Jakarta Premier League dan seluruh kasta sepak bola di Inggris dihentikan sementara akibat pandemi virus Corona.
Keputusan menghentikan sementara tersebut diambil demi menekan penyebaran virus yang sudah menginfeksi lebih dari 200 ribu orang di seluruh dunia.
Rupanya, tak hanya kalangan penggemar Premier League saja yang merasa suntuk karena kehilangan hiburan dari sepak bola. Para pelaku olahraga paling terkena sejagat ini alias para pemain, juga kelabakan menghadapi situasi dadakan seperti sekarang.
Advertisement
Para pemain mulai merasa galau hingga stres akibat harus menjalani karantina mandiri. Hal kontras dari yang dilakukan sehari-hari sebagai pesepak bola profesional, yakni berlatih rutin serta bertanding di hadapan puluhan ribu penonton.
Dalam masa karantina mandiri, aktivitas pemain menjadi terbatas. Sekalipun tetap berlatih, namun latihan dilakukan secara mandiri.Â
Dalam beberapa kasus seperti yang dialami pesepak bola wanita suatu tim, mereka berlatih mandiri tanpa adanya arahan dari pelatih.
Kondisi ini membuat pemain mulai dihinggapi rasa tak nyaman. The Sun melaporkan, ada pemain Premier League mulai menghubungi psikolog untuk mengonsultasikan persoalan yang mereka hadapi sekarang, setelah tak bisa lagi beraktivitas secara normal pasca penghentian kompetisi.
Salah seorang yang banyak menerima telepon dari para pemain Premier League adalah psikolog kenamaan, Steve Pope.
"Sejak pihak terkait menghentikan Premier League, ponsel saya tak berhenti berdering," ujar Pope.
"Pemain, ada beberapa di antara mereka adalah pesepak bola top wanita juga menelpon saya, mereka bilang tak tahu apa yang harus mereka lakukan dengan diri sendiri," lanjutnya.
"Satu pesepak bola wanita yang kesal mengirimi saya SMS, bilang dia dan rekan satu timnya dibiarkan begitu saja, tanpa instruksi, arahan, bahkan panduan untuk sekadar berlatih pun tak ada. Mereka dalam kondisi limbo," ungkap Pope.
"Yang lain menelpon saya dan bilang 'saya kacau balau dan berakhir dengan meniduri saudara istri saya', lanjutnya.
Psikolog yang berbasis di Blackpool ini menambahkan, pemain-pemain Premier League sudah terbiasa dengan gaya hidup sebagai pesohor, sehingga saat kompetisi berhenti seperti sekarang, mereka merasa kehilangan. Semisal bermain, menjadi pusat perhatian, dan dielu-elukan di hadapan puluhan ribu suporter.
Destruktif dan Depresi
Pope mengkhawatirkan, situasi tersebut berdampak pada aksi destruktif.
"Buang hal-hal itu dari mereka, singkirkan mereka dari kebiasaan rutin, mereka akan mendapati diri mereka dalam keadaan kosong," kata Pope.
"Mereka itu pencandu sepak bola dan tanpa itu, mereka akan mencari pelampiasan lain," ucap psikolog yang selama ini banyak membantu pesepak bola mengatasi problem kecanduan minuman, obat-obatan, judi hingga depresi dan anxiety tersebut.
Pope melanjutkan, banyak pesepak bola, khususnya di Premier League, yang sejatinya bermental malas sehingga mereka baru "bergerak" saat mendapat instruksi berlatih, apa yang harus dimakan, hingga bagaimana harus bermain.
"Beberapa merasa terpukul karena tak tahu kapan bisa bermain lagi, meski tetap berlatih dengan rekan-rekan mereka," ujar Pope.
"Yang menelpon saya lainnya, sudah mengalami stres dan anxiety, sudah menuju ke arah depresi."
"Sementara pemain yang bermain di kasta lebih rendah, mulai putus asa dengan masa depan mereka," kata Pope.
Pope mengaku sejauh ini sudah mendapat lebih dari 50 telepon dari kalangan pemain sejak Premier League dihentikan.
Meski pengelola telah memutuskan memutar kembali kompetisi Liga Inggris termasuk Premier League pada 4 April 2020, bisa saja keputusan itu mengalami perubahan dengan melihat situasi terkini.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) per Rabu malam (18/3/2020), mencatat 2626 orang telah terinfeksi virus Corona di seantero Inggris Raya.
Sumber: The Sun
Disadur dari: Bola.com (penulis/editor, Aning Jati, published 19/3/2020)
Advertisement