Sukses

Terjebak di Masa Suram, 3 Pemain Bola Ini Pilih Bunuh Diri

Depresi menjadi salah satu penyebab para pemain bola memilih bunuh diri.

Liputan6.com, Jakarta - Banyak yang menilai menjadi pemain bola bisa menjamin kehidupan sukses. Para pemain di zaman modern terlihat bergelimang harta dan kehidupan mewah.

Lihat saja Alexis Sanchez. Pemain bola asal Chile itu merupakan pemain yang menerima gaji tertinggi di Manchester United (MU). Dia dilaporkan mendapat uang sebesar 390 ribu pound sterling atau Rp 7,1 miliar per pekan.

Tak hanya Sanchez, salah satu pemain terbaik dunia, Lionel Messi menerima upah kerja 500 ribu pounds atau setara Rp 9,1 miliar dari Barcelona per pekan. Upah itu bisa dikatakan sepadan karena dia sudah mempersembahkan 30 trofi untuk Barcelona.

Namun, di balik gemerlapnya dunia sepak bola modern, terselip sebuah cerita pemain bola yang memutuskan mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri karena terjebak situasi yang suram.

Seperti halnya, Hughie Gallacher. Pemain Skotlandia itu memilih bunuh diri karena frustrasi karena ulahnya sendiri, yang gemar minum minuman keras.

Ketika mabuk, Gallacher melempar lampu yang membuat anaknya terluka. Akibatnya polisi melarang Gallacher bertemu anaknya. Pada 11 Juni 1957, ia melakukan aksi bunuh diri dengan menabrakkan badannya ke arah kereta yang sedang melintas.

Selain Gallacher ada tiga pemain bola lainnya yang memilih bunuh diri setelah terjebak masa suram. Siapa saja? Simak di halaman selanjutnya.

2 dari 4 halaman

Syd King (1877-1933)

Ernest King atau yang akrab disapa Syd King merupakan legenda West Ham United. Bahkan, saat menjadi pelatih, dia sukses membawa West Ham United ke partai final Piala FA pertama dalam sejarah klub pada 1922.

Namun, 11 tahun setelahnya, dia terjebak dalam masa suram. Hal ini dialaminya saat masih menjadi pelatih West Ham United. Dia menjadi kecanduan alkohol hingga terlibat kasus korupsi dana klub.

Pada 1933, dia gagal mempertahankan tempat West Ham United di kasta tertinggi Liga Inggris. Sebulan setelah West Ham degradasi, Syd King dipecat. Tak lama setelah itu karena malu, dia memilih bunuh diri dengan meminum alkohol dicampur dengan cairan korosif.

 

 

3 dari 4 halaman

Gary Speed (1969-2011)

Saat masih aktif sebagai pemain, Gary Speed merupakan pemain yang tenar di Liga Inggris. Namun, pada 2011, dia memilih bunuh diri saat masih menjadi manajer Timnas Wales.

Dia ditemukan gantung diri pada 27 November 2011, beberapa jam setelah tampil di televisi BBC dalam program Football Focus.

Setahun setelah kematiannya, Speed memutuskan bunuh diri karena terlibat masalah keluarga. Dari beberapa bukti dan kesaksian, hubungan Speed dan istrinya, Louise memang tampak meretak. Dugaan itu muncul setelah mendengar pernyataan dari sang istri saat bersaksi di depan pengadilan Warrington Coroners yang tengah menyelidik penyebab kematian Speed.

"Dia sempat berbicara mengenai keinginan mengakhiri hidupnya, lalu berikutnya berbicara mengenai keinginan menatap ke depan dan antusias dengan kehidupan bersama anak-anak. Itu menjelaskan konteks mengenai pasang-surutnya hubungan rumah tangga kami," kata Louise.

 

 

4 dari 4 halaman

Robert Enke (1977-2009)

Robert Enke merupakan salah satu kiper terbaik yang pernah dimiliki Jerman. Sayangnya, dia memilih untuk mengakhiri hidupnya dengan tragis pada 10 November 2009.

Ketika itu, usianya masih 32 tahun. Pria yang pernah memperkuat Barcelona itu memilih menabrakkan dirinya ke arah kereta yang sedang melintas. Depresi berkepanjangan menjadi penyebab Robert Enke memilih mengakhiri hidupnya.

Ditengarai penyebab Enke melakukan aksi tersebut karena depresi ditinggalkan sang anak yang meninggal dunia karena sakit pada 2006. Padahal jika Enke tak melakukan aksi bunuh diri, dia digadang-gadang akan mengawal gawang Jerman di Piala Dunia 2010.

 

Saksikan video pilihan berikut ini: