Liputan6.com, Jakarta - Para pemain Onic Esports menyambangi kantor redaksi Liputan6.com di Gondangdia, Jakarta, Kamis (9/5/2019). Dalam kesempatan itu, mereka di antaranya bercerita tentang rencana masing-masing di dunia esports Indonesia.
Onic Esports sejatinya baru berdiri sekitar setahun silam. Tim ini beranggotakan Andrian Wong (Drian), Muhammad Julian (Udil), Maxhill Leonardo (Antimage), Teguh Imam Firdaus (Psycho), serta warga negara Malaysia, Lu Khai Bean (Sasa).
Advertisement
Baca Juga
Udil misalnya. Dia mengaku akan terus menekuni Esports hingga umur 25 tahun. "Saya pernah baca bahwa umur manusia produktif hingga 25 tahun, maka itu yang akan saya lakukan," kata Udil yang baru berusia 17 tahun.
Senada dengan Udil, Sasa yang bekerja sebagai pegawai restoran ini juga berencana terus menekuni esports sampai usia 25 tahun. Pun begitu dengan Teguh dan Drian yang masih ingin menekuni dunia esports.
"Sudah komitmen menjadi atlet," kata Teguh. "Selama masih jago dan menghasilkan," ujar Drian menambahkan.
Berbeda dengan rekan-rekannya, Maxhill punya rencana sendiri. Ia mengaku masih ingin bermain esports paling tidak hingga satu tahun ke depan. "Saya total sampai tahun depan. Tahun depan sudah kuliah, jadi esports buat sambilan saja. Kalau memang tidak bisa, mesti pilih salah satu," kata Maxhill.
Meski tergolong 'anak baru', Onic Esports sudah menorehkan sejumlah prestasi. Beberapa di antaranya adalah menjadi juara Piala Presiden Esports 2019 dan Mobile Legend Professional League (MPL) Musim Ketiga.
Tak Mudah
Prestasi itu tak diraih dengan mudah. Sebelum tergabung bersama, masing-masing pemain Onic esports telah menghabiskan banyak waktu bermain Mobile Legends. "Saya pernah bermain tiga hari non-stop," kata Teguh.
Pengalaman Udil pun tak kalah unik. Ia mengaku pernah bermain Mobile Legends non-stop selama sehari penuh.
Advertisement
Ubah Pandangan Orangtua
Kerja keras para pemain Onic Esports itu pun berbuah manis. Udil mengatakan, kemenangan yang diraih Onic turut mengubah persepsi orang tuanya.
Semula, Udil mengaku tidak diizinkan menjadi atlet esports. Orang tuanya memintanya untuk tetap berada di jalur yang telah disediakan.
"Waktu awalnya mereka gak terima. Tapi pas menang, mereka bilang, bagus-bagus," ujarnya.