Liputan6.com, Jakarta - Peru sukses menjungkirbalikkan ribuan prediksi. Di semifinal Copa America 2019, Kamis (4/7) pagi WIB, dengan perkasa mereka menghantam Chile 3-0 di Stadion Gremio Arena, Porto Alegre, Brasil.
Edison Flores dan Victor Yotun membuat dua gol untuk Peru di babak pertama. Sementara di ujung pertandingan, Paolo Guerrero jadi pembungkus kemenangan bersejarah tim berjulukan La Blanquirroja alias The White and Red itu.
Padahal, awalnya, begitu banyak pengamat bersuara seragam menjagokan Chile. Ini tentu tak lepas dari materi pemain milik tim asuhan Reinaldo Rueda, yang jauh lebih baik lantaran rata-rata merumput di liga-liga Eropa.
Advertisement
Selain itu, langkah Peru sebelum ke semifinal juga jauh dari sempurna. Di fase grup Copa America 2019, Peru hanya menang sekali, kebobolan enam gol dan memasukkan tiga gol.
Baca Juga
Mereka lolos ke perempat final pun dengan status peringkat ketiga terbaik. Di babak perempat final, Peru menang atas Uruguay juga melaui adu tendangan penalti. Dalam waktu 2 x 45 menit, plus babak extra time, kedua tim bermain imbang 0-0.
Tapi, ya itu tadi. Di Gremio Arena di laga semifinal Copa America 2019, Peru tiba-tiba menjadi tim yang menakutkan. Mereka seperti berubah menjadi raksasa yang begitu mudah menghujani gawang kiper Chile, Gabriel Arias dengan gol demi gol.
Soal performa buruk sebelum semifinal itu, diakui sang pelatih Ricardo Gareca. Namun, kata Gareca, fakta itu justru membuat mereka banyak belajar, terutama saat dilumat 0-5 oleh tuan rumah Brasil, yang juga akan jadi lawan Peru di final.
"Kami pantas berada di final!" ujar Gareca, soal keberadaan pasukannya di partai puncak Copa America 2019. "Kami telah melalui momen-momen buruk sebelumnya, kini kami telah mampu melewatinya. Kekalahan telak dari Brasil membuat kami instrospeksi diri. Begitu banyak kritik dan hujatan kami terima."
Butuh 44 Tahun
Peru memang layak untuk terus antusias, optimistis, meski lawan mereka di final nanti adalah tuan rumah, yang sudah terbukti mampu meremukkan mereka.
Pasalnya, ini pertama kalinya sejak 1975, Peru kembali bisa merasakan atmosfer laga puncak ajang sepak bola paling akbar seantero Amerika Latin ini. Artinya, Peru butuh 44 tahun kembali ke orbit paling elite sepak bola Amerika Latin.
Dulu, sekitar 40 tahun lalu, Peru memang sempat punya nama besar di Amerika Latin. Setidaknya, dua kali mereka jadi juara di ajang yang dulunya bernama South American Championship, pada 1939 dan 1975.
Tapi, setelah itu, sepak bola Peru memang mengalami kemunduran drastis. Mereka baru kembali bangkit di pertengahan era 2000-an. Itu pun mereka tak sampai jadi juara Copa America.
Paling bagus, prestasi mereka adalah melangkah ke semifinal, termasuk di dua edisi berturut-turut di tahun 2011 dan 2015.
Maka itu, pencapaian Peru di Brasil ini bisa dibilang merupakan sejarah baru di negara pemilik bangunan bersejarah Machu Picchu ini.
Advertisement
Mengancam Tuan Rumah
Kini, Peru dengan segala kejutannya mengancam tuan rumah Brasil di laga final yang akan digelar di Stadion Maracana, Minggu (7/7/2019) atau Senin dini hari WIB mendatang.
Boleh jadi, di laga nanti, Peru memang hanya akan disematkan predikat underdog atau kuda hitam, namun tetap saja Brasil tetap harus waspada.
Yang jelas, para pemain Brasil tidak bisa berharap mereka akan kembali dengan mudah menceploskan lima gol ke gawang Pedro David Gaselle seperti di fase grup. "Kini, konsentrasi kami hanya untuk partai final. Kami harus bekerja keras dan hanya memikirkan Brasil. Ini jelas final yang tidak akan mudah," ujar Gareca.
Duel di Maracana sendiri merupakan pertama kalinya Brasil dan Peru bertemu di puncak ajang Copa America. Namun, total, kedua sudah 44 kali saling berhadapan di berbagai ajang.
Brasil jauh lebih unggul dengan mencetak 31 kemenangan. Sementara Peru hanya empat kali mampu mengalahkan Brasil. Sisanya, laga berakhir imbang. Begitu juga saat duel mereka dikerucutkan hanya di ajang Copa America. Brasil masih jauh lebih superior dengan 12 kemenangan dari 18 pertemuan.
Ambisi Brasil
Brasil sendiri memang sangat berambisi menjadi juara ajang Copa America kali ini. Bukan hanya lantaran mereka berlaku sebagai tuan rumah. Melainkan juga lantaran Tim Samba sudah lama sekali tak mengecap nikmatnya mencium trofi.
Terakhir, Brasil memenangkan gelar bergengsi pada tahun 2013, di ajang Piala Konfederasi, yang digelar di tanah mereka.
Di Copa America sendiri, meski delapan kali bergelar juara, Brasil terakhir jadi kampiun pada 2007, sudah lama sekali.
Tak heran, pertandingan final ini bisa dibilang akan menjadi laga "do or die" bagi Tim Samba. Simak saja pernyataan pelatih Brasil, Tite. "Kami bermain di tanah sendiri. Brasil di sini untuk jadi juara Copa America. Kami harus mempertontonkan sepak bola yang hebat," ujarnya.
Jadi, siapa yang bakal jadi pemilik trofi Copa America 2019? Sang tuan rumah Brasil atau Peru, si kuda hitam?
Advertisement