Liputan6.com, Jakarta Tiga tahun lalu, dunia olahraga sempat dikejutkan meninggalnya, Pradip Subramaniam. Atlet binaraga yang pernah merebut gelar juara binaraga yang juga pernah menjabat sebagai pengurus federasi olahraga binaraga Singapura itu tewas saat bertarung Muay Thai melawan YouTuber, Steven Lim.
Keduanya tampil dalam duel eksebisi di Marina Bay Sands, pada 23 September 2017. Dalam duel ini, Pradip dinyatakan kalah TKO pada ronde kedua usai menerima tiga pukulan beruntun yang mebuatnya hilang keseimbangan. Wasit meminta Pradip bangkit untuk melanjutkan pertarungan.Â
Namun permintaan itu tidak direspons sehingga wasit memutuskan untuk mengakhiri duel.Â
Advertisement
Saat pengumuman pemenang, Pradip sudah tidak kuat berdiri. Dia lalu mundur dan berdiri sembari berpegangan pada tali. Setelah medali diberikan, Pradip jatuh dan segera mendapat perawatan medis.Â
Pradip kemudian dilarikan ke rumah sakit dan dinyatakan meninggal pada pukul 09.51 pm.Â
Â
Saksikan juga video menarik di bawah ini:
Dinyatakan Fit Sebelum Bertanding
Kabar meninggalnya Pradip tentu sangat mengejutkan semua pihak. Sebab sebelum pertandingan, pria berusia 32 tahun itu dinyatakan fit dan tidak mengalami masalah kesehatan sama sekali.Â
Sebelum duel berlangsung, dokter bahkan sempat memeriksa kondisi kesehatannya dan menyatakan Pradip layak untuk bertarung. Selain itu, Pradip juga telah memberi pernyataan bahwa dirinya bebas dari segala kondisi medis yang berbahaya untuk mengikuti pertarungan eksebisi tersebut.
Â
Advertisement
Penyebab Kematian Terungkap
Autopsi telah dilakukan. Dan setelah tiga tahun berselang, seperti dilansir dari Channel News Asia, diketahui bahwa kematian Pradip ternyata berlangsung alami. Pejabat berwenang, Kamala Ponnampalam, penyebabnya tidak lain adalah kelainan jantung yang dialami Pradip semasa hidup.
Ponnampalam menjelaskan, dari hasil pemeriksaan patologi forensik diketahui bahwa Pradip mengalami pembengkakan jantung yang tidak normal dengan kelainan genetik pada protein sel jantung yang masuk dalam kategori penyakit jantung alami. Hasil autopsi juga menyatakan, kelainan ini mengakibatkan irama jantung yang tidak normal dan berujung pada kematian jantung mendadak.Â
Kementerian Olahraga Singapura (SportSG), berharap tragedi ini tidak terulang lagi. Mereka juga meminta agar pihak penyelenggara suatu kejuaraan melengkapi pemeriksaan medisnya dengan mesin electrocardiogram (ECG) yang mampu mendeteksi kondisi kesehatan jantung para atlet.Â
Pemeriksaan ini bisa dilakukan oleh pihak penyelenggara atau peserta. SporsSG juga menekankan bahwa latihan yang memadai dan terarah juga penting dalam mencegah resiko ini kembali berulang.Â
"Mereka juga harus diingatkan bahwa fit untuk satu cabang olagraga belum tentu fit untuk cabang yang lain. Harus ada kesadaran diri untuk mengetahui batas kebugaran dan kondisi kesehatan. Dalam kondisi seperti ini, saya menemukan kematian Pradip bersifat alamiah," ujar Ponnampalam.
 Â