Sukses

Kisah Para Atlet One Championship yang Gemar Tato

Beberapa atlet MMA Indonesia yang main di One Championship ada yang memiliki tato di tubuhnya.

Liputan6.com, Jakarta Tanggal 17 Juli diperingati sebagai Hari Tato. Beberapa atlet seni beladiri campuran, atau mixed martial arts  (MMA), Indonesia yang tergabung di dalam ONE Championship juga banyak yang memiliki tato. Mereka pun berbagi pengalaman dan pandangan tentang seni rajah tubuh ini.

Perlu diketahui bahwa salah satu kebudayaan tradisional beberapa suku di Indonesia juga lebih dahulu melibatkan warisan kuno dari seni rajah tubuh, seperti di pulau Mentawai dan Kalimantan. 

Rudy “The Golden Boy” Agustian mengaku mulai menggemari tato sejak usia cukup muda.

“Saya mulai memiliki tato sewaktu kuliah dan saat sudah mulai bekerja sambilan,” ujar atlet divisi flyweight ONE Championship ini.

Rudy bercerita tentang tato yang memiliki kisah khusus baginya.

“Tato pertama saya dibuat oleh seorang seniman tato terkenal, Hendric Shinigami; saat ia masih sangat baru di dunia tato dan belum terkenal,” sebutnya atlet yang bernaung di Golden Boy Muay Thai Camp ini.

 “Sekarang, kalau mau buat tato sama dia harus mengantri dan atur waktu dulu.”

“Lalu ada juga tato saya yang unik karena merupakan aliran Sak Yant dalam agama Buddha, yaitu dirajahkan dengan cara tradisional seperti ditatah jarum. Sangat unik!”

Lalu bagaimana dengan stigma atau pandangan masyarakat bahwa tato mempunyai citra atau image yang negatif?

“Hal itu tidak akan pernah hilang, karena memang ada orang yang mau memiliki tato; artinya siap ‘mencoret-coret’ tubuhnya. Nah, ada juga orang-orang yang tidak akan mau kan,” ujarnya lagi.

“Tapi ya memang saya juga mau bikin tato itu karena rasanya keren dan terlihat beda, juga menampilkan ekspresi diri selain terlihat lebih sangar pastinya.”

Ketika ditanya apakah ia akan menambah koleksi tato di tubuhnya, ia menjawab dengan yakin.

“Of course. Di dada saya dan full sleeve di lengan, tato nama atau wajah anak saya.  Tapi karena jadwal fight sedang lumayan padat, saya masih tunggu waktu yang tepat saja,” pungkasnya.

 

 

2 dari 3 halaman

Egi Rozten

Kesukaan Rudy terhadap tato mirip dengan Egi Rozten, atlet divisi strawweight yang juga mulai menekuni seni rajah tubuh sejak usia muda.

“Saya mulai bikin tato setelah lulus SMU, karena mungkin awalnya terpicu karena merasa sudah lulus sekolah,” ujar Egi.

Atlet yang bergabung dengan IndoGym ini tidak memiliki kisah khusus di balik berbagai tato yang dimilikinya.

“Bagi saya, sebenarnya tato hanya buat mewakili seni saja,” ujarnya lagi, seraya menimpali stigma masyarakat terkait dengan seni rajah tubuh ini.

“Saya rasa di Indonesia itu orang yang memiliki tato masih dipandang dengan image negatif. Tetapi tidak semua orang berpandangan begitu, tergantung pribadi masing-masing dalam menerima.”

Pria asal Karawang ini pun masih punya target untuk rajah baru di tubuhnya.

“Mungkin saya akan menunggu waktu atau moment untuk mencari konsep atau gambar yang memiliki makna tersendiri bagi pribadi saya,” pungkasnya.

3 dari 3 halaman

Stefer Rahadian

Sementara itu, Stefer “The Lion” Rahardian punya tanggapan sendiri soal citra negatif tato.

“Menurut saya, tato adalah seni. Jika tato dipandang negatif, bagi saya sangat tidak adil; karena hal-hal yang tidak baik itu bukan datang dari orang yang ber-tato saja,” katanya.

“Orang yang menyukai tato berarti mereka mencintai seni.”

Lalu apakah Stefer pernah memiliki niat atau rencana untuk memiliki tato?

“Bagi saya pribadi, tidak ada niat untuk membuat tato. Saya hanya menghargai dan salut melihat para seniman tato sebagai orang yang berbakat dalam seni tersebut,” ujar atlet divisi strawweight yang berlatih di Bali MMA ini.

“Saya sangat kagum dengan para seniman tato dalam mengeluarkan kemampuan kreatif mereka yang luar biasa untuk mengambar dalam bentuk rajah tubuh.”