Jakarta - Spanduk Ultras Garuda belum kelihatan di Stadion Madya, Jakarta, lokasi berlangsungnya Kualifikasi Piala AFC U-19 2020. Padahal, satu di antara kelompok suporter dengan basis massa terbesar Timnas Indonesia seluruh kelompok usia, termasuk Timnas Indonesia U-19 itu dikenal sebagai pendukung yang militan.
Sejak awal Kualifikasi Piala AFC U-19 2020, Ultras Garuda melakukan aksi boikot terhadap Timnas Indonesia U-19 sebagai sikap kekecewaan terhadap kepengurusan PSSI periode 2019-2023 yang baru terbentuk.
Saat Ultras Garuda absen, dukungan untuk Timnas Indonesia U-19 tetap mengalir dari kelompok suporter lain. Adalah La Grande Indonesia, yang setia memompa semangat dan memotivasi tim berjulukan Garuda Muda ini partai demi partai.
Advertisement
Pelatih Timnas Indonesia U-19, Fakhri Husaini, tidak habis pikir dengan aksi boikot satu di antara kelompok suporter kepada Timnas Indonesia U-19. Padahal, Bagus Kahfi dan kawan-kawan sedang berjuang mengharumkan nama negara di Kualifikasi Piala AFC U-19 2020.
"Timnas Indonesia U-19 ini masih anak-anak. Mereka masih butuh dukungan dari penonton. Mereka tidak salah apa-apa. Saya tidak masalah ada atau tidaknya penonton. Tak akan berkurang semangat bermain Timnas Indonesia U-19 meskipun tak ada satu penonton pun," kata Fakhri kepada wartawan.
Salah Kaprah
Fakhri menyebut aksi boikot suporter tersebut salah kaprah. Mestinya, Ultras Garuda lebih dewasa menyikapi keadaan. Kekecewaan terhadap PSSI tak seharusnya melenyapkan loyalitas terhadap Timnas Indonesia U-19
"Ada perbedaan jelas bagi mereka yang mencintai sepak bola atau PSSI. Kalau mereka cinta sepak bola, mereka tidak peduli soal organisasi. Buat saya, ini aneh," tutur Fakhri.
"Ada reaksi terhadap PSSI tapi memboikot tim nasional. Saya tidak tahu logika mereka ada di mana," imbuh Fakhri.
Advertisement