Madrid - Hingga Kamis (23/4/2020), di beberapa negara, penyebaran virus corona SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 mulai mereda. Namun, secara keseluruhan, dunia masih menghadapi pandemi COVID-19.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, per Kamis hari ini, ada lebih dari dua juta kasus positif di seluruh dunia, dengan angka kematian lebih dari 160 ribu jiwa.
FIFA, sebagai badan sepak bola dunia, ikut peduli dengan pandemi COVID-19. FIFA melalui organisasi di bawah mereka, merekomendasikan kompetisi domestik, reguler, hingga turnamen-turnamen untuk dihentikan sementara atau ditunda pelaksanaannya.
Advertisement
Hal itu sebagai bagian dari upaya pencegahan penyebaran virus corona.
Beberapa pemain bintang, legenda-legenda sepak bola juga ikut dalam berbagai kampanye, memberikan imbauan betapa pentingnya untuk tetap berada di rumah, menjalani karantina mandiri, serta berbagai protokol pencegahan penyebaran virus corona lainnya.
Mereka juga memberikan semangat dan dukungan, serta menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang menempatkan diri mereka dalam posisi "bahaya" demi memberantas COVID-19, seperti tenaga medis, aparat kepolisian, mereka yang bekerja di laboratorium, dan lain sebagainya.
Tak hanya itu, ada pelaku sepak bola, mulai pemain, pelatih, hingga wasit, yang terjun langsung di garda terdepan untuk memberantas COVID-19.
Hal itu mereka lakukan untuk memenuhi panggilan hati dan sebagai bentuk nyata kepedulian atas munculnya wabah virus corona ini. Mereka ingin memberikan tenaga dan waktu sesuai keahlian yang dimiliki bagi masyarakat di masa-masa sulit seperti sekarang.
FIFA mencatat setidaknya ada tiga pelaku sepak bola yang turun di baris terdepan pemberantasan COVID-19. Berikut kisah mereka, hasil rangkuman Bola.com, Kamis (23/4/2020).
1. Iragartze Fernandes (asisten wasit dan perawat)
Iragartze Fernandes adalah asisten wasit wanita asal Spanyol. Ayahnya merupakan pesepak bola, dan beberapa anggota kerabatnya berprofesi di bidang pelayanan kesehatan. Sejak usia muda, Iragartze membulatkan tekad untuk bisa terjun di dunia bidang itu; sepak bola dan kesehatan.
Cedera yang menimpanya di awal-awal karier bermain, membuat Iragartze banting setir memilih belajar jadi wasit. Dia lulus dan telah bertugas di Primera Iberdrola (kasta tertinggi sepak bola wanita di Spanyol) serta di Segunda B La Liga. Di sela tugasnya di lapangan hijau, dia juga bertugas sebagai perawat di pusat kesehatan.
Sejak aktivitas sepak bola dibekukan akibat pandemi virus corona, Iragartze bekerja penuh waktu di rumah sakit di kampung halamannnya, Bilbao. Hanya ada empat rumah sakit di sana yang menjadi rujukan penanganan pasien COVID-19.
"Kami menjalankan protokol baru dan mengubah cara kerja kami secara terus-menerus. Ini bisa menyebabkan kelelahan mental luar biasa. Tapi, saya menyukai tantangan, yang memang dibutuhkan tenaga medis seperti kami," ucap Iragartze.
Dia menambahkan, profesi wasit yang ditekuninya, membantunya mengatasi kondisi stres yang dirasakan.
"Setiap pekan Anda harus membuat keputusan cepat… dan itu hampir sama dengan di sini (rumah sakit). COVID membuat Anda harus membuat keputusan yang sangat penting," ucapnya.
Advertisement
2. Tono Dovale (Pesepak Bola dan Apoteker)
Toni Dovale merupakan salah seorang jebolan La Masia, akademi sepak bola ternama milik Barcelona yang telah melahirkan banyak pesepak bola andal.
Toni Dovale memang tak setenar alumnus La Masia lainnya, namun di masa pandemi COVID-19 ini, dia mencatatkan sejarahnya sendiri.
Toni Dovale ada di garda terdepan pemberantasan COVID-19 dengan bertugas sebagai apoteker, keahlian yang dimilikinya selain menggocek si kulit bundar.
Saat wabah virus corona menyerang Spanyol, Toni kebetulan sedang pulang kampung di Negara Matador itu. Dia lantas memutuskan bekerja di toko obat milik sang ibu di Coruna, meracik obat bagi yang membutuhkan.
"Saya memiliki kualifikasi yang memampukan saya membantu orang-orang di masa sulit ini, dan ini cara terbaik yang bisa saya lakukan," kata pemain yang pernah memperluat Celta Vigo, Rayo Vallecano, serta klub di Amerika Serikat, India, dan Thailand tersebut.
Sama halnya Iragartze Fernandez, Toni mulai merindukan sepak bola.
"Lapangan. bau rumput, bunyi lentingan bola, adrenalin bermain di stadium yang penuh penonton.. Tapi, untuk sekarang, prioritasnya adalah keselamatan jiwa," tuturnya.
3. Estela Fernandez (Pesepak Bola dan Polisi Wanita)
Estela Fernandez merupakan pesepak bola profesional dan seorang polisi. Dia bertugas di Kantor Polisi Parla, sekitar 20 km dari Madrid.
Seperti Iragartze, Estela juga mengikuti jejak sang ayah saat memutuskan menjadi polisi.
"Ayah saya juga seorang polisi dan saya selalu menganggap beliau sebagai anutan terbaik," kata Estela.
Di masa pandemi COVID-19, Estela harus memastikan warga Parla mematuhi karantina mandiri dengan tetap berada di rumah, mengingat lockdown yang diberlakukan di hampir sebagian besar kota di Spanyol.
"Saya pikir, hal terbaik di masa krisis seperti sekarang adalah kita menjadi lebih menyatu dan menyadari pentingnya keluarga serta teman… Hal buruknya adalah menyadari betapa rapuhnya kita," tuturnya.
Estela menuturkan sang ayah, dipastikan positif COVID-19 beberapa pekan lalu. Namun, ia mengungkapkan ayahnya dalam kondisi stabil.
Di tengah tugasnya sebagai polisi, Estela tetap meluangkan waktunya untuk rutin berlatih sesuai program yang diberikan tim serta menjalin komunikasi dengan rekan satu tim.
"Kami berlatih bersama lewat video call dan saya merindukan teman-teman. Mereka seperti keluarga sendiri. Saya merindukan mereka, sama halnya kangen dengan sensasi tiba di pertandingan, rasa gugup, serta lapar untuk bertanding," ucapnya.
Sumber: FIFA
Disadur dari Bola.com (Aning Jati/Aning Jati, published 23/4/2020)
Advertisement