Sukses

4 Pertemuan Timnas Indonesia Vs Thailand yang Tak Terlupakan

Thailand merupakan tim yang mendominasi Asia Tenggara, dan Timnas Indonesia kerap kesulitan mengalahkan Tim Gajah Perang itu.

Jakarta - Thailand jelas bukan lawan enteng bagi Timnas Indonesia. Tim Gajah Perang adalah raja Asia Tenggara yang tak mudah dikalahkan.

Sejarah mencatat mereka jadi tim paling sering menjadi juara Piala AFF, turnamen sepak bola bergengsi kawasan Asia Tenggara. Lima trofi (1996, 2000, 2002, 2014, 2016) diraih Thailand.

Kontradiksi dengan Timnas Indonesia, yang tak pernah juara di ajang tersebut. Paling mentok Tim Garuda menjadi runner-up pada edisi 2000, 2002, 2004, 2010, 2016.

Tim Thailand dikenal sebagai tim yang punya mentalitas kuat. Mereka tak pernah terpengaruh tekanan psikologis suporter.

Jadi jangan beranggapan duel terkini kedua tim yang dihelat di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, pada Selasa (10/9/2019) bakal dengan mudah dimenangkan anak-asuh Simon McMenemy. Timnas Indonesia yang baru saja kalah menyakitkan 2-3 dari Malaysia di tempat yang sama akan menemui lawan sekelas batu.

Thailand akan memberi perlawanan keras sepanjang 90 menit. Bahkan tak tertutup kemungkinan negara yang tak pernah mengalami penjajahan ini akan mendikte pertandingan kedua Kualifikasi Piala Dunia 2022 Grup G ini.

Bola.com merangkum sejumlah laga klasik antara Timnas Indonesia Vs Thailand, di mana kita berstatus sebagai tuan rumah. Simak detailnya di bawah ini:

2 dari 5 halaman

Adu Penalti Menyakitkan di Final Piala AFF 2002

Pada Piala AFF edisi 2002, untuk kali pertama diperkenalkan dua negara menjadi tuan rumah bersama. Indonesia untuk pertama kalinya menjadi tuan rumah di Piala AFF, juga pada Piala AFF 2002 kali ini. Jakarta (Indonesia) menggelar fase penyisihan Grup A sedangkan Singapura jadi tuan rumah Grup B.

Indonesia tergabung di Grup A bersama Vietnam, Myanmar, Kamboja, dan Filipina. Sementara Grup B dihuni Malaysia, Thailand, Singapura, dan Laos.

Pada penyisihan Grup A, Indonesia tidak tersentuh kekalahan. Bahkan timnas yang saat itu dilatih Ivan Kolev mampu mencetak 19 gol dan hanya kebobolan lima gol.

Namun, Indonesia gagal menjadi juara Grup A lantaran mencatat hasil dua kali menang dan dua kali seri. Indonesia hanya berada di peringkat kedua grup, sedangkan juara grup diraih Vietnam yang mampu meraih tiga kemenangan dan sekali seri.

Indonesia sempat mencatatkan hasil sensasional di fase penyisihan grup saat menggulung Filipina 13-1. Lantaran dalam posisi kritis, agar bisa ke semifinal, Indonesia yang baru mengoleksi poin lima wajib mengalahkan Filipina di laga terakhir dengan skor besar mengingat Vietnam dan Myanmar masing-masing sudah memiliki poin tujuh.

Misi itu tercapai. Pesta gol Indonesia dibarengi kekalahan Myanmar dari Vietnam dengan skor 2-4 sehingga perolehan poin Tim Garuda melewati Myanmar. Sempat ada nada sumbang soal kemenangan besar Timnas Indonesia, yang dicurigai karena adanya main mata. Namun, hal itu dibantah AFF, yang menegaskan bila partai Indonesia versus Filipina berjalan bersih.

Timnas Indonesia bersua Thailand di laga puncak yang digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno. Stadion legendaris satu ini penuh sesak suporter Tim Merah-Putih. Menurut catatan panpel pertandingan, total 100 ribu penonton memenuhi tribune stadion.

Dalam waktu normal ditambah perpanjangan waktu 2x15 menit, skor sama kuat 2-2. Penentuan juara ditentukan dengan tos-tosan. 

Dalam drama adu penalti empat dari lima eksekutor Thailand berhasil menunaikan tugasnya secara sempurna. Mereka adalah Sakda Joemdaee, Terdsak Chaiman, Manit Noyvach, dan Dusit Chalermsan. Sementara Kiatisuk Senamuang, penendang pertama, gagal.

Sedangkan Indonesia hanya menampilkan empat penendang karena dua di antaranya gagal menceploskan bola ke gawang. Dua pemain yang gagal mengeksekusi penalti itu adalah Bejo Sugiantoro yang tendangannya membentur tiang dan Firmansyah melebar dari gawang Thailand yang dijaga Kittisak Rawangpa.

Kiper Timnas Indonesia, Hendro Kartiko, gagal membendung penalti Manit Noyvach (Thailand) di final Piala AFF 2002. (AFP/Weda)Kegagalan Indonesia dalam adu penalti ini memunculkan cerita lain. Banyak dari kalangan pencinta sepak bola nasional yang merasa tidak puas dengan eksekutor penalti pilihan Ivan Kolev.

Kabar yang mencuat ke permukaan, Ivan Kolev kesulitan memilih para eksekutor penalti karena para pemain jeri. Para pemain konon merasa tidak kuat mental menendang penalti yang begitu berat risikonya di depan puluhan ribu suporter.

Meski tidak ada yang berani membenarkan kabar itu, yang pasti, kegagalan ini cukup menyakitkan buat publik Indonesia. Sedikit kebanggaan yang dimiliki adalah komposisi Timnas Indonesia ketika itu dianggap paling kuat dalam sejarah keikutsertaan di Piala AFF.

Termasuk penghargaan sepatu emas yang diterima Bambang Pamungkas setelah berada di urutan teratas pencetak gol terbanyak dengan koleksi delapan gol, jadi penghibur Indonesia dalam Piala AFF edisi keempat ini.

Separuh gol Bepe lahir saat partai melawan Filipina, sisanya hattrick kala Timnas Indonesia menumbangkan Kamboja 4-2 dan satu gol saat melawan Malaysia di semifinal. 

3 dari 5 halaman

Stamina Ampas Semifinal Piala AFF 2008

Timnas Indonesia yang menduduki posisi kedua klasemen akhir Grup A Piala AFF 2008 harus menghadapi juara Grup B, Thailand, di semifinal.

Pendukung Timnas Indonesia mendapatkan kesempatan pertama untuk menyaksikan laga semifinal yang mempertemukan tim kesayangan mereka dengan tim kuat Thailand.

Stadion Utama Gelora Bung Karno menjadi saksi pertama Timnas Indonesia menyerah dari Thailand lewat gol tunggal Teerasil Dangda.

Pertandingan ini berjalan antiklimaks. Timnas Indonesia yang di awal penyisihan tampil ganas, terlihat melempem.

Hal ini sudah terbaca di laga akhir penyisihan melawan Singapura. Tim Merah-Putih kalah 0-2 lewat gol Baihakki Khaizan dan Shi Jiayi. Sebelumnya tim asuhan Benny Dollo sempat menghajar Myanmar 3-0 dan Kamboja 7-0 lewat hattrick Budi Sudarsono. 

Sejak kemenangan di laga perdana kontra Myanmar, Timnas Indonesia sudah terlihat tidak memiliki kekuatan stamina yang baik. Gegap gempita sambutan pendukung Timnas Indonesia di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, boleh jadi menjadi euforia tersendiri. Namun, saat menghadapi tim sekelas Myanmar, meski menang 3-0, Timnas Indonesia terlihat kurang baik dalam performa fisik.

Kesalahan elementer seperti gagal melakukan operan dengan baik, kurang memberikan tekanan kepada pemain lawan, serta terlihat gugupnya barisan pertahanan, memang tidak lagi terlihat. Namun, stamina pemain pemain terlihat konsisten tak lebih dari setengah jam permainan berlangsung.

Dan masalah-masalah ini berlanjut saat semifinal menghadapi Thailand. 

Asa sempat menggelora ketika Nova Arianto berhasil mencetak gol pembuka ketika leg kedua semifinal dimainkan di Stadion Rajamangala, Bangkok empat hari kemudian. Sayangnya, gol sang stoper pada menit kesembilan itu tak berhasil menyelamatkan Tim Garuda. Thailand sukses dua kali menjebol gawang Timnas Indonesia yang dikawal Markus Horizon melalui Teeratep Winothai dan Ronnachai Rangsiyo.

Timnas Indonesia akhirnya harus mengakhiri perjalanan di Piala AFF 2008 dengan catatan yang sangat timpang di awal dan akhir. Dua kemenangan menghadapi Myanmar dan Kamboja di dua laga awal membuktikan bahwa tim asuhan Benny Dollo hanya mampu memberikan hiburan ketika menghadapi tim yang lebih lemah. Namun, begitu menantang Singapura dan Thailand, anak-asuhnya tak berdaya.

4 dari 5 halaman

Sensasi Alfred Riedl di Piala AFF 2010

Euforia dan misteri. Dua kata itu tampaknya tepat untuk menggambarkan kiprah Timnas Indonesia di Piala AFF 2010. Berstatus sebagai salah satu tuan rumah penyisihan, bersama Vietnam, Indonesia dilanda demam Tim Merah-Putih.

Suatu hal yang sangat membanggakan melihat hampir seluruh masyarakat mendukung perjuangan Tim Garuda di Piala AFF 2010 atau edisi ke-8. Laki-laki, wanita, tua-muda, dari berbagai profesi, semuanya disatukan oleh Timnas Indonesia.

Keinginan melihat Timnas Indonesia berjaya sekaligus merebut trofi untuk pertama kalinya di turnamen paling akbar di kawasan Asia Tenggara ini jadi pendorong utama para suporter memenuhi Stadion Utama Gelora Bung Karno. 

Stadion kebanggaan Indonesia itu bahkan tak sanggup lagi menampung antusiasme suporter yang datang dari seluruh Indonesia. Tiket pertandingan terjual begitu cepat. Para calon penonton terpaksa merogoh kocek lebih dalam demi selembar tiket dari tangan calo.

Kafe, hotel, hingga lapangan dipenuhi masyarakat yang ingin menyaksikan pertandingan Tim Garuda dengan cara nonton bareng (nonbar). Jersey dan pernik-pernik timnas dari yang dijual di emperan hingga pusat perbelanjaan, laris bak kacang goreng.

Tidak hanya itu, seluruh media massa berlomba menyajikan berita sepak terjang Timnas Indonesia yang dilatih Alfred Riedl. Tak cukup pemain, tim pelatih, hingga ofisial tim yang dielu-elukan dan diburu awak media, keluarga, istri hingga kekasih para pemain mendadak jadi sorotan karena ikut jadi buruan media hiburan negeri ini. 

Euforia dan asa masyarakat Indonesia meninggi setelah melihat racikan Alfred Riedl di laga awal penyisihan Grup A begitu menjanjikan. Bagaimana tidak, bila Indonesia langsung menghempaskan busuh bebuyutan, Malaysia, dengan skor telak 5-1 di pertandingan pertama penyisihan grup.

Pada pertandingan kedua dan ketiga penyisihan grup, Indonesia lagi-lagi memberikan kegembiraan dengan menggulung Laos dengan skor 6-0 serta menumbangkan tim kuat, Thailand, dengan skor 2-1.

Secara khusus, kemenangan atas Thailand yang kala itu sudah tiga kali meraih trofi juara Piala AFF, diperoleh secara dramatis karena dihasilkan di menit akhir (menit ke-91) lewat penalti Bambang Pamungkas. 

Bambang Pamungkas berstatus kapten Timnas Indonesia, namun ia harus rela duduk di bangku cadangan. Alfred Riedl memasang duet utama, Cristian Gonzales dan Irfan Bachdim.

Namun, Bepe membuktikan kapasitasnya sebagai big game player. Golnya mengantar timnas menjadi juara grup sekaligus mengubur mimpi Thailand ke semifinal.

Sayang sukses di fase penyisihan tak lantas membuat Timnas Indonesia bisa menjadi juara turnamen. Tim Garuda kalah di partai puncak menghadapi Malaysia yang mereka kalahkan dengan skor telak di penyisihan.

5 dari 5 halaman

Final Mengesankan di Stadion Pakansari

Piala AFF 2016 meninggalkan kenangan tak terlupakan buat pencinta sepak bola Indonesia. Kebanggaan namun juga perasaan bak patah hati, menyelimuti setiap insan suporter Timnas Indonesia.

Untuk kesekian kalinya, gelar juara perdana Piala AFF sudah begitu dekat, namun rupanya asa itu belum bisa terwujud. Untuk kelima kalinya, Indonesia hanya bisa jadi runner-up di turnamen sepak bola paling elite di level Asia Tenggara itu.

Di partai final, Timnas Indonesia kalah agregat gol 2-3 dari Thailand. Saat menjamu Thailand pada leg pertama final di Stadion Pakansari, Cibinong, Kabupaten Bogor, 14 Desember 2016, Indonesia menang 2-1 lewat gol Rizky Pora dan Hansamu Yama. Namun, Thailand mampu mencuri gol tandang melalui Teerasil Dangda.

Pada leg kedua di Stadion Rajamangala, Bangkok, 17 Desember 2016, Timnas Indonesia takluk lewat dua gol Siroch Chattong. Timnas Indonesia pun harus puas pulang dengan status runner-up.

Sejatinya, sejak awal bermain di penyisihan Grup A bersama Singapura, Thailand, dan tuan rumah Filipina, Indonesia sudah harus berjuang ekstra keras. 

Tim asuhan pelatih Alfred Riedl ini dipaksa melalui pertandingan demi pertandingan dengan berpeluh. Di matchday pertama Grup A, Andik Vermansah dkk. menyerah 2-4 dari Thailand. Padahal, Timnas Indonesia sempat menyamakan skor jadi 2-2 sebelum akhirnya kalah.

Di matchday kedua melawan Filipina, Timnas Indonesia lagi-lagi harus bekerja keras. Tim Garuda, yang sudah unggul 2-1 hingga menit ke-68, terpaksa menelan pil pahit setelah Philip Younghusband mencetak gol penyama skor 2-2 pada menit ke-82.

Pertandingan ketiga di penyisihan Grup A tak kalah menegangkan. Dengan hanya mengantongi poin satu dari dua laga, Indonesia wajib memenangi pertandingan kontra Singapura jika ingin lolos ke semifinal.

Butuh kemenangan, justru the Lions mampu unggul lewat gol Khairul Amri, menit ke-27. Di saat itulah, Timnas Indonesia menunjukkan ketangguhannya pada situasi mendesak.

Timnas Indonesia bangkit dengan gol Andik Vermansah menit ke-62, dan Stefano Lilipaly memastikan kemenangan Tim Garuda dengan skor 2-1. Indonesia pun melaju ke semifinal sebagai runner-up Grup A, di bawah Thailand yang jadi juara grup, dengan poin empat. 

Disadur dari Bola.com (Ario Yosia/Ario Yosia, published 10-9-2019)