Sukses

Presiden Napoli: Ronaldo Tidak Bisa Bantu Juventus Juara Liga Champions

Mencetak dua gol saat menghadapi Ajax Amsterdam di perempat final Liga Champions, Cristiano Ronaldo tidak bisa membantu Juventus lolos ke semifinal.

Liputan6.com, Turin - Cristiano Ronaldo selalu mencetak gol saat Juventus menghadapi Ajax Amsterdam di perempat final Liga Champions. Tapi, dua golnya tersebut tidak mampu membantu Si Nyonya Tua (sebutan Juventus) meraih tiket semifinal.

Pada leg pertama di kandang Ajax, Rabu (11/4/2019) pekan lalu, Juventus ditahan imbang 1-1. Sementara leg kedua di Allinaz Stadium, Turin, Rabu (17/4/2019), Juventus dipermalukan 1-2.

Hasil tersebut membuat Juventus gagal lolos ke semifinal karena kalah agregat 2-3 dari Ajax. Kegagalan ini menambah panjang daftar penantian Juventus meraih trofi Liga Champions ketiga.

Juventus terakhir kali memenangkan trofi Liga Champions pada 1996. Sebelumnya, Juventus juara Liga Champions pada 1985.

Setelah 1996 silam, Juventus tercatat lima kali melaju ke final Liga Champions. Namun, semuanya berakhir sebagai runner up.

 

2 dari 3 halaman

Ronaldo Tidak Mampu

Juventus menghabiskan 117 juta euro untuk mendatangkan Cristiano Ronaldo dari Real Madrid di musim panas 2018. Bintang asal Portugal itu diharapkan bisa membantu Juventus mengakhiri penantian memenangkan trofi Liga Champions.

Namun, Presiden Napoli Aurelio De Laurentiis menilai Ronaldo tidak bisa membantu Juventus memenangkan trofi bergengsi itu."Cristiano Ronaldo tidak membantu Juventus memenangkan Liga Champions. Adalah tim yang membawa Anda ke kemenangan, kata De Laurentiis seperti dikutip dari Football Italia.

 

3 dari 3 halaman

Gol Tandang

De Laurentiis berharap ada perubahan peraturan terkait gol tandang di Liga Champions. "Saya berharap bahwa musim depan peraturan berubah pada gol tandang yang bernilai dua kali lipat," sarannya.

Dia merujuk pada laga Manchester City melawan Tottenham Hotspur. Meski takluk 3-4, Spurs lebih berhak lolos ke semifinal karena unggul gol tandang dengan agregat 4-4.

"Tadi malam, menonton Manchester City-Tottenham, itu seperti dunia yang sama sekali baru. Saya berkata pada diri sendiri: ini sepak bola. Italia prasejarah dalam pendekatan mereka," ujanya.

"Sepertinya di Italia kami tidak ingin bersenang-senang dan bersembunyi di balik taktik. Itu bahaya nyata saat menghadapi klub Inggris," pungkasnya.