Sukses

Bukan Ruud Gullit, Rahmad Darmawan Sebut 3 Pelatih yang Layak Latih Timnas Indonesia

Bursa calon pelatih Timnas Indonesia memanas setelah muncul nama Ruud Gullit.

Jakarta - Bursa calon pelatih Timnas Indonesia memanas. Kandidat kini bertambah menjadi tiga nama. Setelah Shin Tae-yong dan Luis Milla Aspas, muncul nama Ruud Gullit yang merupakan pemain legendaris Belanda.

Pelatih kawakan Indonesia, Rahmad Darmawan, ikut berkomentar terkait peliknya PSSI dalam mencari pengganti Simon McMenemy di kursi pelatih Timnas Indonesia.

Rahmad mengatakan, keringnya prestasi Timnas Indonesia bukan karena faktor pelatih semata.

"Bisa jadi kalau pelatih saat memberikan latihan terhadap pemain di Timnas Indonesia tidak secara proporsional sehingga bukan peak performance yang didapat melainkan pemain kelelahan saat pertandingan," kata pelatih yang akrab disapa RD ini.

"Saya sering protes terhadap kebijakan pemanggilan pemain ke Timnas Indonesia dengan waktu yang lebih lama dari ketentuan FIFA Matchday. Saya khawatir pelatih Timnas Indonesia akan melakukan improvisasi program saat di pemusatan latihan dan beban kelelahannya berbeda. Di kompetisi kami bermain dalam waktu yang tidak tetap seperti kompetisi di Eropa misalnya," tutur mantan pelatih Tira Persikabo tersebut.

RD merujuk pada pemanggilan pemain ke Timnas Indonesia sebelum bertanding di FIFA Matchday. Terkadang, pemain diharuskan masuk ke TC lebih dini. Padahal, menurut eks pemain Persija Jakarta ini, klub dapat melepas pemain H-3 sebelum bertanding.

"Contoh, Persebaya Surabaya bermain tanggal 1, Tira Persikabo bermain tanggal 2, Bali United tanggal 3, dan TC Timnas Indonesia dimulai pada tanggal 4, maka dampaknya akan berbeda. Yang bermain tanggal 1 tidak masalah untuk intensitas tinggi, tapi yang tanggal 2 dan 3 akan menjadi masalah. Kalau TC sesuai FIFA Matchday H-3 dan H+1 pertandingan pemain masuk dan keluar, maka pelatih tentu hanya memberi porsi latihan taktik saja," imbuh RD.

"Pelatih Timnas Indonesia sudah benar dalam memberikan porsi latihan dan memotivasi para pemain tapi hasilnya tetap saja. Maka, harus melihat hal lain di antaranya melihat bagaimana kualitas kompetisi," tutur pelatih berusia 53 tahun ini.

2 dari 3 halaman

Pelatih Kelas Dunia Bukan Jaminan

RD lalu mempertanyakan sejumlah calon pelatih kelas dunia yang digadang-gadang akan melatih Timnas Indonesia, namun tidak bisa menjanjikan gelar juara. Apalagi, bukan sekali dua kali tim berjulukan Skuat Garuda ini ditukangi oleh pelatih beken.

"Oke, panggil Jose Mourinho misalnya. Apa ada jaminan bahwa level sepak bola kita bakal setara dengan Jepang, Korea Selatan, Arab Saudi dalam waktu setahun dua tahun? Bisa menjami kita menjadi 8 besar di Asia?" tutur RD.

Mantan pelatih Timnas Indonesia, Luis Milla, usai bertemu dengan PSSI di New World Manila Bay Hotel, Jumat malam (29/11). Pelatih asal Spanyol itu memberikan presentasi tentang rencananya untuk Timnas Indonesia. (Bola.com/Zulfirdaus Harahap)

"Bahkan apa bisa jaminan menjadi juara Piala AFF 2020? Kalau jaminan itu tidak ada, apa kepentingannya mengambil mereka? Soal mendongkrak kualitas permainan? Kami pernah dilatih oleh mantan pelatih Yugoslavia, Ivan Toplak dan saya pernah ikut bermain waktu itu. Pada Pra Piala Dunia 1994 kami gagal. SEA Games 1993 kami gagal juga," urai RD.

RD lalu menyinggung nama Ivan Kolev yang juga gagal menghadirkan trofi bagi Timnas Indonesia pada rentang 2002-2004 dan Sven-Goran Eriksson, mantan pelatih Inggris di Piala Dunia 2002 yang gagal mendongkrak prestasi Filipina pada 2018-2019.

Menurut RD, hanya Anatoly Polosin, pelatih asing yang mampu mendatangkan prestasi bagi Timnas Indonesia ketika berhasil mendulang medali emas SEA Games 1991 di Filipina.

"Saya pernah empat tahun sebagai pemain bersama beliau. Mainnya jelek tapi juara SEA Games 1991. Tapi juga gagal di Piala Kemerdekaan 1995," tutur eks nakhoda Persija Jakarta itu.

3 dari 3 halaman

3 Pelatih

RD berani usul tiga nama pelatih yang layak menangani Timnas Indonesia. Ketiganya adalah Stefano Cugurra Teco yang kini melatih Bali United, Indra Sjafri selaku pelatih Timnas Indonesia U-22, dan Fakhri Husaini eks pelatih Timnas Indonesia U-19.

"Menurut saya pelatih dengan nama besar dan fokus pada pembinaan usia dini, memberikan fundamental teknik dan mental kepada anak-anak. Lalu PSSI memfasilitasi dengan kompetisi yang berjenjang dan berkualitas. Itu yang sebetulnya kita butuhkan," tutur pelatih yang membawa Sriwijaya FC menjuarai Liga Indonesia pada 2007-2008 itu.

"Catatan, soal pelatih Timnas Indonesia, cukup coach Teco, Indra, dan Fakhri yang lebih paham dengan kualitas dan budaya sepak bola kita," imbuhnya mengakhiri.