Phnom Penh - Piala AFF U-22 2019 telah digelar sejak akhir pekan lalu. Namun pekerjaan rumah masih dimiliki oleh panpel terkait kesiapan The National Olympic Stadium sebagai venue utama turnamen ini.
Stadion berkapasitas 50 ribu tempat duduk itu menggunakan rumput sintetis. Namun, rumput yang ada jauh dari kata layak karena karetnya telah keluar dan membuat alur bola jadi terhambat.
Advertisement
Baca Juga
Kontur rumput sintesis tak lagi tampak karena lapangan sudah dipenuhi dengan karet. Hal ini setidaknya menjadi bukti kualitas lapangan futsal umum yang berada di Indonesia, jauh lebih baik ketimbang di Olympic Stadium.
Pada laga Myanmar U-22 Vs Timnas Indonesia U-22, misalnya. Pemain terlihat kerap kesulitan mengendalikan bola dan duel udara, dan tak jarang memakan korban.
Di Timnas Indonesia U-22, Witan Sulaeman yang menjadi tumbal dari buruknya kondisi lapangan tersebut. Pemain asal Palu itu mendarat dengan pijakan yang salah karena dipengaruhi kondisi lapangan.Â
"Untuk lapangan, Myanmar U-22 juga memakai lapangan yang sama. Jadi bukan itu alasannya (hasil imbang ini). Akan tetapi, mungkin adaptasi terhadap lapangan dan bukan kami saja yang mengeluh dan banyak tim juga," kata pelatih Indra Sjafri, setelah Timnas Indonesia U-22 bermain imbang 1-1 melawan Myanmar U-22, Senin (18/2/2019).
Banyak tim peserta sudah mengeluhkan kondisi rumput sintesis di lapangan kebanggaan masyarakat Phnom Penh, Kamboja, itu. Keluhan tersebut sudah terdengar ketika mendapatkan latihan resmi sebelum laga Piala AFF U-22 2019Â dimulai.
Namun, dengan semua tim bermain pada venue yang sama, kondisi lapangan tersebut tak bisa dijadikan alasan. Kini, setiap tim harus bisa beradaptasi cepat dengan lapangan tersebut karena masing-masing tim masih menyisakan dua laga sisa di babak penyisihan Grup Piala AFF U-22 2019.