Liputan6.com, Jakarta - Polemik audisi beasiswa bulutangkis sedang ramai. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menghentikan audisi yang dilakukan PB Djarum karena dianggap ada unsur eksploitasi anak oleh industri rokok.
Salah satu indikasi yang disoroti KPAI adalah kaus bertuliskan "Djarum Badminton Club" yang dikenakan para peserta audisi. KPAI meminta nama audisi tersebut harus diubah dan tak lagi mengandung unsur Djarum.
Baca Juga
Tentunya penghentian itu membuat Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PBSI, Susy Susanti kecewa. Sebabnya, PB Djarum merupakan pihak swasta yang membantu Indonesia menelurkan banyak atlet bulutangkis kelas dunia.
Advertisement
"Olahraga itu harus dimulai dari usia dini. Nah, kalau badminton itu harus dilatih bisa menerima kemenangan dan kekalahan, dibentuk menjadi orang suportif dan terus bekerja keras. Lalu, apa itu positif atau negatif?" kata Susy Susanti yang juga legenda bulutangkis Indonesia kepada Liputan6.com, Senin (9/9/2019).
Susy Susanti juga bisa besar dan menjadi juara dunia berkat audisi PB Djarum. Selain wanita berusia 48 tahun tersebut ada juga Liliyana Natsir, Tontowi Ahmad, Kevin Sanjaya, dan Mohammad Ahsan, yang merupakan juara dunia hasil tempaan PB Djarum.
"Kemudian juga mengibarkan bendera Merah Putih, kalau dibilang eksploitasi, seperti Ahsan, Owi (Sapaan Tontowi), Kevin Sanjaya berarti hasil eksploitasi?" ujarnya.
Lebih lanjut, Susy Susanti mengatakan, pembentukan mental atlet untuk menjadi seorang juara dunia harus dibentuk sejak dini. "Olahraga itu harus dimulai dari usia dini. Ini beda dengan idol yang disuruh nangis bisa jadi juara."
Â
PBSI Sulit Temukan Bakat
Dengan dihentikannya PB Djarum, Susy tak menampik kalau di masa depan, PBSI bakal kesulitan mendapat talenta muda. Pasalnya, saat ini, PB Djarum merupakan audisi terbesar yang dilakukan di Indonesia.
Tahun lalu saja, audisi umum PB Djarum digelar di delapan kota di Sumatera, Kalimantan, Jawa hingga Sulawesi. Sementara tahun ini audisi digelar di lima kota di Pulau Jawa, yakni Bandung, Purwokerto, Surabaya, Solo Raya dan Kudus.
"Sekarang kita sedang kerja keras bagaimana tuntutan prestasi terpenuhi, cari bibit untuk regenerasi, biar tidak hilang. Namun ada sebagian orang yang menghentikan, terus ini jadi tanggung jawab siapa. Sebab, bulutangkis ini menjadi andalan Indonesia, tanpa dukungan dari orang yang peduli akan sangat sulit," kata Susy Susanti.
"Dulu Gudang Garam membawahi tenis meja, setelah keluar tidak ada bapak angkat yang punya kepedulian. Sekarang, seperti apa tenis meja kita," ujar istri dari Alan Budikusuma itu melanjutkan.
Â
Advertisement
Tunggu Solusi KPAI
Sejauh ini, PBSI hanya menunggu solusi dari KPAI dan pihak pemerintah. Susy Susanti tak ingin audisi pencarian bakat bulutangkis terhenti.
"Mungkin sudah dipersiapkan. Kalau Audisi PB Djarum dihentikan, mungkin pemerintah atau KPAI sudah menyiapkan (penggantinya) audisi lain dengan biaya dari mereka," ucap peraih medali emas Olimpiade 1992 itu.
"Kalau disiapkan gantinya, PBSI tidak masalah, tapi yang peduli itu dari mana? PBSI tidak ada kontrak (dengan Djarum). Mereka kasih begitu saja. PBSI juga cari dana sendiri, kalau dari pemerintah kami hanya dapat bantuan kalau ada SEA Games, itu sekitar enam bulan sebelum pertandingan atau paling lama setahun. Namun, dalam setahun gak mungkin jadi juara dunia juga," ujarnya mengakhiri.
Saksikan video pilihan berikut ini: