Sukses

AC Milan Catatkan Rekor Kerugian Sebesar Rp2,2 Triliun

AC Milan terus mengalami kerugian selama enam tahun terakhir.

Liputan6.com, Milan - Pernah merajai sepak bola Eropa dengan 7 gelar juara kompetisi level Benua Biru, AC Milan justru tengah dalam kondisi babak belur. Jangankan mengulang kembali kejayaan ini, untuk bersaing di pentas Serie A saja, tim berjuluk Rossoneri semakin sulit belakangan ini. 

Sudah enam musim terakhir, AC Milan selalu terlempar dari zona Liga Champions. Musim ini, Rossoneri yang ditangani pelatih baru Stefano Pioli masih terpuruk di urutan ke-12 Serie A. 

Namun AC Milan ternyata tidak hanya fakir prestasi. Tim legendaris yang pernah merajai sepak bola Eropa tersebut juga merugi dalam beberapa tahun terakhir. 

Menurut AFP, AC Milan saat masih dikuasai Silvio Berlusconi mencatatkan rekor kerugian terparah pada tahun lalu. Totalnya mencapai 145,9 juta euro atau setara Rp2,2 Triliun.

Kerugian AC Milan meningkat 20 juta euro dari tahun sebelumnya, 2017.  Dan ini akan menjadi beban bagi perusahaan Amerika Serikat, Elliot Advisors (UK) Ltd yang baru saja mengambil alih kepemilikan Rossoneri dari tangan taipan asal Tiongkok, Li Yonghong.  

AC Milan telah merugi dalam enam musim terakhir atau sejak tidak pernah lagi tampil pada Liga Champions Eropa. Jika ditotal, jumlah kerugian Rossoneri mencapai 500 juta euro. 

 

 

 

2 dari 3 halaman

Kembangkan Sektor Bisnis

Sementara itu, untuk memperbaiki kerugian ini, AC Milan rencananya bakal menggenjot kembali sektor bisnisnya. Salah satu upaya yang diupayakan adalah bekerjasama dengan Inter Milan dalam membangun stadion baru di utara pusat bisnis Italia.

Meski rival sekota, kedua tim selama ini masih menggunakan stadion yang sama, yakni Giuseppe Meazza di San Siro yang kepemilikannya masih dipegang pemerintah kota Milan. 

Jika pemerintah kota memberi lampu hijau, maka pimpinan AC Milan, Paolo Scaroni, optimistis mampu meningkatkan pendapatan timnya. "Semua klub Eropa meraup pemasukan hingga 100 juta euro dari stadion. AC Milan dan Inter Milan hanya sekitar 34 juta euro," katanya.

"Perbedaan ini berisiko menjadi alasan klub tidak menampilkan pertunjukan yang seharusnya mereka lakukan di pentas Eropa," ujar Paolo Scaroni menambahkan. 

Sebenarnya sudah ada dua kontraktor, Papulous dan Manica-CMR, yang mengajukan proposal untuk membangun stadion baru AC Milan dan Inter Milan. Dalam pemaparan yang dilakukan beberapa waktu lalu, kedua kontraktor itu hadir dengan konsep yang berbeda. 

Tema desain Manica adalah Sportium yang tidak hanya untuk pertandingan sepak bola tapi bisa digunakan untuk berbagai acara termasuk konser musik. Sementara Populous hadir dengan konsep The Cathedral yang terinspirasi dari Duomo,  gedung bersejarah di Italia.

Namun kolaborasi dengan Inter Milan bukan satu-satunya cara AC Milan untuk memperbaiki keuangannya. Bila pembangunan stadion bersama itu gagal, Scaroni juga sudah punya rencana lain. Hanya saja, Scaroni meminta Rossoneri memperbaiki penampilannya. 

"Kalau kita kalah melulu maka itu akan lebih sulit," bebernya.

 

 

3 dari 3 halaman

Berinvestasi Lewat Pemain

Kondisi AC Milan saat ini memang jauh berbeda dengan era keemasannya pada 1980-an lalu di mana trio Belanda, Marco Van Basten, Ruud Gulllit, dan Frank Rijkaard masih ada. Jangankan diperhitungkan di pentas Eropa, AC Milan justru terpuruk di liga domestik. 

Meski demikian CEO AC Milan, Ivan Gazidis, tetap optimis. Kehadiran pemilik baru menurutnya bakal memberikan angin segar bagi Rossoneri dalam beberapa tahun ke depan.

"Ada visi yang jelas dan berani dari pihak Elliott, yaitu mengembalikan Milan ke papan atas sepakbola Italia dan dunia tanpa perlu waktu 10 atau 15 tahun," kata Gazidis.

"Selain stadion baru, klub bermaksud untuk berinvestasi pada pemain muda untuk mengubahnya menjadi pemain terbaik," ujar Gazidis menambahkan.

 

Saksikan juga video menarik di bawah ini: