Liputan6.com, Jeddah - Fernando Alonso tengah berupaya memperkaya kemampuannya sebagai pembalap. Setelah sukses di ajang Formula 1, pembalap asal Spanyol itu kini menjajal reli paling ganas di dunia, yakni reli Dakar.
Di arena balap jalan raya, kemampuan Alonso tidak perlu diragukan lagi. Bersama tim Renault, Alonoso telah berhasil merebut dua gelar juara dunia Formula 1 secara beruntun, 2005 dan 2006.
Baca Juga
Namun Alonso sepertinya tidak pernah puas menguasai satu jenis balapan saja. Dari Formula 1, pembalap yang akrab disapa Nando itu kemudian menjajal balap mobil endurance (daya tahan).
Advertisement
Hasilnya, Alonso memenangkan 2018–19 FIA World Endurance Championship dan merebut dua gelar balapan 24 Jam Le Mans (2018 dan 2019). Alonso tahun lalu juga tampil di ajang Daytona bersama tim Wayne Taylor Racing. Mengusung mobil Toyota, Alonso kembali berhasil keluar sebagai juara.
Puas memacu kendaraan di atas aspal, kini Alonso mencoba tantangan baru. Pembalap berusia 38 tahun itu memilih terjun ke arena reli. Tidak tanggung-tanggung, Alonso nekat tampil di Reli Dakar
Saat ini, Alonso tengah berjuang menaklukkan medan ganas Reli Dakar. Melaju di atas Toyota Hilux 310, pembalap kelahiran 29 Juli 1981 tersebut berhadapan dengan rute ekstrem sejauh 7500 km.
Berbeda dengan musim sebelumnya, kali ini Reli Dakar tidak lagi berlangsung di Amerika Selatan. Perhelatannya digeser ke Arab Saudi. Start dari Jeddah 5 Januari 2020 dan finis di Qiddiya, 17 Januari 2020. Balapan yang juga diikuti oleh sepeda motor, ATV, dan truk ini berlangsung dalam 12 stages.
Tidak hanya keterampilan dalam mengemudi, Reli Dakar selama ini dikenal sebagai reli yang sangat menguras tenaga. Butuh fisik yang prima untuk bisa menyelesaikan lomba hingga stage terakhir. Alonso yang ditemani navigator Marc Coma juga menyadari hal ini sepenuhnya. Bahkan Alonso tidak membantah bila Reli Dakar disebut sebagai tantangan terbesar sepanjang karier membalapnya.
Saksikan juga video menarik di bawah ini:
Berpeluang Ukir Sejarah
Alonso memang bukan pembalap Formual 1 yang terjun ke Reli Dakar. Sebelumnya, Jack Ickx sudah lebih dulu menjajal kemampuan di ajang reli yang telah berlangsung sejak 1978 tersebut.
Ickx yang memenangkan 8 Grand Prix dan merebut enam gelar juara Le Mans berhasil finis pertama pada Reli Dakar 1983 dan menjadi runner up pada tahun 1986 dan 1989. Sementara pembalap F1 lainnya, Patrick Tambay yang sebelumnya memenangkan dua dari 114 grand prix juga pernah menempati posisi ketiga Reli Dakar yang berlangsung 1988 dan 1989.
Meski demikian, kehadiran Alonso terasa berbeda. Sebab dia merupakan juara dunia F1 pertama yang tampil di ajang ini sehingga kemenangannya bakal mengukir sejarah baru bagi kejuaraan tersebut.
Advertisement
Target Alonso
Hanya saja, Reli Dakar bukanlah reli mudah. Sangat jauh berbeda dengan balapan di atas aspal yang selama ini dilalui Alonso. Medan yang dilalui berbahaya dengan rute yang melintasi padang pasir.
Pada stage pertama, Fernando Alonso sudah langsung merasakannya. Mobil yang dikemudikannya bersama Coma sempat menghantam batu yang tersembunyi di balik gundukan pasir. Insiden ini merusak suspensi mobil dan merobek ban depan sebelah kiri. Kerusakan yang dialami sangat parah dan mustahil untuk diperbaiki sehingga mobil mereka pun terpaksa harus ditarik dengan truk.
Alonso sendiri enggan terlalu percaya diri menjalani balapan ini. Sebab sebagai pendatang baru, Alonso sadar akan kemampuan dan tantangan yang bakal dihadapi. Apalagi pereli sekaliber Sebastien Loeb yang sudah sembilan kali juara dunia masih belum mampu berbuat banyak pada Reli Dakar. Loeb memenangkan 13 stage, tapi di akhir lomba dia hanya finis di posisi kedua pada 2017 dan 2019.
"Jika Loeb saja belum memenangkan Dakar, bayangkan saya, yang datang dari balapan aspal. Saya pikir tujuan saya adalah mendekatkan diri para dunia reli dan mencari pengalaman saja," katanya.