Sukses

Fung Permadi Ibarat Jose Mourinho di Audisi Bulu Tangkis

Selain menjadi manajer tim, Fung Permadi juga masuk jajaran pelatih PB Djarum.

Liputan6.com, Kudus - PB Djarum memiliki selera tersendiri saat mencari bakat pada Audisi Umum Beasiswa Bulu Tangkis 2019. Meski tidak bisa memuaskan seluruh peserta, klub berusia 50 tahun tersebut memiliki misi menciptakan generasi baru pebulutangkis Indonesia yang bisa mengharumkan nama bangsa di panggung dunia.

"Seperti di sepak bola. Bagi Jose Mourinho dan Sir Alex Ferguson, pemain yang bagus itu berbeda," kata Manajer Tim PB Djarum Fung Permadi di GOR Jati, Kudus, Rabu (20/11/2019).

"Begitu pula bulu tangkis. Kami mencari pemain yang sesuai konsep pembinaan PB Djarum. Maka kami minta maaf bagi mereka yang tidak terpilih. Namun kami tulus dan serius membina bakat untuk bulu tangkis Indonesia," sambungnya.

Audisi bulu tangkis 2019 memasuki putaran final yang berlangsung 20-22 November. Sebanyak 134 anak lolos, tapi satu mengundurkan diri akibat cedera.

Peserta bertanding dua kali di hari pertama. Mereka diadu berdasar level kelompok usia dan permintaan pelatih. Di sini atlet muda memiliki kesempatan menunjukkan kebolehan.

Maka, PB Djarum belum mengeliminasi pemain dan tidak mementingkan hasil pertandingan. Tim pelatih ingin memberi peluang semaksimal mungkin untuk atlet.

"Terutama bagi mereka yang datang dari lokasi jauh. Rasanya tidak adil mereka dipulangkan setelah bertanding sehari," ungkap Fung Permadi.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 2 halaman

Proses Selanjutnya

Pada hari kedua putaran final, peserta diadu menurut keinginan tim pelatih. Ini sejalan dengan proses rekrutmen yang disesuaikan dengan konsep PB Djarum.

Tim pelatih PB Djarum beranggotakan Andreas Adityawarman, Reni, Nimas Rani Wijayanti, Engga Setiawan, Bandar Sigit, Fung Permadi, Ajib Kurniawan, Sulaiman, Ellen Angelina, Juniar Setioko Tenggono, Maria Elfira Christina, Ferry, Ali Yuli, Wahyu Hartanto, Rusmanto Djoko Semaun, dan Hastomo Arbi.

"Hari terakhir adalah tes fisik bagi mereka yang masih tersisa. Setelah itu atlet melakoni pertandingan terakhir untuk meyakinkan kami agar dipilih mengikuti karantina yang berlangsung 23-29 November. Lalu pada 29 diputus siapa yang mendapat beasiswa," tutur Fung Permadi.