Liputan6.com, Jakarta Pasien positif virus Corona tiap hari terus bertambah. Total akumulatif pasien positif Corona Covid-19 di Indonesia hingga hari ini, Rabu (1/4/2020) masih terus bertambah.
Sudah ada 1.677 orang yang dinyatakan positif terinfeksi virus Corona Covid-19. Hal itu disampaikan juru bicara pemerintah penanganan Corona Covid-19 Achmad Yurianto.
Meski begitu, antivirus atau vaksin untuk mengatasi virus ini belum juga berhasil ditemukan. Seperti dilansir dari alodokter.com, para peneliti pun masih sibuk menelaah obat-obatan yang bisa menangani infeksi virus Corona atau cobid-19.
Advertisement
Virus Corona atau severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) adalah virus yang menyerang sistem pernapasan. Virus ini sangat berbahaya karena bisa menyebabkan pneumonia berat hingga kematian. Hingga kini, belum ditemukan obat khusus yang bisa melawan infeksi virus ini.
Namun, para ahli tetap berusaha menemukan kandidat obat yang bisa dimanfaatkan untuk mengatasi covid-19. Beberapa di antaranya adalah obat-obatan yang dulu pernah digunakan pada wabah SARS dan MERS. Karena virus penyebabnya berasal dari keluarga virus yang sama, diharapkan obat-obatan ini juga bisa mengatasi covid-19.
Namun, perlu diingat bahwa virus yang menyebabkan covid-19 adalah virus jenis baru yang berbeda dari coronavirus penyebab SARS ataupun MERS. Oleh karena itu, keampuhan atau efek sampingnya dalam mengatasi covid-19 belum diketahui secara pasti.
Berikut ini adalah beberapa obat-obatan yang diduga bisa mengatasi infeksi virus Corona atau covid-19:
**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.
Favipiravir
Favipiravir adalah obat antivirus yang digunakan untuk mengatasi beberapa jenis virus influenza yang tergolong dalam jenis virus RNA. Salah satunya adalah virus influenza A yang menyebabkan flu burung dan flu babi.
Obat ini melawan virus dengan menghambat kerja enzim RNA polimerase yang berperan dalam memperbanyak jumlah virus. Bila enzim ini dihambat, virus jadi tidak bisa berkembang biak dan jumlahnya di dalam tubuh menjadi berkurang.
SARS-CoV-2 juga tergolong dalam jenis virus RNA. Itulah sebabnya, favipiravir disinyalir bisa mengontrol jumlah virus dalam tubuh penderita COVID-19 sehingga kondisi paru-paru penderita bisa membaik.
Sudah ada beberapa penelitian yang menunjukkan keampuhan obat ini dalam menurunkan jumlah virus dan mempercepat perbaikan paru-paru penderita COVID-19. Efek sampingnya pun minimal. Namun, obat jenis ini hanya boleh digunakan sesuai anjuran dokter dan tidak diperuntukkan bagi ibu hamil.
Selain itu, sebenarnya masih dibutuhkan uji klinis lebih lanjut untuk bisa menetapkan favipiravir sebagai obat resmi untuk mengatasi COVID-19.
Advertisement
Klorokuin
Klorokuin atau chloroquine adalah obat antimalaria yang digunakan untuk mencegah dan mengatasi penyakit malaria. Selain itu, obat ini juga bisa digunakan untuk mengatasi rheumatoid arthritis, lupus, dan amebiasis.
Beberapa uji coba mengenai klorokuin pada penderita COVID-19 telah dilakukan dan menunjukkan hasil yang cukup baik. Namun, sama seperti favipiravir, masih dibutuhkan uji klinis lebih lanjut yang diawasi oleh WHO (World Health Organization).
Jadi, hingga saat ini, keefektifan dan keamanan klorokuin untuk melawan virus SARS-CoV-2 masih belum jelas dan penggunaan obat ini pada kasus COVID-19 pun belum disahkan oleh WHO. Oleh karena itu, penggunaan klorokuin secara bebas atau tanpa anjuran dokter sangat tidak disarankan.
Efek samping yang bisa muncul saat mengonsumsi klorokuin meliputi sakit kepala, tidak nafsu makan, sakit perut, diare, rambut rontok, dan kulit menjadi sensitif terhadap sinar matahari.
Lopinavir-ritonavir
Lopinavir-ritonavir adalah obat antivirus yang biasanya digunakan untuk mengatasi penyakit HIV dan hepatitis C. Obat ini pernah menunjukkan efektivitas yang signifikan terhadap virus penyebab SARS, yang berasal dari kelompok virus yang sama dengan virus penyebab COVID-19, sehingga diharapkan bisa bermanfaat untuk menangani COVID-19.
Sayangnya, sejauh ini, lopinavir-ritonavir tidak terlihat memberikan manfaat untuk penderita COVID-19. Selain itu, kombinasi obat ini menimbulkan efek samping yang jauh lebih banyak daripada efek samping obat COVID-19 lainnya.
Selain obat-obat di atas, masih ada obat lain yang telah diuji coba untuk menangani pasien COVID-19. Beberapa di antaranya adalah interferon alfa, ribavirin, dan remdesivir. Namun, sama seperti obat di atas, obat-obat ini juga masih memerlukan uji klinis lebih lanjut.
Sejauh ini, terapi yang disarankan oleh WHO adalah pengobatan sesuai gejala yang timbul dan pengendalian peradangan yang terjadi di dalam tubuh penderita COVID-19. Selain itu, upaya meningkatkan daya tahan tubuh dengan pemberian nutrisi dan dukungan emosional juga penting untuk dilakukan.
Advertisement
Rutin Berolahraga
Agar tidak terinfeksi virus Corona, masyarakat dianjurkan untuk melakukan tindakan pencegahan. Dengan begitu, virus Corona tidak mudah masuk ke dalam tubuhmu dan penyebaran virus ini juga tidak makin meluas.
Cara pencegahannya adalah mencuci tangan selama minimal 20 detik dengan sabun dan air bersih yang mengalir, mengenakan masker bila sedang sakit atau berada di dekat orang sakit, menerapkan physical distancing, mengonsumsi makanan bergizi, membatasi bepergian ke luar rumah bila tidak ada kebutuhan mendesak, dan rutin berolahraga agar tubuh tetap bugar.
Jika dalam 14 hari terakhir kamu pernah berada di daerah endemis COVID-19 atau memiliki kontak dengan orang yang terinfeksi virus Corona, lalu mengalami demam yang disertai batuk atau sesak napas, lakukanlah isolasi mandiri dan hubungi hotline COVID-19 di 119 Ext. 9 untuk mendapatkan arahan lebih lanjut.