Liputan6.com, Jakarta - Eko “Electrical Knock Out” Priandono harus menelan kekalahan dalam laga perdananya di pentas global One Championship saat bertemu Abro "The Black Komodo" Fernandes pada Februari lalu.
Dalam ajang bertajuk One: Warrior's Code tersebut, Eko harus mengakui keunggulan rivalnya lewat putusan mutlak setelah berlaga selama tiga ronde penuh.
Baca Juga
Kedua atlet saling terlibat aksi jual beli serangan yang mampu menghibur para penonton yang memadati Istora Senayan Jakarta.
Advertisement
Sebulan lebih setelah laga usai, atlet perwakilan sasana Saint Electra MMA / Team Electra ini terbuka untuk mengungkapkan kesalahan serta apa yang ada dalam benaknya saat berlaga.
“Strategi bertanding saya memang mengajak dia (Abro) untuk masuk ke ritme pertarungan saya,” kata Eko dalam rilis yang diterima Liputan6.com.
“Tetapi saya terlalu ragu, terlalu banyak berpikir. Padahal ketika training camp, saya dan tim sudah mempersiapkan segalanya, entah kenapa saya terlalu banyak berpikir ketika pertandingan tersebut."
Eko mengaku salah satu alasan lainnya mengapa ia sulit menggunakan strategi bertanding yang telah disiapkan adalah karena Abro bertanding dengan ritme yang berbeda.
“Abro [Fernandes] juga terlalu berhati-hati, biasanya dia bertanding dengan lebih agresif, dan juga senjata andalannya berupa tendangan low kick tidak dikeluarkannya padahal saya sudah menyiapkan serangan balik berupa pukulan straight kalau dia mengeluarkan tendangan low kick andalannya,” ungkapnya.
Atlet kelahiran 26 tahun silam ini mengungkapkan kesalahan yang ia buat dalam laga tersebut persis dengan skenario yang sama seperti yang terjadi ketika ia menderita kekalahan professional pertamanya pada 2017 silam di pentas nasional.
Saat ini ia berlatih bersama para pelatih dengan prestasi ternama seperti Hardian Kristiadi yang seorang pemegang sabuk hitam Brazilian Jiu-Jitsu serta pelatih striking yang juga seorang juara tinju WBC Asia Champion, James Mokoginta.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Rekor Gemilang
Berlatar belakang beladiri tinju, atlet berusia 26 tahun asal Sidoarjo, Jawa timur ini merupakan mantan juara nasional bantamweight One Pride. Rekor professional bela diri campurannya terbilang cukup gemilang, 7-2-0.
Kini ia tengah menantikan laga selanjutnya di One Championship, yang memutuskan untuk menyelenggarakan ajang selanjutnya secara tertutup tanpa penonton sebagai upaya pencegahan merebaknya COVID-19.
Advertisement
Menantikan Panggilan Laga
Sembari menunggu keadaan membaik dan panggilan berlaga dari One, Eko telah membuka pintu bagi evaluasi dan siap menampilkan peningkatan saat kesempatan berlaga kembali ada.
“Kesalahan itu sudah dikaji ulang oleh kepala pelatih saya, coach Hardian, sehabis laga usah saya juga sudah dimarahi, jadi saya harus lebih percaya diri dan mencoba kemampuan ground game saya di laga berikutnya,” tegasnya.
“Saya ingin meningkatkan kepercayaan diri dengan mempraktekan segala yang saya latih serta khususnya mencoba kemampuan ground yang sama miliki.”