Sukses

Rapor Buruk Tim Jawa Timur di Awal Shopee Liga 1 2020

Tiga dari lima tim Shopee Liga 1 2020 yakni Persik Kediri, Persela Lamongan, dan Persebaya Surabaya, belum mencicipi kemenangan.

Jakarta - Jawa Timur diwakili lima tim pada Shopee Liga 1 2020. Namun, Persebaya Surabaya, Arema FC, Madura United, Persik Kediri, dan Persela Lamongan gagal mengawali musim dengan hasil memuaskan. Kinerja tersebut pun menimbulkan tanda tanya besar tentang ketangguhan mereka. 

Dari empat klub Jawa Timur, hanya Arema FC dan Madura United yang sanggup meraih kemenangan setelah melewati tiga pekan Shopee Liga 1 2020. Singo Edan menang atas Tira Persikabo pada pekan pertama. Sementara Laskar Sape Kerrab mengalahkan Barito Putera.

Namun, kedua tim setelah itu melempem. Arema FC dipermalukan Persib Bandung dengan skor 1-2 pada pekan kedua Liga 1. Lalu, pada Sabtu (14/3/2020), tim asuhan Mario Gomez itu kembali menelan kekalahan, kali ini dari PSIS Semarang dengan skor 0-2.

Madura United bernasib sedikit lebih baik. Mereka bisa mencuri angka saat mengimbang klub promosi Persiraja Banda Aceh 0-0. Tapi setelah itu anak asuh Rahmad Darmawan akhirnya tumbang 1-3 di hadapan juara bertahan Bali United. 

Ini menjadi pekerjaan rumah yang harus segera dibenahi kedua tim. Beruntung, Shopee Liga 1 2020 akan dihentikan sementara menyusul keputusan PT Liga Indonesia Baru (LIB) terkait virus Corona per Senin (16/3/2020).

Saksikan Video Menarik Berikut Ini:

2 dari 4 halaman

Persebaya

Berstatus sebagai juara Piala Gubernur Jawa Timur 2020, tentu Persebaya Surabaya diharapkan mampu berbicara banyak pada pentas Liga 1. Sayang, dua laga dilalui, belum sekali pun tim kebanggaan Bonek itu meraih kemenangan.

Mirisnya, dua pertandingan yang dilalalui Persebaya tanpa kemenangan itu didapat di kandang mereka sendiri, Stadion Gelora Bung Tomo. Terakhir, anak asuh Aji Santoso tumbang lewat drama tujuh gol kala meladeni tim tamu Persipura Jayapura.

Mengakhiri Liga 1 2019 sebagai runner-up, ditambah persiapan yang terbilang matang, termasuk mendapatkan Makan Konate pada bursa transfer, agaknya Persebaya layak didapuk sebagai kandidat juara Liga 1 musim ini. Sayang beribu sayang, nasib baik belum mendatangi Irfan Jaya dkk.

Pada laga perdana kontra Persik Kediri, Persebaya hanya sanggup bermain imbang 1-1. Mereka juga kebobolan terlebih dahulu lewat gol penalti lawan. Pun demikian ketika menjamu Persipura, tim berjulukan Bajul Ijo itu sempat tertinggal dua gol lebih dulu.

Dari sini terlihat, Persebaya cenderung memulai laga dengan lamban. Itu diperparah dengan ketidaksiapan mereka dalam menyiasati situasi ketika tertinggal lebih dulu.

Euforia kesuksesan meraih Piala Gubernur Jatim 2020?

Coach Aji beralasan, Persebaya hanya belum menemukan momentum. Padahal, kematangan tim dengan bukti trofi Piala Gubernur Jatim 2020 seharusnya sudah cukup buat skuatnya mendapatkan momentum dan menemukan keseimbangan, baik secara fisik mau pun mental.

"Saat ini tim ini mencari momentum agar anak-anak bangkit. Insya Allah tim ini akan berjalan normal. Sekarang hanya momentum saja yang belum ketemu," ujar Aji Santoso seperti dilansir dari situs resmi Liga 1.

"Kami masih ada 32 pertandingan lagi untuk membenahi kelemahan yang masih ada. Tapi, sekarang kami meminta para pemain untuk segera bangkit," tegas pelatih Persebaya Surabaya itu.

Aji seharusnya berkaca pada musim-musim sebelumnya ketika ia melatih Persela. Perlu diingat, Persela memulai musim dengan lamban, meski pada akhirnya ia sanggup menerbangkan Persebaya, tim yang ia latih mendekati akhir musim, ke papan atas klasemen.

Bisa jadi, kesalahan utama Aji adalah dengan menerapkan pola 'istirahat total' yang ia berikan ke skuat Persebaya. Padahal, lima pekan pertama kompetisi sangat vital guna membawa performa fisik menuju puncak terlepas dari bagaimana mereka telah berlatih keras pada pramusim.

"Dari dulu saya di mana pun melatih, selalu saya liburkan, karena kan H-3 intensitasnya tinggi, itu yang namanya periodisasi," kata Aji Santoso.

"Habis itu saya turunkan total anak-anak istirahat, nanti H-1 tinggal aktivasi di lapangan," tegas pelatih asal Kepanjen, Kabupaten Malang tersebut.

"Tujuannya adalah supaya pemain cukup istirahat, ketika nanti dalam pertandingan mereka tidak merasa kelelahan, dalam kondisi yang fresh fisiknya," jelas Aji.

"Makanya saat ini saya beri libur biar istirahat secara fisik maupun mental," pungkas pelatih yang pernah menukangi Arema FC tersebut.

3 dari 4 halaman

Persela Lamongan

"Saya mewakili teman-teman meminta maaf kepada seluruh suporter Persela (LA Mania) yang hadir di sini maupun yang nonton di televisi," kata Ahmad Bustomi usai pertandingan kontra PSIS Semarang.

Ahmad Bustomi dan seluruh pemain Persela wajib meminta maaf kepada seluruh pendukung setianya. Sebab, ini bukan pertama kali tim utara Jawa Timur itu memulai kompetisi Liga 1 dengan melempem.

Seakan sudah tradisi, Persela kerap kesulitan meraih hasil positif pada awal kompetisi. Sejak 2018, Persela Lamongan tak pernah mengawali kompetisi dengan kemenangan pada dua pertandingan awal. Start lambat membuat tim berjulukan Laskar Joko Tingkir itu kerap terjebak di papan bawah.

Dua tahun lalu, Persela Lamongan baru meraih kemenangan pertama pada pekan ketiga. Di pengujung tahun, Laskar Joko Tingkir mengakhiri kompetisi di urutan ke-13.

Semusim berselang, laju Persela malah makin parah. Laskar Joko Tingkir harus menunggu hingga pekan ke-8 untuk meraih kemenangan pertama. Sempat saling sikut dengan sejumlah tim lain di zona merah, tim kebanggaan LA Mania itu akhirnya mampu bangkit setelah diambil alih oleh Nilmaizar sebagai pelatih.

Di Shopee Liga 1 2019, Persela menuntaskan musim di posisi ke-11, unggul 11 poin atas batas tim yang terdegradasi.

Tradisi start lambat Persela di awal musim belum putus di tahun ini. Dari dua laga, Laskar Joko Tingkir masih nihil poin. Ketika menantang Persib Bandung di partai pertama, Laskar Joko Tingkir dibekap 0-3.

Punya kesempatan untuk memetik tiga poin ketika bermain di kandang, Persela justru dipermalukan PSIS Semarang 2-3.

Apa sebab?

Selama berkancah di Liga Indonesia, Persela Lamongan terkenal sebagai tim pencetak pemain bintang. Menghambur-hamburkan uang di bursa transfer bukan jatidiri Laskar Joko Tingkir.

Meski begitu, perbedaan begitu terasa di musim ini. Biasanya, Persela mampu menghadirkan pemain yang pergi dengan pengganti yang sepadan. Untuk tahun ini, sepertinya kondisi itu tidak berlaku.

Saat Persela kehilangan Dwi Kuswanto, Arif Satriya, Kei Hirose, Hambali Tolib, dan Alex Goncalves, manajemen gagal mendatangkan pengganti yang setara. Padahal, keempatnya adalah pilar yang mengeluarkan Laskar Joko Tingkir dari ancaman degradasi pada musim lalu.

Persela bahkan sempat membuat blunder di awal musim dengan mengontrak Jasmin Mecinovic dan Shunsuke Nakamura yang ujung-ujungnya diberhentikan saat Shopee Liga 1 baru berjalan dua pekan. Sebagai pengganti, manajemen memboyong Brian Ferreira dan Marquinhos.

Perlu dicatat, Brian adalah pemain buangan Madura United yang juga baru didatangkan pada tahun ini. Namun, pemain berdarah Irak tersebut terpaksa didepak sebelum kompetisi dimulai untuk memberikan tempat kepada Bruno Matos.

Marquinhos bukan pemain asing mentereng di Liga Indonesia. Pada musim lalu, gelandang asal Brasil itu gagal mengangkat performa Perseru Badak Lampung FC sehingga turun kasta.

Jika Nilmaizar tidak pintar-pintar meracik komposisi tim yang ada, bukan tidak mungkin Persela akan kembali terseok-seok di papan bawah. 

4 dari 4 halaman

Persik Kediri

Setelah melewati dua laga pembuka Liga 1 2020 dengan hasil imbang, yakni melawan Persebaya Surabaya dan Bhayangkara FC, Persik Kediri yang mengincar kemenangan perdana saat menjamu sesama tim promosi Persiraja Banda Aceh, justru menelan kekalahan tipis 0-1.

Kekalahan ini membuat tim besutan Joko Susilo itu didemo oleh Persik Mania. Mereka melakukan demo di pintu masuk pemain Stadion Brawijaya, Sabtu (14/3/2020).

"Saya yang bertanggung jawab di tim ini. Saya siap dipecat bila manajemen menilai saya gagal. Kalian lihat sendiri pemain Persik telah berjuang untuk memenangkan pertandingan. Kita punya banyak peluang," kata Joko Susilo.

Saat sesi jumpa media, mantan asisten Timnas Indonesia ini juga menjelaskan Liga 1 itu keras dan kompetitif. Status tuan rumah bukan jaminan selalu memenangkan pertandingan.

"Persikabo, Barito Putera, Persela, terakhir Persebaya pernah kalah di kandang. Saya bukan bermaksud cari alibi atas kekalahan tadi. Ini fakta betapa kerasnya Liga 1," tuturnya.

Jawaban yang keluar dari mulut Joko Susilo jelas tak bisa diterima. Kekecewaan Persik Mania sangat beralasan karena ini adalah kali pertama tim berjulukan Macan Putih itu kembali ke pentas tertinggi sepak bola Indonesia usai menunggu sekian tahun lamanya.

Hal ini sebenarnya sudah bisa diprediksi dari bagaimana Persik Kediri menyiapkan tim pada pramusim dan bursa transfer. Kesungguhan manajemen tim dalam memoles skuat untuk bersaing pada kerasnya Liga 1 patut dipertanyakan.

Manajemen terlihat lamban melakukan gebrakan. Baik itu soal rekrutmen pelatih, pemain, sponsor, hingga persiapan infrastruktur Stadion Brawijaya sebagai kandang Persik menjamu peserta Liga 1 2020.

Tak pelak, kesan lamban ini memunculkan tanda tanya bagi publik Kota Kediri dan Persikmania, pendukung setia Persik. Kegamangan pun mulai menyeruak dengan tengara manajemen Persik tak memiliki dana untuk mengarungi kerasnya persaingan di elite kompetisi Nasional tersebut.

Untuk sektor pelatih, Persik sempat tidak membuka jatidiri calon arsitek mereka. Meskipun, saat itu, sebanyak enam pelatih telah memasukkan lamarannya. Akhirnya keraguan publik itu dijawab dengan penunjukkan Joko 'Getuk' Susilo sebagai nakhoda bagi Faris Aditama dkk.

Tak berhenti di sini. Persik juga tidak agresif di bursa transfer pemain. Pada awal pergerakan, mereka memang berhasrat merekrut beberapa nama cukup tenar. Namun, realisasinya hanya pemain muda yang belum memiliki jam terbang di kompetisi tertinggi.

Publik mulai bergairah setelah manajemen sukses memboyong beberapa pemain punya nama, meski mereka bukan kategori pemain kelas A. Mereka antara lain Antony Putro Nugroho (PSS), Munhar (PSM), Dany Saputra (Persija), Vava Mario Zagallo (Tira Persikabo), kiper Dimas Galih (Kalteng Putra), dan duo eks Barito Putera Andri Ibo dan Paulo Sitanggang.

Persik juga bisa mendatangkan eks Laskar Antasari lainnya, Sackie Teah Doe. Sosok naturalisasi ini pernah menyabet gelar top scorer Divisi Utama, namun itu telah berlalu delapan tahun lalu.

Sementara untuk deretan pemain asing, Persik pilih mendatangkan pendatang baru, seperti Gaspar Vega (Argentina) dan Patrick Bordon (Slovenia). Hanya Ante Bakmaz (Australia) yang pernah main bersama Madura United. Itu pun dia hanya main di paruh musim kedua 2019.

Tampaknya manajemen Persik masih terbawa euforia kesuksesan dua musim jadi penguasa dua kasta berbeda dengan mengandalkan para pemain muda di skuatnya.

"Kebijakan kami memang lebih memilih pemain muda. Kami sudah pernah sukses dengan terobosan itu, makanya itu kami lanjutkan di Liga 1 2020 ini. Coach Joko Susilo juga suka dengan talenta muda," kata Beny Kurniawan, Manajer Tim.

Beny Kurniawan bergeming dengan pilihan ini. "Banyak kritikan dan keraguan dari publik, ketika kami pakai pemain muda di Liga 3 dan Liga 2 lalu. Tapi, semua kami jawab dengan prestasi. Jadi tak ada yang perlu diragukan dari kebijakan ini," tuturnya.

Teka teki dan kekhawatiran muncul lagi, saat Persik Kediri babak belur di dua laga penyisihan grup pada Piala Gubernur Jatim 2020. Namun, semua itu pupus, setelah pasukan Joko Susilo membombardir tim bertabur bintang, Bhayangkara FC, dengan skor 3-0.

"Sebenarnya kami sudah berusaha melakukan persiapan matang. Semua harus melalui proses, tapi Allah SWT juga selalu menguji kami. Berkat kasih sayang Allah SWT pula, kami bisa melalui semua ujian itu. Cobaan itu yang membuat kami kuat. Jadi di Liga 1 ini, kami tetap bersandar pada kekuasaan dan rahmat Tuhan YME," ujar Beny Kurniawan, manajer Persik.

 

Disadur dari: Bola.com (Penulis: Gregah Nurikhsani/Editor: Gregah Nurikhsani, published 15/3/2020)