Jakarta - PSSI belum juga memutuskan sosok yang akan menjadi pelatih Timnas Indonesia. Sebelumnya, PSSI sudah mempunyai kandidat dua orang, yakni Shin Tae-yong dan Luis Milla.
Keduanya sudah memaparkan program latihannya di depan PSSI. Namun, PSSI belum jugaa mengumumkan secara resmi satu di antara dua pelatih tersebut yang akan menukangi Timnas Indonesia.
Baca Juga
Erick Thohir Beruntung Pemain Diaspora Yakin pada Proyek untuk Lolos ke Piala Dunia dan Olimpiade
3 Calon Pelatih Asal Belanda yang Bisa Gantikan Pep Guardiola di Manchester City, Siapa Saja Mereka?
Wawancara Reuters kepada Erick Thohir: Timnas Indonesia perlu berada di 9 besar Asia untuk Lolos ke Piala Dunia 2026
Terbaru, ketua umum PSSI, Mochammad Iriawan, justru menyebut kandidat lain sebagai calon pelatih. Pria yang akrab disapa Iwan Bule itu mengungkapkan legenda Belanda dan AC Milan, Ruud Gullit, sebagai alternatif nakhoda Timnas Indonesia.
Advertisement
Ruud Gullit dikenal mempunyai karier yang moncer saat menjadi pemain, terutama ketika membela AC Milan. Bahkan, Gullit sudah mencuri perhatian sejak masih kecil.
Pemain berjuluk The Black Tulip itu mengawali karier sebagai pemain di Meerboys, Amsterdam. Di antara rekan-rekannya, Ruud Gullit bisa dibilang yang menjadi yang paling menonjol.
Hal tersebut terlihat saat klub asal Belanda, HFC Harleem memberikannya kesempatan tampil di kompetisi senior saat usianya baru menginjak 17 tahun.
Performa apiknya bersama Harleem membuat klub Belanda lainnya, Feyenoord kepincut. Ruud Gullit akhirnya bergabung dengan Feyenord sejak 1982 hingga 1985.
Â
Puncak Karier saat Berkostum AC Milan
Setelah itu, Ruud Gullit melanjutkan petualangannya bersama klub Belanda lainnya, PSV Eindhoven. Ruud Gullit berkarier di PSV sampai 1987. Dilansir dari Transfermarkt, selama dua musim membela PSV, Ruud Gullit mencatatkan 27 penampilan dengan menyumbang 18 gol.
Ruud Gullit juga berhasil merengkuh gelar individu, Ballon d'Or, saat berkostum PSV Eindhoven.
Setelah hanya berkutat di sepak bola Belanda, Ruud Gullit memutuskan hengkang ke AC Milan. Saat bergabung dengan Rossoneri, Gullit langsung memecahkan rekor transfer yakni dengan harga 6,5 juta pounds.
Meskipun bermain di luar Belanda, tak membuat performa Ruud Gullit meredup. Bahkan, kariernya terus menanjak bersama AC Milan.
Itu terbukti saat Gullit terpilih sebagai pemain terbaik Eropa dan pemain terbaik dunia. Penghargaan datang silih berganti seiring dengan performa apiknya, saat berkostum AC Milan maupun Timnas Belanda.
Puncak prestasi Ruud Gullit bisa dibilang terjadi saat berkostum AC Milan. Saat berseragam Rossoneri, Ruud Gullit ikut mempersembahkan 11 gelar juara untuk klub asal Kota Mode itu.
Kesebelas trofi tersebut ialah tiga gelar Serie A, Piala Super Italia (4), Liga Champions (2) dan Piala Intercontinental serta Piala Super Eropa masing-masing satu kali.
Advertisement
Minim Pengalaman Sebagai Pelatih
Selama enam musim membela Il Diavolo Rosso, Gullit mencatatkan 171 penampilan dengan menyumbang 56 gol dan 28 assist. Sayang, setelah itu ia mengalami cedera lutut yang membuat Ruud Gullit harus disingkirkan ke Sampdoria pada 1993.
Di Sampdoria, Gullit total bermain sebanyak 63 kali dengan mengemas 26 gol di semua ajang. Tak hanya itu, saat berkostum Samdoria Gullit sukses membawa klub tersebut mearaih gelar Coppa Italia pada musim 1993-1994.
Klub terakhir yang dibela Ruud Gullit ialah Chelsea. Ia sukses mencatatkan 50 penampilan dengan menyumbang lima gol. Selain itu, pada ujung kariernya bersama Chelsea, dia masih bisa memberikan gelar Piala FA pada 1997.
Satu tahun kemudian, Ruud Gullit memutuskan pensiun dari dunia sepak bola. Ruud Gullit kemudian menjajal berkarier sebagai pelatih.
Beberapa klub yang pernah ia tangani ialah Chelsea, Newcastle United, Feyenoord dan LA Galaxy. Meskipun sudah pernah menjadi pelatih, Ruud Gullit bisa dibilang masih minim pengalaman.
Ia jarang membawa klub yang dilatihnya menjadi juara. Kali terakhir, Ruud Gullit menjadi pelatih pada 2017, itupun hanya sebagai asisten manajer Dick Advocaat di Timnas Belanda.
Karier dan Prestasi Ruud Gullit
Karier klub: Haarlem (1979-1982), Feyenoord (1982-1985), PSV Eindhoven (1985-1987), AC Milan (1987-1993), Sampdoria (1993-1994), AC Milan (1994), Sampdoria (1994-1995), Chelsea (1995-1998)
Karier timnas: Belanda (1981-1994)
Prestasi: Pemain Terbaik Eropa (1987), Pemain Terbaik Dunia (1987, 1989), juara Piala Eropa 1988, juara Eredivisie 1983-84 (Feyenoord), 1985-86 dan 1986-87 (PSV), juara Piala Belanda 1984 (Feyenoord), juara Serie-A 1987-88, 1991-92, 1992-93 (Milan), juara Coppa Italia 1994 (Sampdoria), juara Liga Champions 1988-89, 1989-90 (Milan), juara Piala Super Eropa 1990 (Milan), juara Piala Toyota 1990 (Milan), juara Piala FA 1997 (Chelsea)
Advertisement