Milan - Pada masa lalu, pemain-pemain Brasil termasuk jajaran pemain-pemain terbaik di Liga Italia Serie A. Ada Jose Altafini, Ronaldo, hingga Kaka. Namun, sekarang sudah tidak sama.
Pemain-pemain Brasil saat ini seolah kesulitan bersinar di Liga Italia Serie A. Contohnya adalah Gabriel Barbosa atau Gabigol di Inter Milan dan Lucas Paqueta di AC Milan.
Baca Juga
Menurut legenda Brasil yang dahulu pernah memperkuat Udinese periode 1983-1985, Zico, salah satu alasannya adalah kesulitan mereka untuk mendapatkan menit bermain.
Advertisement
Zico mengatakan bahwa Paqueta sebaiknya tidak dimainkan sebagai cadangan. Paqueta tak punya karakteristik untuk menjadi pembeda dari bangku cadangan.
"Percuma mengharapkan Paqueta turun ke lapangan dari bangku cadangan dan menyelamatkan tim," kata Zico kepada media Italia, Calciomercato.
"Dia sama sekali tak punya karakteristik seperti itu. Ketika pelatih melakukannya, itu membuat dia kesal dan situasi jadi lebih buruk."
Gabriel Barbosa direkrut Inter Milan dari Santos senilai 29,5 juta euro pada Agustus 2016. Namun, Gabigol sulit menembus tim inti, hingga akhirnya dipinjamkan ke Benfica, Santos, dan Flamengo. Gabigol kemudian dibeli permanen oleh Flamengo pada Januari 2020.
"Ambil contoh pemain seperti Gabigol, yang pergi ke Liga Italia Serie A dan mereka tak membiarkannya bermain," lanjut Zico. "Apa yang harus dia lakukan?"
"Tetap di sana dan mendapatkan uang? Dia sudah benar kembali ke Brasil dan membuktikan kapasitasnya dengan fakta," tegasnya.
Hal serupa juga dialami Pedro, yang hampir tak pernah bermain di Fiorentina.
"Untuk Gerson, situasinya sedikit berbeda. Dia lebih sering bermain, tapi mungkin bukan di posisi yang tepat."
"Namun, yang saya tidak mengerti adalah kenapa pelatih-pelatih ini meminta pemain-pemain tersebut, tapi tidak memainkan mereka."
"Yang lebih buruk adalah manajer-manajer yang membeli tanpa meminta pendapat para pelatih. Itu gila," tegas Zico.
Zico tidak percaya bahwa ada perbedaan pola latihan di Brasil dan Italia.
"Tidak, itu cuma mitos," kata Zico. "Intensitasnya sama, bahkan di seluruh Eropa."
"Mungkin ada masalah dengan adaptasi, bahasa dan makanan, tapi latihan di mana-mana sama intensnya. Sepak bola yang dimainkan di lima benua sudah hampir tak ada bedanya," ujar Zico.
Â
Sumber: Calciomercato
Disadur dari: Bola.net (Gua Yuda Pradana, published 8/4/2020)