Sukses

Akhir Kejayaan Real Madrid di Liga Champions

Langkah Real Madrid terhenti di babak 16 besar Liga Champions.

Liputan6.com, Jakarta - Akhir kejayaan Real Madrid itu datang di Liga Champions musim 2018-2019. Madrid yang begitu perkasa dan penuh gelar selama tiga musim beruntun tidak mengakhirinya di ujung-ujung turnamen.

Real Madrid mengakhiri Liga Champions di babak 16 besar. Perjuangan Madrid kali ini seperti mengulang masa-masa saat masih belum diperkuat Cristiano Ronaldo. Sebelum musim 2009-2010, Madrid memang seperti menjalani kutukan selalu terhenti di babak 16 besar.

Namun setelah Ronaldo hadir, Real Madrid selalu minimal tembus ke semifinal dan juara empat kali termasuk tiga kali beruntun sejak 2015-2016. Real Madrid tersingkir secara memalukan setelah kalah 1-4 dari Ajax Amsterdam pada leg kedua babak 16 besar Liga Champions, Rabu (6/3/2019).

Pada leg pertama, Madrid menang 2-1 atas Ajax. Kemenangan ini diwarnai oleh insiden dianulirnya gol Ajax dan juga aksi Sergio Ramos yang sengaja mengejar kartu kuning. Blunder bagi Ramos. Niat hati ingin tampil di perempat final, tapi dia malah tidak tampil di dua laga karena UEFA menilainya bersalah.

Kali ini, Ramos juga akan menyesali sikapnya yang mengejar kartu kuning di laga melawan Ajax pada leg pertama. Real Madrid seperti diakui pelatih Santiago Solari kehilangan sosok kapten.

"Tanpa menyalahkan pemain lain, tentu saja kami kehilangan kapten kami. Musim ini sulit, tapi kami di sini berusaha untuk menunjukkan hati dan karakter kami di situasi sulit," ujar Solari seperti dikutip Marca.

"Di momen mudah semua orang akan jadi tenang, Anda bisa berselancar di momen mudah, tapi momen sulit menuntut Anda untuk tunjukkan keberanian."

Para pemain Ajax Amsterdam melakukan selebrasi usai mengalahkan Real Madrid pada leg kedua babak 16 besar Liga Champions di Stadion Santiago Bernabeu, Madrid, Spanyol, Selasa (5/3). lolos ke perempat final Liga Champions. (GABRIEL BOUYS/AFP)

Apapun alasan Solari, kekalahan telak dari Ajax sungguh keterlaluan. Ini merupakan kekalahan ketiga beruntun di kandang sendiri, Stadion Bernabeu. Sebelumnya, Real Madrid kalah dua kali beruntun dari Barcelona di copa del Rey dan lanjutan La Liga.

"Apa yang harus kami lakukan sekarang tetap tenang sebisa mungkin pada situasi sulit dan melawan semuanya dengan karakter terbaik," ujarnya.

"Real Madrid lebih besar dari siapapun. Madrid selalu bisa bangkit dan menjadi lebih kuat." 

 

2 dari 3 halaman

  Tanpa Gelar

Kegagalan di Liga Champions membuat Real Madrid hampir pasti tanpa gelar musim ini. Prestasi ini terburuk dalam lima tahun terakhir.

Seperti diketahui, Real Madrid setidaknya minimal bisa menang satu gelar. Kini semua itu sirna karena tidak konsistennya permainan Real Madrid. Apakah hengkangnya Cristiano Ronaldo dan Zinedine Zidane menjadi satu-satunya penyebab Los Blancos kehilangan gelar?

Sejak ditinggal Ronaldo, Real Madrid memang belum bisa membangun skuat terbaik kembali. Satu-satunya pembelian yang cukup meyakinkan yaitu pembelian kiper Chelsea, Thibaut Courtois.

Selebihnya, Real Madrid hanya membeli pemain medioker seperti Alvaro Odriozola, membawa kembali Mariano Diaz, Brahim Diaz dan Vinicius Junior. Semua pemain ini kurang cukup untuk membangun Madrid.

Pemain-pemain senior seperti Karim Benzema, Gareth Bale, Toni Kroos, Luka Modric, Casemiro dan Dani Carvajal seperti sudah kehabisan gas dan ide. Mereka seperti kesulitan untuk mengangkat penampilan Madrid.

Real Madrid tersingkir dari Liga Champions setelah kalah agregat 3-5 dari Ajax Amsterdam pada 16 besar Liga Champions. Dalam laga leg kedua di Santiago Bernabeu, Selasa (5/3/2019), Madrid menyerah 1-4 dari Ajax. (AFP/Javier Soriano)

Skuat yang ada sekarang setidaknya belum cukup untuk mengangkat Real Madrid di Liga Champions. Dulu, Madrid memang punya kartu as di diri Ronaldo yang selalu bersinar di Eropa. Kini, semua itu sirna. Madrid belum mendapatkan pemain pengganti yang sepadan.

Sejak keberhasilan Zidane, presiden Florentino Perez seakan sangat percaya dengan skuat muda Madrid. Dia tetap tak mengubah kebijakan memboyong pemain muda terutama asal Spanyol.

Manajemen Madrid masih berupaya sabar dengan kehancuran yang sedang dialami Madrid. Setidaknya, ini tercermin dari ucapan Direktur Umum Madrid, Emilio Butragueno.

"Kami paham apa yang pemain-pemain ini sudah berikan kepada kami, tapi tak mungkin untuk selalu menang," ujar eks striker Real Madrid ini.

"Malam ini sangat menyedihkan buat setiap orang, tapi Anda harus tetap tenang. Inilah olahraga. Ini pukulan telak tapi kami akan terus melaju."

3 dari 3 halaman

Nasib Solari

Setelah kegagalan demi kegagalan ini, bagaimana nasib Santiago Solari di Real Madrid? Seperti diprediksi sejak awal, Solari memang hanya akan sementara di Madrid.

Meski Florentino Perez, presiden Madrid sempat berharap tuah Zidane juga menular kepada Solari. Namun itu tak terjadi. Pelatih asal Argentina berusia 42 tahun ini tak punya tangan dingin seperti Zidane.

Sama seperti kariernya di Madrid, Solari hanya biasa-biasa saja dan spesialis pengganti. Ini pun sepertinya terjadi kepada Solari sebagai pelatih. Dia hanya akan menjadi pelatih sementara setelah Julen Lopetegui dipecat tahun lalu.

Meski begitu, Solari ogah mundur. Dia mengatakan akan berusaha membantu Real Madrid sebisa mungkin."Saya tidak datang ke sini untuk menyerah,"katanya.

Bagi Solari, Real Madrid masih punya peluang kejar Liga Spanyol. Dia tak sependapat dengan Dani Carvajal, bek kanan Real Madrid yang menyebut timnya menjalani musim yang kacau.

"Carvajal memiliki banyak karakter, ia bicara di momen panas di pinggir lapangan. Musim masih berlanjut, kami masih punya La Liga,"katanya.

Menarik untuk dinanti apakah benar Solari bisa mengangkat moral pemain Real Madrid di masa krisis sekarang.Â