Sukses

Christian Eriksen Merasa Jadi Kambing Hitam di Tottenham

Christian Eriksen mengaku merasa tak nyaman bermain di Tottenham Hotspur selama beberapa bulan terakhir

Milan - Christian Eriksen menyebut masa-masa akhirnya di Tottenham Hotspur  amat tidak menyenangkan. Ia merasa diperlakukan sebagai kambing hitam dengan apa yang terjadi di klub. Sebegitu menderita gelandang serang asal Denmark?

Gelandang berusia 27 tahun itu bergabung dengan Inter Milan dengan mahar transfer 17 juta poundsterling. Ia pergi enam bulan sebelum kontraknya habis di Spurs. Rumor kepindahannya ke berbagai klub sudah ramai sejak awal musim. 

Hal itu terjadi setelah Christian Eriksen mengungkapkan ingin mencari tantangan baru setelah mengalami kekalahan menyakitkan di final Liga Champions melawan Liverpool.

"Inggris, selama beberapa tahun terakhir, sangat sibuk," kata Eriksen kepada BBC Sport.

“Setelah apa yang saya katakan di musim panas, gosip yang berkembang hanya tentang: Kapan dia akan pergi? Setiap pertandingan Tottenham Hotspur selalu mencuat pertanyaanApakah dia akan pergi? Apakah dia tidak pergi? Banyak orang membicarakannya.

Bahkan penggemar yang kamu lihat di jalan memasang gestur: Terima kasih, selamat tinggal dan semoga sukses. Tapi realitanya saya masih pemain Tottenham. Ini agak aneh. Di kepala dan tubuh saya menginginkan kepergian ke tempat baru, dan memulai sesuatu yang baru," kata Christian Eriksen.

Christian Eriksenmenambahkan: “Saya tidak akan mengatakan itu mempengaruhi saya. Di Inggris, ketika kontrak Anda tinggal tersisa sebentar lagi, rasanya seperti Anda harus pergi sekarang. Anda harus menghilang. Pada akhirnya saya memainkan sekitar 30 gim dalam suasana seperti sebuah laga perpisahan."

 

Video

2 dari 3 halaman

Dikendalikan Tottenham

Situasi kian terasa sulit karena pasca sukses menembus final Liga Champions, performa Tottenham Hotspur memburuk. Mauricio Pochettino pun akhirnya dipecat dan digantikan Jose Mourinho. Christian Eriksen terjebak dalam situasi yang tak mengenakkan.

"Jika Anda memiliki kontrak yang hampir habis, Anda akan menjadi kambing hitam. Tentu saja, saya melakukan wawancara. Saya sangat jujur. Saya merasa saya harus jujur. Saya memang disalahkan karena banyak hal, karena menjadi orang jahat. Saya membaca bahwa saya adalah orang jahat di ruang ganti, bahwa sejak saya mengatakan saya ingin pergi, tidak baik saya berada di sana.”

Eriksen mengaku sejatinya tak merencanakan kepindahan ke Inter Milan, sebelum kemudian mendapat kabar klub tersebut mengajukan tawaran resmi ke Spurs.

"Saya benar-benar baru serius untuk pindah setelah Inter melakukan pendekatan ke klub," kata pemain yang sempat diisukan bakal pindah ke Real Madrid pada musim panas lalu.

Eriksen mengaku pasrah dengan situasinya. Ia ingin pindah, namun semua bergantung pada Tottenham.

"Pada akhirnya Anda dikendalikan oleh Tottenham. Anda dikendalikan oleh pemilik klub, Daniel Levy. Dia mengatakan ya atau tidak. Anda mencoba untuk menjadi profesional sebaik yang Anda bisa dan tidak memaksakan apa pun dengan cara apa pun."

Ia pun buka suara soal pendekatan yang dilakukan Manchester United. 

"Selama beberapa tahun terakhir mereka mendekati saya, tetapi sulit untuk mewujudkannya. Kami memang berbicara dengan mereka tentu saja dan kami memang mendengar apa yang mungkin dan apa yang tidak mungkin," tutur Eriksen.

Pada akhirnya memilih pergi ke luar Inggris. "Tetapi pada akhirnya, saya pribadi, saya menginginkan tantangan baru. Tinggal di Liga Premier akan menjadi solusi yang mudah. Tentu saja, tinggal di Tottenham juga akan menjadi solusi tetapi, bagi saya, itu hanya karena ingin mencoba tantangan baru di negara baru. Begitu Inter muncul, itu benar-benar bukan pilihan yang sulit."

3 dari 3 halaman

Tentang Jose Mourinho

Jose Mourinho, manajer Tottenham Hotspur, salah satu sosok yang memahami suasana hati Christian Eriksen. Ketika pertama kali mendarat di London Utara, ia jarang memainkan sang gelandang serang sebagai pemain utama karena tahu situasi Eriksen yang serbasalah.

"Dalam dunia sepak bola profesional, yang dilakukan Eriksen sebuah kewajaran. Kita perlu memberi respeks dengan apa yang telah ia lakukan selama bertahun-tahun. Saya menghormati keputusannya," ujar Mou.

Pilihan Jose Mourinho memaksimalkan sosok Dele Alli sebagai gelandang kreatif di Tottenham pun karena menyadari Christian Eriksen cepat atau lambat akan pergi.

"Saya memikirkan masa depan klub. Kami harus terbiasa dengan segala situasi," kata The Special One.

Christian Eriksen mengatakan kepada BBC Sport bahwa dia pikir Jose Mourinho melakukan pekerjaan dengan baik di Tottenham Hotspur sejak didapuk sebagai manajer pada bulan November 2019 silam.

Jose dan Eriksen sempat melakukan pembicaraan empat mata yang tak pernah dipublikasi ke publik.

“Saya pikir Mourinho melakukannya dengan baik. Dia bisa saja mengatakan 'dia ingin pergi, jadi dia tidak akan bermain lagi'. Namun, ia tidak melakukan itu," ucap Eriksen.

Sumber: BBC, Guardian, London Football