Manchester - Orang terkaya di Inggris Raya, Sir Jim Ratcliffe, tumbuh sebagai penggemar berat Manchester United (MU). Meski demikian, dia tak mau membeli klub yang dicintainya itu.Â
Ratcliffe punya kekayaan yang lebih dari cukup untuk mengakuisisi MU. Pria berusia 67 tahun itu memiliki kekayaan senilai 20 miliar poundsterling atau setara Rp 361 triliun.Â
Baca Juga
Sejak setahun lalu pendiri Ineos, salah satu perusahaan kimia terbesar di dunia, itu mengaku ingin membeli sebuah klub sepak bola. Jika sejalan dengan klub idolanya, Ratcliffe seharusnya membeli MU.Â
Advertisement
Namun, faktanya Ratcliffe malah memilih membeli klub Liga 1, Nice. Dia sebelumnya juga sempat mempertimbangkan membeli Newcatle United, Chelsea, dan Leeds United.Â
Pada 29 Agustus 2019, Ratcliffe akhirnya membeli Nice dengan nilai transaksi mencapai 91 juta poundsterling (Rp1,644 triliun).
Tiga bulan setelah akuisisi tersebut, Sir Jam Ratcliffe, akhirnya buka-bukaan alasan mengapa tak mau menghabiskan uangnya untuk membeli Manchester United.Â
Dia mengatakan membeli MUÂ pada saat ini adalah manuver bisnis yang buruk. Berikut beberapa di antara alasan yang mendasarinya, seperti dilansir The Sun.
Â
Â
1. Pemilihan Manajer yang Buruk
Sir Jim Ratcliffe menilai MUselalu memilih manajer yang tak tepat setelah Sir Alex Ferguson pensiun pada 2013. Beberapa manajer sudah digaet sejak Ferguson pensiun, tapi belum ada yang berhasil mempersembahkan gelar Premier League.Â
David Moyes, Louis Van Gaal, Jose Mourinho, hingga yang terkini Ole Gunnar Solskjaer gagal memenuhi ekspektasi tinggi fans.Â
"Kinerja mereka buruk dari sisi bisnis. Mereka tidak memilih manajer dengan baik," kata Ratcliffe.Â
Saat ini, di bawah kendali Solskjaer, Manchester United masih tercecer di papan tengah Premier League. Kiprah MU jauh dibanding saat era Sir Alex Ferguson. Pada masa Ferguson, finis di posisi kedua Premier League sudah dianggap sebagai kegagalan. Â
Â
Â
Advertisement
2. Buruk Dalam Transfer Pemain
Sir Jim Ratcliffe juga mengatakan sepak terjang Manchester United juga sangat buruk. Buktinya, MU kerap mengeluarkan uang sangat besar untuk membeli pemain yang secara kualitas pas-pasan.Â
Contoh lain kegagalan MU di bursa tranfer adalah pembelian Alexis Sanchez. MU merogoh kocek sangat besar dan menggaji sang pemain sangat tinggi, tapi berujung penampilan mengecewakan. Selasa 18 bulan Sanchez gagal menunjukan tajinya.Â
Sang striker akhirnya dipinjamkan ke Inter Milan. Ironisnya, MU masih harus membayar setengah dari gaji Sanchez.Â
"Mereka mengeluarkan uang dengan bodoh, yang bisa Anda lihat pada keberadaan pemain seperti Fred. Di sini (Nice) kami tak melihat ke tempat lain, sampai kami menemukan permainan yang bagus di sini," kata Ratcliffe.Â
"Kami harus mencari tahu bagaimana menjadi sukses sebelum menulis jumlah besar di cek," imbuh dia.Â
Â
3. Buruk Dalam Mengembangan Talenta Muda
Sejak dulu Manchester United dikenal sebagai klub yang produktif mengorbitkan para pemain muda, terutama dari akademinya sendiri.Â
Namun, Ratcliffe merasa nilai lebih MU tersebut sudah memudar sejak ditinggalkan Sir Alex Ferguson.
"United menghabiskan banyak yang sejak Ferguson pergi dan hasilnya buruk. Sejujurnya, sangat buruk," kata dia.Â
"Kami punya pendekatan berbeda di sini (Nice). Kami berusaha mencari di akar rumput, mencoba mengorbitkan pemain-pemain muda."Â
"Beberapa klub punya kemampuan melakukan itu, seperti Southampton, Lille. United melakukannya dengan sangat buruk. Mereka kehilangan plot.Â
Â
Advertisement