Sukses

5 Skandal Terbesar Sepanjang Sejarah Sepak Bola

Sebelum Kejaksaan Agung Swiss mendakwa Presiden PSG Nasser Al-Khelaifi dalam kasus suap, ada 5 skandal terbesar dalam sejarah sepak bola. Berikut rangkumannya.

Liputan6.com, Jakarta - Kejaksaan Agung Swiss mendakwa Presiden Paris Saint-Germain (PSG) Nasser Al-Khelaifi dalam kasus penyuapan. Tuduhan suap ini adalah yang terbaru dari serangkaian skandal panjang dalam sepak bola.

Kasus ini terkait dengan perolehan hak siar untuk turnamen internasional, termasuk Piala Dunia, untuk beIN Sports antara 2018 dan 2030. Al-Khelaifi, yang merupakan bos beIn Sports, membantah dakwaan itu.

Dia juga menegaskan kembali keyakinannya tuduhan terhadap dirinya bakal segera dibatalkan. 

Kasus ini merupakan babak baru dari serangkaian skandal sepak bola yang membuat penggemar tergila-gila. Sebelumnya, ada kasus korupsi, pengaturan pertandingan, penyuapan, dan banyak lagi.

Berikut 5 skandal terbesar dalam sejarah sepak bola seperti dirangkum dari Ronaldo.com.

 

 

2 dari 6 halaman

Skandal Piala Dunia 2014 di Brasil

Menjadi tuan rumah Piala Dunia membutuhkan biaya yang besar. Setidaknya ini dirasakan Brasil ketika terpilih sebagai tuan tumah kompetisi sepak bola terbesar pada 2014 lalu.

Begitu terpilih, Brasil segera merekonstruksi stadion-stadionnya. Miliaran dolar Amerika Serikat dipersiapkan untuk renovasi, termasuk fasilitas dan akomodasi setempat.

Kebutuhan dana yang besar dimanfaatkan politisi Brasil dengan bersedia membantu pembiayaan. Bantuan itu terlihat tidak lebih dari sekadar sumbangan. Tetapi, orang-orang melihat ada motif lain dari bantuan tersebut.

Seperti Nasser Al-Khelaifi dengan beiIN Sports-nya, dikhawatirkan memberikan pengaruh besar. Berinvestasi dalam Piala Dunia hanyalah salah satu taktik untuk memengaruhi pemilihan dan dana pemerintah berikutnya.

 

 

3 dari 6 halaman

Skandal Pengaturan Pertandingan di Sepak Bola Jerman

Fans sepak bola Jerman akan mengingat skandal mengejutkan pada 2005 lalu. Skandal itu adalah kasus suap dan memanipulasi hasil pertandingan.

Wasit divisi dua Robert Hoyzer mengaku bertanggung jawab atas pengaturan pertandingan. Pria yang gemar berjudi itu beroperasi di divisi dua dan tiga sepanjang Piala Jerman. Bundesliga dipercaya tidak terpengaruh, namun tidak ada keterangan terkait kasus ini.

Skandal tersebut meletus saat Jerman bersiap untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2006. Sepak bola Jerman belum pernah melihat skandal seperti itu sejak 1970-an, di mana Hertha Berlin menyuap para pemain.

Hasil penyelidikan jaksa menemukan Hoyzer berkolaborasi dengan pejabat sepak bola lainnya, termasuk pelatih dan pemain.

 

 

4 dari 6 halaman

Kasus narkoba Diego Maradona

Masalah narkoba Diego Maradona yang legendaris pada tahun 90-an didokumentasikan dengan baik, terutama selama Piala Dunia 1994.

Maradona gagal dalam tes narkoba dan harus menarik diri dari skuat Argentina setelah hanya dua pertandingan grup. Tak hanya menghancurkan harapan timnas Argentina, tetapi juga secara efektif berarti berakhirnya karier Maradona.

La Albiceleste disingkirkan Rumania pada babak 16 besar Piala Dunia 1994 di Amerika Serikat tanpa Maradona.

 

5 dari 6 halaman

Korupsi FIFA 2015

Skandal korupsi FIFA terjadi pada 2015 lalu. FBI mendakwa 14 pejabat dan mantan FIFA karena kasus penipuan, penggelapan, serta pencucian uang.

Rupanya, negara harus membayar FIFA lebih dari US$ 100 juta untuk memenangkan hak sebagai tuan rumah Piala Dunia. Untuk menyelesaikan transaksi, para pejabat FIFA ini menggunakan rekening bank Amerika.

Kasus ini membuat semua orang yang terkait dengan sepak bola kecewa pada FIFA.

 

 

6 dari 6 halaman

Skandal Calciopoli

Juventus mengalami masa kelam dalam sejarah klub pada 2006. Asosiasi Sepak Bola Italia mencopot dua gelar Serie A Juventus.

Tidak hanya itu, tim berjuluk Si Nyonya Tua itu juga terdegradasi ke Serie B. Juventus dinilai terbukti bersalah dalam kasus pengaturan pertandingan.

Tokoh-tokoh kunci dalam sepak bola Italia, termasuk wasit, diduga ditekan untuk mendukung tim-tim tertentu. Rupanya, skandal tersebut terungkap saat jaksa menyelidiki kasus doping yang juga menjerat Juventus.

Juventus juga harus memulai kampanye Seri B 2006/07 dengan defisit sembilan poin dari rival mereka.