Sukses

Alasan Wanita Iran Pertama yang Meraih Medali Olimpiade Pilih Membelot dari Negaranya

Kimia Alizadeh, wanita pertama dari Iran yang berhasil merebut medali di ajang Olimpiade.

Liputan6.com, Tehran - Satu-satunya wanita Iran peraih medali Olimpiade, kabur dari negaranya. Kimia Alizadeh yang sukses merebut perunggu dari cabang olahraga Takwondo pada Olimpiade Rio de Janeiro, Brasil, 2016 lalu, mengaku tidak tahan dengan cara pemerintah Iran memperlakukan warganya terutama, wanita. 

Kabar mengejutkan ini disampaikan Alizadeh lewat akun Instagramnya belum lama ini. Seperti dilansir dari Washington Post, Kimia Alizadeh sama sekali tidak menyebutkan di mana dia bermukim saat ini.

Dalam penyataannya, Alizadeh menyampaikan tidak ingin menjadi bagian dari kemunafikan dan ketidakadilan pemerintah Iran. Wanita berusia 21 tahun itu juga menolak dijadikan alat politik. Menurutnya, segala puja-puji yang diterimanya selama ini hanyalah kepalsuan belaka. 

"Saya merupakan satu dari jutaan wanita yang tertindas di Iran yang mereka permainan selama bertahun-tahun," tulis Alizadeh dalam bahasa Persia pada akun Instagram-nya.

Keterangan tersebut dilengkapi dengan foto hitam putih dirinya saat merebut medali perak di Olimpaide Rio de Janeiro, 2016 lalu. Dalam foto itu, Alizadeh tampak menutup wajahnya yang terbungkus hijab dengan kedua telapak tangan dan bendera Iran meyelimuti bagian pundaknya.  

"Apakah saya harus mengawali dengan kata halo, selamat tinggal, atau turut berduka cita? tulis Alizadeh dalam pesan emosional tentang kerinduannya dan kecintaannya terhadap kampung halaman dan kemarahannya terhadap rezim yang saat ini tengah memerintah di Iran. 

Alizadeh berkata, pemerintah telah mengambil keuntungan dari prestasinya sembari mempermalukan usaha yang telah dilakukannya. "Tidak baik wanita untuk merenggangkan kakinya," ujar Alizadeh memberi contoh perkataan salah seorang pejabat Iran yang pernah disampaikan kepadanya.

Alizadeh juga menjelaskan, bagaimana negaranya mengatur penampilannya selama bertanding, termasuk penggunaan hijab yang menjadi kewajiban bagi wanita-wanita di Iran. "Apapun yang mereka suruh saya kenakan. Setiap kalimat yang mereka minta saya ulangi," ujar Alizadeh menambahkan. 

"Semangat saya yang bermasalah tidak cocok dengan saluran ekonomi Anda yang kotor dan lobi-lobi politik Anda yang ketat," tulisnya.  

 

 

 

 

 

Saksikan juga video menarik di bawah ini:

2 dari 3 halaman

Keputusan Sulit

Pengakuan Alizadeh muncul di tengah hubungan Amerika Serikat dengan Iran yang tengah memanas akibat kematian Qasem Soleimani. Pimpinan militer Iran itu tewas dibom menggunakan drone AS karena dianggap sebagai biang kerok penyerangan terhadap sejumlah pos militer mereka di Irak. 

Di tengah krisis, Iran justru secara tidak sengaja menembak jatuh pesawat komersil milik maskapai penerbangan Ukraina. Insiden ini menewaskan 176 orang, termasuk lebih dari 140 warga negara Iran.

Sejauh ini, tidak diketahui di mana Alizadeh bermukim. Namun Alizadeh bukan satu-satunya atlet Iran yang meninggalkan negaranya. Sebelumnya, pejudo Saeid Mollaei sudah lebih dulu melakukannya. 

Juara dunia judo itu memilih kabur dari Iran dan menjadi warga negara Mongolia setelah pejabat Iran memaksanya mengabaikan pertandingan melawan pejudo Israel, Pourya Jalalipour. Sementara atlet para panahan Iran yang telah lolos ke Olimpaide Tokyo 2020 saat ini tengah mencari suaka di Belanda.

Bagi Alizadeh, keputusan meninggalkan Iran bukanlah hal yang mudah. Apalagi dia harus berpisah dengan keluarga dan teman-temannya di sana. Namun dia mengaku tidak punya pilihan lain.
 
"Saya tidak punya keinginan lain selain taekwondo, keamanan, kehidupan yang sehat dan bahagia," tulis Alizadeh. "Saya harus menahan rindu terhadap kampung halaman karena saya tidak ingin jadi bagian dari kemunafikan, kebohongan, ketidakadilan, dan pujian semu. Keputusan ini lebih sulit dari memenangkan medali Olimpiade, tetapi saya harus tetap jadi wanita Iran di mana pun saya berada." 
3 dari 3 halaman

Komentar Pejabat

Sementara itu, salah seorang deputi kementerian olahraga Iran, Mahin Farhadizadeh, mengaku belum melihat unggahan Alizadeh. Namun kepada Kantor Berita Pelajar, Farhadizadeh berkata kalau keputusan Alizadeh mundur dari kompetisi adalah karena dia ingin fokus terhadap pendidikannya. 

"Saya belum membaca postingan Kimia, tapi yang saya tahu dia selalu ingin melanjutkan pendidikannya di bidang fisioterapi," kata Farhadizadeh.  

Pada kesempatan lain, salah seorang anggota parlemen Iran, Abdolkarim Hosseinzadeh, justru mengecam pejabat yang bekerja tidak becus sehingga aset Iran bisa meninggalkan negaranya. 

Sedangkan juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Morgan Ortagus memilih untuk memuji sikap Alizadeh yang berani menolak berbagai bentuk penindasan yang terhadap perempuan. 

"Dia membelot untuk kehidupan yang aman, bahagia, dan bebas. #Iran akan terus kehilangan wanita-wanita kuat kecuali mereka belajar memberdayakan dan mendukung mreka," katanya lewat Twitter.

 

 

 

Â