Jakarta - Dua trofi Liga Indonesia, satu gelar top scorer, dan satu penghargaan pemain terbaik menjadi goresan tinta emas Bambang Pamungkas di Persija Jakarta. Selama 16 tahun lamanya, pemain yang karib dipanggil Bepe itu berkarier di tim ibu kota.
Komposisi pemain Persija boleh berubah setiap tahunnya, tapi Bambang Pamungkas tidak tergantikan. Begitulah kira-kira ungkapan yang cocok untuk mewarnai karier Bepe bersama tim berjulukan Macan Kemayoran ini.
Sebagai seorang striker, Bepe kerap berganti duet di lini depan. Saat Persija menjadi juara pada 2001, tandem bagi eks penyerang Timnas Indonesia ini silih berganti. Ada Widodo C. Putra, Gendut Doni, dan Budi Sudarsono. Namun, nama terakhir lebih tajam.
Advertisement
Jika Bepe mampu membukukan 15 gol kala itu, Budi menjadi pemain tersubur Persija kedua dengan torehan 11 gol.
Partner subur Bambang Pamungkas berikutnya adalah Aliyudin. Keduanya bertandem di Persija mulai 2007-2011. Pada tahun pertama keduanya bekerja sama, Bepe dan Aliyudin kompak menjaringkan 17 gol.
Trio ABG Lahir
Ketika duet Bambang Pamungkas dan Aliyudin tengah hangat-hangatnya, Greg Nwokolo merapat ke Persija. Jadilah ketiganya membentuk trisula bertitel ‘ABG’ alias Bepe, Ali, dan Greg.
Kala itu, Bepe berhasil membukukan 19 gol pada musim 2008-2009, sedangkan Greg mencatatkan 16 gol.
Era tridente ABG berakhir pada musim 2010-2011. Kedatangan Greg mulai menepikan peran Aliyudin. Pada tahun terakhir ketiganya bekerja sama, Greg mendulang 13 gol, dengan Bepe satu gol lebih sedikit.
Greg dan Ali cabut, Bepe tidak kehilangan partner tajam di lini depan Persija. Macan Kemayoran mendatangkan Pedro Javier, bomber asal Paraguay yang telah lama malang melintang di kancah sepak bola nasional.
Keduanya langsung kompak menjadi sumber gol Persija pada musim 2011-2012. Baik Bepe dan Pedro sama-sama mengoleksi 16 gol.
Musim berakhir, karier Bepe di Persija mandek. Akar permasalahannya ialah gaji yang tidak dibayarkan. Bepe sempat absen semusim dan hengkang ke Pelita Bandung Raya (PBR) pada 2014. Dia kembali ke Macan Kemayoran pada 2015 namun kompetisi tidak jalan. Padahal ketika itu, ia bakal ditandemkan kembali dengan Greg dan mantan top scorer Liga Estonia, Evgeni Kabaev.
Advertisement
Dengan Marko Simic
Usia mulai menggerus Bepe. Saat bomber fenomenal, Marko Simic datang ke Persija pada 2018, Bepe tak lagi jadi pilihan utama.
Namun, pelatih Stefano Cugurra Teco sesekali memasang keduanya secara bersamaan. Apa daya, selain kualitas Bepe yang telah menurun, keduanya juga punya karakter yang mirip. Sama-sama bukan striker pembuka ruang.
Ketika keduanya bermain bersama dalam dua musim, 2018-2019, Simic begitu dominan. Total, penyerang asal Kroasia itu mengemas 61 gol dalam kompetisi dan turnamen resmi. Sedangkan Bepe, hanya menorehkan empat gol.