Jakarta - Stadion merupakan infrastruktur penting dalam olahraga, termasuk sepak bola. Keberadaan venue ini penting untuk menggelar pertandingan.Â
Hampir semua tim sepak bola di dunia mempunyai stadion. Tak hanya itu, beberapa klub bahkan sampai berlomba-lomba membangun atau merenovasi stadion kebanggan mereka menjadi lebih ideal dan megah.
Stadion yang tentunya mempunyai daya tarik sendiri buat para penonton yang ingin datang. Beberapa orang datang tak hanya ingin menonton pertandingan, akan tetapi juga merasakan atmosfer di stadion.
Advertisement
Selain itu, di dalam stadion megah biasanya terdapat sederet fasilitas yang mewah untuk memanjakan para pemain maupun penonton yang datang. Apalagi jika stadion tersebut akan digunakan untuk event besar sekelas Piala Dunia atau olimpiade.
Namun, terkadang setelah ajang tersebut usai, stadion akan dibiarkan begitu saja. Di Indonesia banyak stadion terbengkalai setelah digunakan event tertentu.
Satu di antaranya ialah Stadion Utama Riau. Stadion tersebut kini terbengkalai. Padahal, Stadion Utama Riau pernah digunakan dalam event besar Pekan Olahraga Nasional (PON) pada 2012.
Tak hanya di Indonesia, di luar negeri juga banyak stadion yang tak terawat atau terbengkalai. Berikut Bola.com merangkum dari Sokkaa.com, stadion megah yang kini terbengkalai.
1. Pontiac Silverdome - AS
BREAKING NEWS: . . . 60 years of Democrat Rule destroyed formery richest city in America, . . #Detroit, . . yet those same Liberal Democrats screwed up the Demolition of the Pontiac #Silverdome . . . #LiberalismIsAMentalDisorder pic.twitter.com/D8qcNGGGB9
— Ridge Kayser (@RidgeKayser) December 4, 2017
Pontiac Silverdome kini terbengkalai karena pemugaran yang tidak serius, sehingga pembangunan tak kunjung usai. Padahal peremajaan stadion tersebut sudah dimulai sejak 2014.
Stadion tersebut dibiarkan begitu saja pada 2015. Seperti halnya stadion Maracana, Pontiac Silverdome pernah digunakan Piala Dunia, yakni pada 1994.
Advertisement
2. Lluis Sitjar - Spanyol
The abandoned LluÃs Sitjar Stadium in Palma de Mallorca#mallorca #Stadiums pic.twitter.com/AaYx4W3CGF
— Football Memories (@footballmemorys) September 28, 2015
Stadion Lluis Sitjar merupakan tempat yang kerap digunakan bertanding klub La Liga, RCD Mallorca. Stadion yang dulunya megah itu kini justru sangat tidak layak digunakan.
Menariknya, stadion tersebut menjadi saksi bisu saat Xavi Hernandes menjalani debut di Barcelona pada 1998.
3. Estadio de Sarria - Spanyol
Estadio de Sarriá.#RCDE pic.twitter.com/NqrOkHLFbi
— Olympia (@olympia_vintage) March 6, 2018
Stadion yang dibangun pada 1923 itu sering digunakan RCD Espanyol. Namun, lama Estadio de Sarria kondisinya justru memperihatinkan dan tak layak pakai.
Kemudian pada 1997 Estadio de Sarria akhirnya ditutup.
Advertisement
4. Donbass Arena - Ukraina
Despite their 7-0 #UCL win, Shakhtar’s future in Donetsk is in jeopardy after Donbass Arena destroyed during attacks pic.twitter.com/yIxsYaP9up
— Footballfan.zone (@Talk2Fanzone) October 22, 2014
Donbass Arena terletak di kota Donetsk, Ukraina. Namun, stadion harus ditinggalkan setelah terjadi konflik antara Ukraina dan Rusia.
Kemudian pada 2014, stadion tersebut menjadi sasaran pemboman. Shakhtar Donetsk yang menjadi penghuni pun harus pindah ke Lviv dan Kharkiv.
Kini, kandang Shakhtar Donetsk dikuasai pemberontak pro Rusia.
5. Stadion Maracana - Brasil
The Maracana Stadium in Roi is being destroyed. Seats, fire extinguishers and other things were plundered by the population. pic.twitter.com/jR7v3rueBp
— History of Football⚽ (@historyfutball) January 12, 2017
Stadion Maracana merupakan satu di antara stadion megah di Brasil. Beberapa event yang pernah diselenggarakan di Maracana ialah Piala Dunia 2014 dan Olimpiade Rio de Jenairo 2016.
Maracana menjadi saksi saat Jerman mengalahkan Argentina di final Piala Dunia 2014. Namun, setelah perhelatan Olimpiade 2016, stadion tersebut tak terurus dan kehilangan kemegahannya.
Lebih parahnya lagi, stadion Maracana sempat tidak tersambung listrik dan beberapa kursinya ada yang dicuri.
Â
Disadur dari: Bola.com (Penulis: Faozan Tri Nugroho/Editor: Yus Mei Sawitri, published 14/11/2019)
Advertisement