Jakarta - Laga tandang ke Indonesia berujung pahit bagi Ultras Malaya. Loyalis Timnas Malaysia ini diserang oleh sejumlah suporter Timnas Indonesia di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Kamis (5/9/2019).
Ultras Malaya datang ke SUGBK dengan kekuatan ratusan orang. Kisarannya mencapai 400-500 massa. Mereka sudah diusik saat tiba di SUGBK. Dari sejumlah video yang beredar di media sosial dan laporan dari dua orang yang berasal dari Kedutaan Besar (Kedubes) Malaysia di Indonesia, Ultras Malaya dilempari batu.
Pelemparan batu itu baru menjadi permulaan dari serangkaian serangan suporter Timnas Indonesia kepada mereka.
Advertisement
Sejak awal laga, Ultras Malaya telah mendapatkan perlakuan tak menyenangkan. Kata-kata makian sampai sumpah serapah terdengar dari segelintir orang yang tepat berada di atas tribune mereka menetap.
Puncaknya terjadi pada pertengahan babak kedua. Beberapa suporter Timnas Indonesia yang berada di tribune selatan mencoba merangsek melalui lintasan atletik ke arah Ultras Malaya. Satu di antara mereka berhasil menghampiri Ultras Malaya, tapi segera dicegah oleh petugas keamanan.
ÂÂÂView this post on Instagram
Provokasi tersebut merembet ke mana-mana. Suporter di tribune selatan lainnya pun sempat ikut memanjat pagar hingga memasuki lintasan atletik. Di tribune utara, terlihat beberapa suporter bahkan sampai mendekati belakang gawang Malaysia.
Ulah dari suporter di tribune atas, tepat di atas lokasi Ultras Malaya, makin menjadi-jadi. Mereka melemparkan botol minuman kemasan, benda tajam hingga bom asap dengan mudahnnya ke sekelompok pendukung yang berada di bawahnya.
Kejadian berlangsung cukup lama. Bahkan, sampai membuat pertandingan dihentikan. Saat laga kembali dimulai, Timnas Indonesia malah kebobolan. Skor berakhir 2-3 untuk kemenangan Malaysia.
Sesaat setelah wasit Ko Hyun-jin meniup peluit panjang, ratusan Ultras Malaya diungsikan dari tribune barat. Mereka dilarikan ke lorong pemain yang steril dari suporter Timnas Indonesia.
Terkurung di SUGBK
Tempat yang aman itu berubah menjadi mencekam ketika ratusan suporter Timnas Indonesia menunggu Ultras Malaya di depan pintu utama VIP dan VVIP. Sembari bernyanyi, mereka menggedor-gedor kaca yang mendominasi area tersebut.
Petugas keamanan yang berjaga langsung mendorong mundur massa suporter Timnas Indonesia. Sempat terjadi bentrokan, sebelum, kepolisian menembakkan water cannon ke arah mereka.
Bola.com berkesempatan melihat lokasi pengungsian Ultras Malaya. Mereka nampak berkerumun di ruangan konferensi pers dan lorong pemain.
Hingga pukul 23.30 WIB, Ultras Malaya masih terkurung di SUGBK. Untungnya, mereka ditemani oleh Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Malaysia, Syed Saddiq Syed Abdul Rahman dan Presiden Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM), Datuk Hamidin Mohd Amin.
"Kami tak dendam. Ini biasa dalam sepak bola. Kami telah terbiasa dalam situasi ini. Kami juga tak ingin provokasi. Makanya, kami tak update perjalanan kami ke sini," kata seorang Ultras Malaya yang berasal dari pendukung Kuala Lumpur FA.
Advertisement
Larangan Balas Dendam
Mereka ramah. Mereka tidak terprovokasi. Mereka memang terkurung, tapi, tak ada sedikit pun terbesit untuk memendam dendam.
"Saat kejadian kami masuk ke SUGBK pun, harusnya tak dibesar-besarkan. Biarlah ini jadi pengalaman kami," ujarnya lagi, sembari berbicara santai.
"Tak ada dendam juga. Kami ini serumpun. Provokasi terjadi di media sosial. Kami tak ingin membalasnya di Malaysia," tutur seorang Ultras Malaya yang lain sekaligus pendukung Felda United.
"Saya sering menonton klub-klub di Indonesia. Saya menonton Persija Jakarta, Persebaya Surabaya, Persib Bandung, pendukungnya top. Bagus. Saya senang mereka luar biasa," imbuhnya.
Sepemahaman dengan Ultras Malaya, Presiden FAM, Datuk Hamidin Mohd Amin mengimbau para pendukung Malaysia tak membalas perlakuan suporter Timnas Indonesia pada leg kedua nanti yang akan berlangsung 19 November 2019.
"Harapan saya, kedua pendukung tak perlu balas dendam. Hanya menonton pertandingan sepak bola. Kami FAM tak mau kejadian ini terjadi di Malaysia," ujar Hamidin Amin.
Sumber: Bola.com
(Penulis: Muhammad Adiyaksa, published 6/9/2019)