Liputan6.com, Turin - Faktor ekonomi jadi salah satu faktor mengapa Liga Italia menerima keputusan pemerintah menghentikan kompetisi akibat virus Corona. Pasalnya, klub diperkirakan kehilangan pendapatan 30 juta euro (sekitar Rp 488,4 miliar) jika terus bertanding tanpa penonton.
Menteri Olahraga Italia Vincenzo Spadafora sebelumnya memerintahkan agar Liga Italia tampil di stadion kosong hingga 3 April. Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte kemudian memperbarui kebijakan dengan menghentikan kompetisi sampai kurun waktu tersebut.
Klub Liga Italia menyambut keputusan itu meski sebelumnya ingin Serie A berlanjut. Pertimbangan mereka adalah keengganan menghadapi menumpuknya jadwal pertandingan di akhir musim. Hal itu bisa menguras fisik pemain dan berpotensi menurunkan performa.
Advertisement
Namun, penghitungan Forbes menunjukkan Italia mendapat keuntungan finansial jika laga ditunda. Pasalnya, mereka kini bisa menjual tiket stadion.
Meski, beberapa klub sudah dipastikan kehilangan pendapatan karena bertanding di stadion kosong. Salah satunya adalah Juventus saat menghadapi musuh bebuyutan Inter Milan di Allianz Stadium, Minggu (8/3/2020).
Itu belum menghitung penampilan di pentas Eropa. Inter Milan tidak dapat melepas tiket duel versus Getafe di Liga Europa, Kamis (12/3/2020).
Juventus Paling Rugi
Sebanyak 29 laga Serie A bakal berlangsung tanpa penonton jika instruksi Spadafora masih berlaku. Dari situ klub diperkirakan menjual 750 ribu lembar tiket yang bernilai 30 juta euro.
Juventus menderita kerugian paling besar karena menguasai persentase pendukung sebesar 43 persen. Artinya, La Vecchia Signora tekor 12,3 juta euro.
Advertisement
Italia Menderita
Italia merupakan negara Eropa yang paling merasakan dampak virus Corona. Akibatnya, Perdana Menteri Giuseppe Conte menghentikan Serie A hingga 3 April 2020.
Hingga Selasa (10/3/2020) pukul 18.00 WIB, sudah terdeteksi 9.172 kasus virus Corona di Italia. Virus tersebut memakan 463 nyawa, tertinggi di luar Tiongkok.