Jakarta Hand sanitizier alat pelindung diri yang dicari saat ini dipercaya mampu mencegah penyebaran virus Corona. Saat ini, pemerintah Indonesia sedang mengampanyekan gerakan cuci tangan guna mencegah penyebaran virus Corona.
Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir selama 20 detik adalah cara yang paling efektif untuk mencegah berkembangnya bakteri, kuman, dan virus, termasuk virus corona. Akan tetapi, dengan kesibukan yang harus dijalani, waktu untuk mencuci tangan menjadi sebuah masalah.
Baca Juga
Ketika Anda berada di tempat umum atau transportasi umum, misalnya, akan sulit menemukan air dan sabun untuk menjaga kebersihan dan kesehatan tangan.
Advertisement
Hand sanitizer hadir menjadi produk yang efektif dan efesien sebagai alternatif menjaga kebersihan dan kesehatan tangan.
Di sisi lain, sejak pandemi virus Corona, hand sanitizer menjadi barang langka karena pembelian yang masif dari masyarakat Indonesia.
Dilansir dari laman CDC, hand sanitizer yang digunakan minimal harus mengandung 60 persen alkohol guna mengatasi kuman, bakteri, hingga virus corona yang ada di tangan.
Bola.com telah merangkum dari berbagai sumber hal yang Anda harus ketahui tentang Hand sanitizier, agar tidak asal memakainya, Senin (23/3/2020).
1. Kadar Alkohol 60 Sampai 100
Alkohol adalah bahan satu di antara yang terkandung dalam hand sanitizer. Alkohol dipercaya mampu membunuh berbagai macam bakteri dan virus jika memiliki minimal konsentrasi 60 persen.
Beberapa contoh bakteri yang mudah diatasi oleh alkohol, seperti bakteri E.coli. Namun, alkohol juga efektif "menidurkan" virus, termasuk virus Corona.
Untuk membunuh bakteri atau virus, penelitian telah menemukan bahwa konstrasi alkohol 60 persen atau lebih mampu memberikan hasil yang efektif.
Ada efek yang diberikan ketika menggunakan kandungan alkohol 100 persen. Alkohol 100 persen akan membuat kering kulit dengan sangat cepat dan menyebabkan iritasi.
Penggunaan hand sanitizer dengan kandungan alkohol lebih dari 60 persen tidak dianjurkan digunakan secara rutin. Untuk mengatasi hal tersebut, hand sanitizer bisa dicampur dengan emolien.
Emolien berfungsi untuk membantu melembutkan dan melembabkan kulit Anda.
Advertisement
2. Hand Sanitizer Memiliki Kadaluwarsa
Hand sanitizer mampu disimpan bertahun-tahun jika ditempatkan di dalam suhu ruangan yang stabil. Hand sanitizer tidak memiliki tanggal kadaluwarsa, akan tetapi produsen hand sanitizer perlu mencantumkan tanggal kedaluwarsa.
Hand sanitizer awet karena memiliki kandungan alkohol di dalamnya. Agar hand sanitizer tetap awet, perlu diingat bahwa alkohol mudah menguap.
Simpan hand sanitizer dari paparan sinar matahari langsung. Jika tidak ditempatkan di suhu ruang yang stabil, fungsi hand sanitizer tidak efektif untuk membunuh kuman dan virus karena berkurangnya konsentrasi alkohol.
3. Alkohol Merupakan Bahan Utama
Alkohol telah dipercaya sebagai satu di antara bahan untuk membunuh beragam bakteri dan virus. Alkohol akan menonaktifkan dan melumpuhkan jaringan protein yang ada di dalam bakteri dan virus.
Proses tersebut dinamakan denaturasi yang membuat virus dan bakteri terurai, saling menempel karena perubahan sifat protein. Alkohol yang yang terdapat pada hand sanitizer, minimal 60 persen, bisa mengatasi perkembangan virus, kuman dan bakteri.
Advertisement
4. Bisa Menyebabkan Keracunan bagi Anak-Anak
Menggunakan hand sanitizer sebagai pembersih tangan perlu berhati-hati, terlebih bagi, anak-anak. Jika hand sanitizer tertelan akan membuat reaksi gangguan kesehatan, seperti keracunan karena terdapat kandungan alkohol di dalamnya.
Setelah menggunakan hand sanitizer, tunggu hingga kering sebelum menyentuh makanan. Menunggu hingga kering adalah cara efektif untuk mencegah kuman, bakteri, dan virus berkembang.
5. Tidak Melindungi dari Semua Jenis Mikroba
Penggunaan hand sanitizer adalah alternatif pengganti mencuci tangan. Tetapi, penggunaan hand sanitizer kurang mampu menghilangkan beberapa jenis kuman, seperti cryptosporidium (parasit penyebab masalah pernapasan dan pencernaan), clostridium difficile (bakteri yang dapat menyebabkan gangguan dan peradangan usus), dan norovirus (bakteri yang menyebabkan penyakit diare).
Sumber: SBS, CDC
Disadur dari: Bola.com (penulis,Alfi Yuda/editor Aning Jati, published 24/3/2020)
Advertisement