Jakarta - Trofi kompetisi Indonesia ke-10 dan ke-11, yakni pada 2001 dan 2018, begitu bermakna bagi Persija Jakarta. Persija kering prestasi selama 22 tahun. Tim berjulukan Macan Kemayoran itu kembali menjadi yang terbaik di kompetisi elite Tanah Air pada 2001.
Gelar Liga Indonesia tidak lagi mampir ke lemari trofi Persija Jakarta hingga 17 tahun berselang. Kemarau itu pun berakhir pada 2018, setelah meraih piala Liga 1.
Minggu malam, 7 Oktober 2001, jadi momen yang tidak bisa dilupakan bagi pendukung Persija, The Jakmania. Warna oranye mendominasi Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta. Kala itu, Macan Kemayoran akan berlaga melawan PSM Makassar pada final Liga Indonesia 2001.
Advertisement
Laporan pertandingan PSSI menyebut angka penonton laga ini menembus 60 ribu orang. Dukungan The Jakmania membakar semangat Bambang Pamungkas dkk. di lapangan.
Persija menang 3-2 atas PSM melalui dua gol Bambang dan sebiji gol dari Imran Nahumarury. Gol kedua Bambang terbilang indah. Playmaker Persija kala itu, Luciano Leandro berperan besar dalam proses terjadinya gol tersebut.
Pemain asal Brasil itu menyodorkan umpan lambung ke Bambang yang dalam posisi bebas di sisi luar pertahanan PSM. Bek tim lawan, Joseph Lewono, kelimpungan mengejar lari Bambang. Tendangan keras sang striker mengoyak gawang PSM yang dikawal Hendro Kartiko.
"Saya sudah menduga kiper akan mempersempit ruang tembak, tapi dengan kaki kiri saya arahkan bola ke kanan atas yang tak terjangkau olehnya," ujar Bambang, yang keluar sebagai pemain terbaik Liga Indonesia 2001.
"Gol yang brilian. Bambang cerdik sekaligus licin bisa melepaskan diri dari pemain belakang kami. Saya sudah mencoba mempersempit ruang tembak, tapi ia masih bisa melihat celah kosong," komentar Hendro Kartiko.
Pelatih PSM, Syamsuddin Umar mengakui Persija Jakarta pantas menjadi kampiun. "Mereka unggul materi pemain. Kualitas tim inti dan pengganti sama bagus. Sementara di tim kami hal itu menjadi masalah," tuturnya.
Skuat Bertabur Bintang
Sebelum melaju ke babak final Liga Indonesia 2001, Persija Jakarta adalah runner up Wilayah Barat. Macan Kemayoran mengoleksi 51 poin, hanya defisit satu angka dari pemuncak klasemen, PSMS Medan.
Tergabung di Grup 2 babak delapan besar, Persija keluar sebagai juara grup. Macan Kemayoran berhasil mengumpulkan tujuh poin hasil dari menang 2-1 atas Arema Malang, 1-0 atas PSM Makassar, dan seri 2-2 melawan Persita Tangerang.
Persija bertemu Persebaya di babak semifinal dan menang 2-1 berkat gol Luciano Leandro dan Antonio Claudio. Macan Kemayoran berhadapan dengan PSM yang menyingkirkan PSMS melalui adu tendangan penalti dengan skor 3-2 setelah bermain imbang 2-2 dalam waktu normal.
Skuat Persija pada musim itu tergolong mentereng. Selain Bambang dan Luciano, Macan Kemayoran diperkuat pemain-pemain berkelas semodel Gendut Doni, Anang Ma'ruf, Nuralim, Antonio Claudio hingga Imran Nahumarury.
Pelatih Persija, Sofyan Hadi, konsisten memainkan formasi 4-3-3 sepanjang musim. Ketika melawan PSM di partai puncak, susunan pemain Macan Kemayoran seperti ini; Mbeng Jean; Nuralim, Joko Kuspito, Antonio Claudio; Anang Maruf, Budiman, Agus Suprianto, Luciano Leandro, Imran Nahumarury; Gendut Doni, Bambang Pamungkas.
Pakem tersebut berhasil mengantar tim ibu kota mengangkat piala. Bambang dkk. diarak keliling jalan besar ibu kota. Suporter sempat merayakan kesuksesan tim kesayangannya di Bundaran Hotel Indonesia.
Gelar juara Liga Indonesia 2001 begitu membekas di ingatan Widodo C. Putro, penyerang Persija Jakarta.
"Sebuah kebanggaan bagi saya menjadi bagian dari klub saat itu. Momen final Liga Indonesia 2001 jadi salah satu kenangan indah yang tidak bisa saya lupakan sebagai seorang pemain," ujar Widodo.
Advertisement
Persija Juara 2018
Sempat menanti sangat lama usai sukses tahun 2001, penantian panjang The Jakmania berakhir pada 2018. Persija Jakarta akhirnya berhasil kembali menjadi juara. Trofi Liga Indonesia ke-11 ini sekaligus mempertegas predikat Macan Kemayoran sebagai klub tersukses di Tanah Air.
Tidak banyak yang meyakini Persija bisa merengkuh gelar Liga 1, label Liga Indonesia sejak 2017, pada dua tahun lalu. Paling banter, Macan Kemayoran hanya difavoritkan finis di lingkaran empat besar.
Namun, situasi mendadak berubah ketika Komisi Disiplin (Komdis) PSSI menghukum Persib Bandung akibat perbuatan suporternya yang mengeroyok pendukung Persija hingga tewas ketika kedua tim bertemu.
Persib yang saat itu memimpin klasemen, perlahan turun dari tahtanya setelah harus bermain di luar Pulau Jawa plus tanpa penonton hingga kompetisi tuntas. Posisi tim berjulukan Pangeran Biru itu dikudeta oleh PSM Makassar dengan Persija menguntit di belakangnya.
Kedua tim bertarung hingga pengujung musim sebelum PSM terpeleset pada dua pertandingan terakhir kompetisi. Persija dengan sigap mengambil alih puncak klasemen hingga menjadi juara.
Banyak pihak waktu itu menuduh gelar juara Persija telah diatur. Asumsinya pemilik saham mayoritas Macan Kemayoran adalah Joko Driyono, Pelaksana Tugas (Plt) Ketua PSSI saat itu. Namun, tudingan tersebut tidak pernah terbuktikan.
"Sebetulnya jangan berbicara saja. Tolong dibuktikan. Segala sesuatu kan harus pakai bukti. Orang bisa saja membuat pernyataan, tapi butuh bukti," ujar bek Persija, Ismed Sofyan.
Pembina Persija kala itu, Syafruddin, juga membantah bahwa timnya sengaja diatur untuk menjadi juara. Mantan Wakapolri ini bilang gelar juara Macan Kemayoran tidak perlu diragukan.
"Tidak ada yang perlu dicurigai, jangan bikin hoaks dan macam-macam, saya ingatkan. Tidak ada yang perlu diragukan. Persija hanya seimbang Persib. Itu penilaian di persepakbolaan. Sekarang ini kesebelasan Persija paling tinggi. Kelasnya bukan di bawah, tapi tertinggi," kata Syafruddin, yang saat itu menjabat Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menteri PAN-RB).
Tidak Lebih Mewah dibanding 2001
Skuat Persija Jakarta pada musim itu cenderung tidak mewah. Malah relatif sederhana. Macan Kemayoran masih ditangani oleh Stefano Cugurra Teco, pelatih muda yang kenyang pengalaman namun masih seret gelar.
Arsitek asal Brasil itu berhasil mengombinasikan wajah gaek semodel Ismed Sofyan dan Maman Abdurrahman dengan pemain berpengalaman seperti Andritany Ardhiyasa, Ramdani Lestaluhu, dan Riko Simanjuntak.
Belum lagi kontribusi empat pemain asing yang terdiri dari Jaimerson Xavier, Rohit Chand, Renan Silva, dan Marko Simic yang begitu besar. Teco sukses menyulap Macan Kemayoran sebagai tim terminim kebobolan; 36 gol dari 34 pertandingan.
Teco merupakan tipe pelatih yang jarang berspekulasi. Karenanya, ia minim merotasi susunan terbaiknya. Ketika menjadi juara Liga 1 2018, formasi Persija adalah sebagai berikut; Andritany Ardhiyasa; Ismed Sofyan, Jaimerson Xavier, Maman Abdurrahman, Rezaldi Hehanussa; Sandi Sute, Rohit Chand, Renan Silva; Riko Simanjuntak, Novri Setiawan, Marko Simic.
Persija pada 2018 bukti penggambaran dari sebuah ungkapan "Bermain menyerang bisa memenangkan pertandingan, sementara bermain bertahan bisa merebut gelar juara. " Rasanya trofi Liga 1 2018 Macan Kemayoran memang tidak perlu dipertanyakan.
Advertisement
Formasi Juara Persija 2001 dan 2018
Persija Jakarta 2001 (3-5-2): Mbeng Jean; Nuralim, Joko Kuspito, Antonio Claudio; Anang Maruf, Budiman, Agus Suprianto, Luciano Leandro, Imran Nahumarury; Gendut Doni, Bambang Pamungkas
Pelatih: Sofyan Hadi
Persija Jakarta 2018 (4-3-3): Andritany Ardhiyasa; Ismed Sofyan, Jaimerson Xavier, Maman Abdurrahman, Rezaldi Hehanussa; Sandi Sute, Rohit Chand, Renan Silva; Riko Simanjuntak, Novri Setiawan, Marko Simic
Pelatih: Stefano Cugurra Teco