Jakarta - Manchester United masih menunjukkan masalah besar berdasar kinerja di empat pekan awal Premier League 2019/2020. Manajer Ole Gunnar Solskjaer belum mampu menemukan solusi untuk mengatasinya.
Solskjaer saat ini sedang membangun Machester United dengan pemain muda. Mereka diharapkan bisa menantang Manchester City dan Liverpool dalam perebutan gelar Liga Inggris.
Setan Merah sudah menghabiskan banyak uang untuk membeli tiga pemain: Daniels James, Harry Maguire dan Aaron Wan-Bissaka.
Advertisement
Di sisi lain, Solskjaer juga berhasil melepas para pemain yang tidak cocok dengan skemanya. Nama-nama seperti Romelu Lukaku, Alexis Sanchez, Chris Smalling, dan Matteo Darmian sudah menemukan klub baru.
Hasilnya? Belum terlihat kualitas Manchester United sebagai tim solid yang siap meramaikan perburuan juara Premier League. Usai menang telak atas Chelsea, mereka krisis kemenangan di tiga lanjutan. Ada apa gerangan?
Marcus Rashford yang Labil
Marcus Rashford pemain hebat. Ini sangat jelas ketika Anda melihatnya bermain, terutama di pertandingan besar. Penyerang muda itu benar-benar penuh dengan bakat dan kepercayaan diri yang tinggi. Selama tiga musim terakhir ia memberi warna pada permainan lini serang Manchester United.
Salah satu alasan Solskjaer sangat percaya diri meminggirkan Romelu Lukaku bahwa Rashford sangat efektif sebagai pemain depan. Ia bisa ditempatkan di berbagai posisi.
Sayangnya, saat dipercaya menjadi penyerang utama, Marcus Rashford tak juga untuk ketajaman. Ia hanya mencetak sembilan gol di Liga Inggris sejak Ole Gunnar Solskjaer menjadi manajer pada pertengahan Desember 2018?
Ini tentu saja bukan karena kurangnya peluang, karena dia mengenai 82 tembakan tepat sasaran. Hanya Mohamed Salah yang memiliki lebih banyak shoot on target. Pemain Mesir itu mencetak 15 gol dalam rentang waktu yang sama.
Pierre-Emerick Aubameyang (15 gol), Jamie Vardy memiliki (16), Sadio Mane (17), dan Sergio Aguero (19) tidak memiliki angka statistik sebagus Rashford.
Rashford memiliki 20 peluang emas sejak Solskjaer menukangi Manchester United.. Namun ia hanya mencetak enam gol. Konversi gol dari peluang emas sang pemain hanya sebesar 30%. Kalah dibanding Salah (50%) atau Vardy (54,17%).
Ketidakmampuan Rashford untuk menemukan bentuk permainan terbaik menghambat produktivitas Manchester United.
Jika Rashford dapat meningkatkan permainannya untuk menyamai Anthony Martial (akurasi tembakan 63,34%, konversi tembakan 22,73% dan peluang konversi besar 50%) maka performa Setan Merah bakal ikutan terkerek.
Advertisement
Tak Punya Algojo Set Piece
Alasan mengapa begitu penting bagi Rashford untuk memanfaatkan peluang emas karena faktanya United tampaknya tidak dapat menggunakan salah satu jalur paling tradisional untuk mencapai tujuan dalam sepak bola: set-piece.
Sejak Solskjaer mengambil alih, Setan Merah hanya mengoleksi satu assist dari set-piece, dan itu adalah assist sundulan Victor Lindelof ketika melawan Crystal Palace (yang sebelumnya dibantu oleh Chris Smalling yang terhubung dengan tendangan sudut awal dari Ashley Young).
Hal ini terjadi karena tak ada sosok pemain yang bisa melakukan set-piece dengan baik di United.
Solskjaer sebaiknya memilih salah satu pemainnya yang akan selalu bermain (Paul Pogba salah satunya) dan meminta ia melatih tendangan sudut dan tendangan bebas berulang kali hingga mencapai titik konsisten guna mengerek kelemahan United yang satu ini.
Lini Belakang yang Keropos
Masalah besar yang dimiliki United adalah bahwa setiap kali mereka bermain bagus, mereka seringkali dikalahkan oleh kesalahan konyol. Ambil contoh saat Crystal Palace mengalahkan Setan Merah 2-1 misalnya.
Pada saat United meningkatkan intensitas tekanan untuk mengejar ketertinggalan, semua pemain maju ke depan meninggalkan David De Gea seorang diri. Para pemain belakang dibuat panik saat kubu lawan melakukan serangan balik cepat.
Manchester United telah melakukan enam kesalahan yang berujung gol ke gawang sendiri sejak Solskjaer jadi manajer. Hanya empat klub yang memiliki lebih banyak: Huddersfield dan Fulham yang terdegradasi serta Bournemouth dan Arsenal yang performanya juga labil.
De Gea belakangan kerap membuat blunder. Ia kehilangan magic sebagai kiper kelas dunia.
Dua kesalahan Lindelof melawan Crystal Palace dan Southampton, keduanya terkait dengan ketidakmampuannya untuk memenangkan sundulan.
Aaron Wan-Bissaka dan Harry Maguire pemain belakang Man United yang punya rapor relatif bagus. Tiga pemain bertahan United lainnya cenderung sering melakukan kesalahan.
De Gea harus segera mengevaluasi diri. Demikian pula Lindelof yang harus memperbaiki kemampuan untuk memenangi duel-duel udara.
Luke Shaw dan Ashley Young permainannya juga biasa-biasa saja. Mereka juga punya masalah saat mengawal individu pemain.
Â
Sumber Asli: Squawka
Disadur dari: Bola.com
(Penulis: Ario Yosia/Editor: Ario Yosia, published 10/9/2019)
Advertisement