Gli Azzurri meraih gelar Piala Dunia 2006.

3 dari 6 halaman

Steven Gerrard

Kendati menutup karier sepak bolanya bersama klub MLS, LA Galaxy, pada Januari 2017 lalu, sosok Gerrard akan selalu diingat karena satu hal, yaitu statusnya sebagai legenda​ Liverpool. 

Lahir di Whiston, Merseyside, pada 30 Mei 1980, Gerrard muda bergabung dengan akademi Liverpool sejak usianya baru menginjak sembilan tahun, dan pada usia 17 tahun, dia sudah menandatangani kontrak profesional sebelum menjalani debutnya satu tahun kemudian (1998).

Kariernya bersama The Reds berkembang pesat, kala dirinya menjadi bagian penting tim ​Liverpool yang memenangi treble di musim 2000-2001 dengan meraih UEFA Cup, League Cup, dan FA Cup. Namun, momen yang memantapkan statusnya sebagai legenda, terjadi ketika dia menginspirasi comeback Liverpool di final ​Champions League 2005 melawan AC Milan.

Gelar ​Premier League menjadi satu-satunya trofi yang gagal diraih oleh mantan kapten Timnas Inggris ini sepanjang 17 tahun kariernya di Anfield. Gerrard mengakhiri kariernya bersama The Reds dengan hengkang ke LA Galaxy pada 2015, namun, dirinya akan tetap dikenang sebagai salah satu pemain terbaik yang pernah menghiasi klub Merseyside tersebut.

4 dari 6 halaman

Carlos Puyol

Semua orang pasti setuju jika Puyol merupakan salah satu bek sekaligus kapten terbaik sepanjang sejarah ​Barcelona. Namun, tidak banyak yang tahu bahwa dirinya hampir saja bergabung dengan Malaga pada 1998, bahkan pihak Barcelona sudah mencapai kata sepakat sebelum Puyol menolak rencana transfer tersebut.

Alasan Puyol cukup unik, dia tidak ingin hengkang karena rekannya di akademi La Masia, Xavi Hernandez, sukses menjalani debut bersama tim utama El Barca, Puyol pun termotivasi untuk mencapai hal serupa. Keteguhan hati pemain kelahiran 13 April 1978 ini pun berbuah manis, karena sejak debutnya di bulan Oktober 1999 melawan Real Valladolid, Puyol menjadi pilar tim utama dan sukses memainkan 593 laga hingga pensiun di tahun 2014.

Ketika memutuskan pensiun, Puyol sukses memberikan setidaknya 22 gelar bergengsi untuk ​Barcelona, termasuk tiga ​Champions League dan enam gelar ​La Liga. Namun kesetiaannya kepada Barcelona sepanjang kariernya, yang memermanenkan statusnya sebagai legenda Camp Nou.

5 dari 6 halaman

Philipp Lahm

Jika ditanya siapa bek sayap terbaik bagi Jerman dan ​Bayern Munchen di era modern, hanya ada satu nama yang akan muncul ke permukaan, yakni Philipp Lahm. Sosok mungil kelahiran Munchen, 11 November 1983 ini bergabung dengan tim yunior Bayern pada 1995, sebelum secara konsisten merangkak naik ke tim utama pada 2002.

Dia memang sempat dipinjamkan ke VFB Stuttgart antara tahun 2003 hingga 2005, namun sepulangnya ke ​Bayern, dirinya tidak lagi tergantikan. Dia mencatatkan total 517 laga bersama Die Roten, dengan meraih delapan gelar Bundesliga, satu gelar Champions League, dan enam gelar DFB Pokal.

Kontribusi terbesar Lahm bagi Bayern adalah ketika memimpin raksasa Bavaria tersebut memenangi treble historis pertama klub pada musim 2012-2013, kala memenangi ​Bundesliga, DFB-Pokal, dan ​Champions League. Pencapaian itu pun terasa manis bagi fans, mengingat satu musim sebelumnya, Lahm juga menjadi kapten kala Bayern dipecundangi Chelsea di final Champions League 2012.

6 dari 6 halaman

Paul Scholes

Lahir di Salford, hanya beberapa kilometer dari pusat kota Manchester, Scholes muda sejatinya merupakan fans dari Oldham Athletic. Namun, takdirnya untuk menjadi salah satu legenda terbesar sepak bola Inggris kala dirinya bergabung dengan akademi ​Manchester United pada 1992, bersama dengan Gary dan Phil Neville, David Beckham, serta Ryan Giggs, mereka semua di kemudian hari akan dikenal sebagai Class of '92.

Scholes menjalani debutnya di tim utama pada musim 1994/95, gaya bermainnya yang lugas disertai kemampuan teknis di atas rata-rata, membuatnya menjadi andalan Sir Alex Ferguson sepanjang kariernya di Old Trafford.

Selama kurun waktu 1994 hingga 2013, Scholes tercatat tampil di 707 laga, dengan mencatatkan 149 gol dan 51 assist. Dia juga memberikan sejumlah gelar bergengsi, di antaranya 11 gelar ​Premier League dan dua gelar ​Champions League.

Namun, kecintaannya kepada Manchester United dibuktikan secara jelas kala dirinya memutuskan untuk kembali dari pensiun hanya enam bulan setelah memutuskan gantung sepatu pada Juli 2011. Dia kembali ke lapangan pada Januari 2012 seiring dengan masalah cedera yang dialami Setan Merah. Hebatnya, Scholes justru terus bermain hingga Juli 2013, sekaligus membantu Man United mengangkat trofi ​Premier League di akhir musim tersebut.

 

Sumber: Bola.com