Sukses

Selain Derby Mataram, Kerusuhan Parah Juga Warnai 4 Duel Tim Sekota Ini

Derby Mataram yang melibatkan PSIM Yogyakarta dengan Persis Solo di Stadion Mandala Krida, Senin (21/10/2019), berakhir rusuh.

Jakarta - Derby Mataram yang melibatkan PSIM Yogyakarta dengan Persis Solo di Stadion Mandala Krida, Senin (21/10/2019), berakhir rusuh.

PSIM Yogyakarta menelan kekalahan 2-3 dari tamunya Persis Solo. Hasil tersebut membuat kecewa pendukung PSIM karena gagal membalas kekalahan pada putaran pertama.

Beberapa penonton yang hadir melampiaskan kemarahan dengan melempar berbagai benda ke lapangan. Tak hanya itu, para suporter masuk ke lapangan sebelum pertandingan usai.

Wasit dalam laga tersebut sebenarnya memberikan tambahan waktu lima menit. Namun, saat waktu berjalan dua menit pertandingan berubah menjadi ajang bentrokan. Banyak penonton yang masuk ke lapangan yang membuat pertandingan dianggap selesai.

Selain Derby Mataram, ada juga pertandingan sepak bola dunia yang berakhir ricuh. Berikut Bola.com merangkum dari berbagai sumber pertandingan bertajuk derby yang berakhir rusuh.

 

* Dapatkan pulsa gratis senilai Rp10 juta dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS

2 dari 5 halaman

1. River Plate Vs Boca Junior 1968

Satu di antara kerusuhan terbesar dalam Derbi ialah saat River Plate bertanding melawan Boca Juniors pada 23 Juni 1968 di Stadion Monumental pada 23 Juni 1968. Saat itu, untuk merayakan kemenangan penggemar Boca Juniors melemparkan kertas yang sudah dibakar ke arah tribune di bawahnya.

Alhasil, para penonton yang berada di tribune bawah langsung berhamburan. Banyak yang terjatuh sekaligus terinjak-injak.

Akibat kejadian tersebut total ada 74 orang meninggal dunia dan 150 orang luka-luka. Kejadian itu kemudian dikenal dengan tragedi "Puerta 12".

3 dari 5 halaman

2. Derby Della Madonnina Champions League 2004/05

Kerusuhan dalam laga derbi juga pernah terjadi saat AC Milan dan Inter Milan bertanding di leg kedua perempat final Liga Champions 2004-2005. Saat itu, AC Milan sudah inggul 1-0 melalui gol Andriy Shevchenko pada menit ke-30.

La Beneamata harus mencetak paling tidak empat gol karena pada leg pertama AC Milan menang dengan skor 2-0. Namun, belum memperkecil agregat, pertandingan tersebut terhenti pada menit ke-73 karena kerusuhan yang dilakukan pendukung Inter Milan.

Bahkan, kejadian tersebut sempat membuat kiper AC Milan, Nelson Dida, terluka akibat lemparan kembang api pada bahunya. Konon, kerusuhan tersebut memang sudah direncanakan.

4 dari 5 halaman

3. Panathinaikos Vs Olympiacos 2015

Derbi Athena antara Panathinaikos Vs Olympiacos, Minggu (22/10/2015) di Stadion Leoforos sempat diwarnai lemparan petasan dan pemukulan.

Kerusuhan bermula saat pendukung tuan rumah masuk ke lapangan sebelum pertandingan dimulai. Alhasil kick off harus mundur 15 menit dari jadwal yang ditentukan.

Namun, kericuhan tersebut bukanlah satu-satunya. Kerusuhan lebih besar terjadi jelang babak kedua. Kejadian tersebut membuat gelandang Olympiacos, Pajtim Kasami, terkena suar pada bagian bahu.

5 dari 5 halaman

4. Catania Vs Palermo 2007

Pertandingan bertajuk Derby Di Sicilia antara Catania Vs Palermo pernah berakhir ricuh pada 2 Februari 2007. Kerusuhan dalam laga tersebut benar-benar sulit dikendalikan.

Kejadian bermula saat Palermo unggul 1-0 atas tim tuan rumah lewat gol kontroversial. Hal tersebut lantas membuat pendukung Catania tak terima.

Mereka menunjukkan kekecewaan dengan melempar bom asap dan petasan ke arah lapangan. Demi meredakan situasi tersebut pihak keamanan harus menggunakan gas air mata.

Insiden tersebut membuat pertandingan terhenti selama 40 menit. Peristiwa yang mencekam itu membuat Federasi Sepak Bola Italia (FIGC) menghentikan semua pertandingan di Serie A.

 

Disadur dari: Bola.com (Penulis: Faozan Tri Nugroho/Editor: Yus Mei Sawitri, published 22/10/2019)