Liputan6.com, Jakarta - Bunyi alarm Barcelona kembali menyala menyusul kekalahan dari Atletico Madrid pada semifinal Piala Super Spanyol. Jika tidak segera bangun, El Azulgrana terancam kembali merasakan kekecewaan seperti beberapa tahun terakhir.
Barcelona menyerah 2-3 dari Atletico Madrid di King Abdullah Sports City, Jeddah, Kamis (9/1/2020) atau Jumat dini hari WIB. Kekalahan ini melanjutkan tren negatif anak asuh Ernesto Valverde setelah hasil imbang 2-2 melawan Espanyol di La Liga, akhir pekan lalu.
Tumbangnya Barcelona di hadapan Atletico Madrid secara logika masih bisa dimengerti ketimbang saat terpeleset melawan Espanyol. Bagaimanapun kualitas Los Colchoneros mengungguli rival sekota Lionel Messi dan kawan-kawan.
Advertisement
Namun, pertandingan di Arab Saudi menunjukkan Barcelona tidak boleh berlindung di balik nalar tersebut. Terlebih melihat bagaimana mereka takluk.
Sempat tertinggal gol Koke Resurreccion, Barcelona membalikkan kedudukan melalui Messi dan Antoine Griezmann. Kemenangan di depan mata kemudian buyar karena Atletico Madrid mencetak dua gol di 10 menit terakhir lewat Alvaro Morata dan Angel Correa.
"Kekalahan ini menyakitkan karena kami ingin lolos ke final dan memenangkan ajang ini. Ke depannya kami mesti memperbaiki diri dan tidak boleh melakukan kesalahan elementer lagi," tandas Messi, dilansir Daily Mail.
Kesalahan Sendiri
Posisi Barcelona sebelumnya disorot ketika gagal menaklukkan Espanyol di RCDE Stadium, tim yang menempati dasar klasemen sementara La Liga dan tidak pernah menang laga kandang sejak musim lalu.
Di partai itu El Azulgrana tampil tanpa gairah, hanya sesekali menunjukkan kehebatan, serta kerap mengandalkan kualitas individu. Biasanya mereka tergantung pada Messi. Namun menghadapi Espanyol giliran Luis Suarez yang bersinar, plus Arturo Vidal yang masuk sebagai pengganti.
Keberadaan Vidal di sini menjadi pedang bermata dua. Di satu sisi dia menawarkan banyak hal berbeda dibanding rekannya. Kehadiran pemain asal Chile tersebut juga membuat lini tengah Barcelona lebih bertenaga, terlebih ketika Arthur Melo cedera sejak Desember 2019 dan Carles Alena dipinjamkan ke Real Betis.
Namun, melawan Atletico Madrid, Vidal yang merumput sejak menit pertama membuang bola sehingga berujung terciptanya gol Koke. Tidak heran jika Valverde tidak terlalu mempercayainya.
Advertisement
Kembali Kecewa?
Jika dipilah, masalah Barcelona adalah lini belakang, minimnya kreativitas lini tengah, serta ketergantungan terhadap Messi. Keroposnya pertahanan sebelumnya tidak terlalu diperdebatkan karena para gelandang kerap memanjakan trio penyerang dengan umpan matang. Istilah kasarnya, Barcelona tidak keberatan kebobolan dua gol karena mampu merobek gawang lawan tiga kali.
Kini, problema di sektor tersebut jadi lebih terlihat akibat absennya jenderal permainan. Cederanya Arthur, kepergian Alena, inkonsistensi Vidal, menuanya Sergio Busquets, keterbatasan Ivan Rakitic, serta proses adaptasi Frenkie de Jong, persoalan tersebut berpotensi terus menghantui Barcelona.
Jika demikian, mereka hampir pasti kembali merasakan pengalaman pahit, terutama di pentas Eropa. Barcelona tersingkir secara memilukan pada dua musim terakhir Liga Champions. Mereka gagal mempertahankan keunggulan tiga gol menghadapi AS Roma (2017/2018) dan Liverpool (2018/2019).
"Semua pemain membuat kesalahan. Hal-hal inilah yang bisa membuat Anda kehilangan gelar Liga Champions atau La Liga. Kami mesti mencoba menguranginya," kata Griezmann.